"Jadikanlah hari mu Menyenangkan dengan caramu."
•••
Vina pun pergi meninggalkan kantor sekolah. Namun, tidak dengan tiga Sosok laki-laki yang masih berdiri ditempat.
"Kenapa kalian masih diam aja?" Tanya sang guru, namun tidak dijawab.
"HEI!" ucap sang guru keras.
"Balik badan!" Suruh sang guru.
Mereka bertiga pun membalikkan badan, namun tetap diam dan memandang kebawah. Sang guru olahraga itu mendekati ketiganya dengan penggaris panjangnya.
"Kalian lagi- Kalian lagi." Ucap sang guru, mengetuk-ngetuk meja disampingnya dengan penggaris kayunya.
Tidak ada jawaban dari ketiganya. "Berhentilah cari masalah, sekarang kembali ke kelas!" Suruh sang guru.
"Tapi, Pak?"
"Tapi apa? Mau diam disini dan bolos pelajaran?"
"Enggak!" Jawab ke-tiganya kompak.
"Kalo begitu silahkan pergi." usir sang guru.
"Terima kasih, Pak" ketiganya menyalami sang guru. Lalu pergi keluar kantor.
•••
Di luar di lorong-lorong sudah tampak sepi, semuanya sudah masuk kedalam kelas masing-masing. Namun, ketiga laki-laki itu tetap berjalan santai. Menuju atas, menaiki tangga dengan pelan dan santai. Menikmati kesunyian ini.
"Eh, kamu penasaran enggak sama murid baru tadi?" ucap laki-laki bertag name Raga Setya Nugraha.
"Enggak." Jawab laki-laki berambut hitam lebat itu singkat.
"Kamu penasaran enggak Mahesa?" Tanyanya lagi tak tinggal diam. Menanyakan satu temannya lagi.
Namun tidak ada jawaban, dia benar-benar dingin. Tidak ada ekspresi apapun dari raut wajahnya. Bahkan mempercepat langkahnya mendahului kedua temannya yang melangkah dengan santai.
"Aku duluan." Ucapnya, lalu berjalan lebih cepat. Meninggalkan kedua temannya yang terdiam.
"Ya Allah, punya temen gini amat." Raga menepuk dahinya dengan tangannya.
"Sabar." laki-laki bertag nama Rocky Septian Pamungkas. Itu menepuk pundak temannya.
"Sabar Mulu, rasanya pengen aku. Tampar si Mahesa." ujar Raga, mencurahkan isi hatinya. Memperjelas sambil tetap berjalan. Namun, temannya hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum tipis.
"Kamu harus ngomong di depan orangnya aja nanti, oke." Tepukan terakhir sebelum akhirnya berlari lebih dahulu meninggalkan Raga yang masih berjalan santai.
"Maksud kamu?" Raga menyadari ucapan Temannya.
"Tian, woi! Awas kalo ngadu ke Mahesa." Teriaknya berlari mengejar Septian. Tidak peduli jika suaranya menganggu setiap kelas di lantai tiga itu.
••🌻••
Vina berjalan perlahan memasuki kelas barunya. Menemukan sang guru tengah menulis di papan tulis dan para murid Tengah fokus untuk menatap buku tulisnya masing-masing menyalin apa yang di tulis di papan tulis itu.
"Permisi." ucap vina pelan, tidak ada yang mendengar Karna suaranya begitu lembut dan pelan.
Vina mencoba berjalan lebih dekat mendekati sang guru. "Permisi, Bu." ucap Vina keras mampu di dengar sang guru dan beberapa murid yang duduk di barisan depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir || Heeseung
Ficção Adolescente"Kita dekat tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk dekat lebih lama" ucap Vina. Dimana dirinya terisak duduk di pinggir tanaman, dimalam gelap itu. Hari adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Setiap detik adalah kehilangan. BANTU SHARE JIKA KAL...