"Bulan, kau sudah mengerjakan PR mu?"Yang di tanya menggelengkan kepalanya pelan, "Belum mom, nanti saja" jawabnya tanpa menatap sang mommy. Dia tidak tahu saja kalau saat ini mommy nya sedang menatapnya tajam, seakan sebentar lagi akan menerkamnya.
"Kerjalan PR mu sekarang Bulan!! Atau mommy ambil video game mu?!!"
Anak kecil berusia 5 tahun itu segera berlari ke arah meja belajarnya setelah melempar video game nya asal. Toh kalau rusak mommy nya bisa membelikannya lagi yang baru.
"Ck! Harus di bentak dulu baru nurut" Vienna menggelengkan kepalanya dengan kelakuan putrinya itu. Sangat mirip dengannya saat kecil dulu. Wajahnya pun benar-benar foto copyan dirinya. Beruntung Bulan tidak mirip dengan pria brengsek itu. Lebih baik begitu. Vienna takkan rela jika putrinya mirip dengan pria brengsek itu. Sampai kapan pun Vienna tidak akan pernah mengakui Diego sebagai ayah kandung Bulan. Biarlah ia yang menjadi satu-satunya orang tua Bulan.
Semenjak kejadian mengerikan itu, Vienna memutuskan untuk tinggal di Busan, meninggalkan kota Seoul, kota yang menyimpan banyak kenangan untuknya, kenangan bersama dengan Alexa. Wanita yang di cintainya. Wanita yang sampai kini belum ia temukan juga keberadaannya.
Vienna hanya bisa berharap, suatu hari nanti dirinya bisa bertemu lagi dengan Alexa.
'Aku telah memanggil namamu di seluruh alam semesta ini, tapi aku masih tak dapat menemukanmu'
Vienna menghembuskan nafasnya kasar, bayangan Alexa selalu muncul di pikirannya. Padahal ini sudah 5 tahun berlalu. Tapi ia masih tidak bisa menghapus Alexa dari pikirannya.
"Mommy, kenapa hanya berdiri di situ saja? Sini temenin Bulan" anak kecil itu menarik tangan Vienna lalu membawanya duduk di ranjang miliknya, sedangkan ia kembali lagi duduk di depan meja belajarnya.
"Mommy, kata bu guru, Bulan suruh nulis nama ayah di sini" Bulan membawa kertas yang bertuliskan bio data siswa lalu memperlihatkannya pada Vienna.
Setelah tahu isi kertas tersebut Vienna di landa rasa bingung. Haruskah ia mencantumkan nama pria brengsek itu di sana?
"Nama ayah Bulan siapa mom? Biar nanti Bulan yang nulis" ujarnya memegang pensil di tangannya, bersiap-siap menuliskan nama ayahnya.
"Tulis saja nama mommy sayang, kalau guru kamu nanya biar nanti mommy yang bilang ya" mengelus pucuk kepala putrinya dengan sayang. Sebenarnya Vienna tidak tega ketika melihat raut wajah kecewa putrinya. Sudah sering Bulan menanyakan perihal ayahnya pada Vienna, namun Vienna tak pernah sedikit pun mau memberitahukannya. Vienna selalu mengalihkan topik pembicaraan mereka ketika Bulan sudah mulai membahas perihal keberadaan ayah kandungnya itu.
"Jadi Bulan gak punya ayah ya mom?" tanya Bulan polos. Tatapan matanya terlihat sendu. Vienna sadar itu.
"Kamu kan masih punya mommy sayang" ujar Vienna mencoba menghibur putrinya. Bulan hanya mengangguk, lalu beranjak kembali ke meja belajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
City🏙
FanfictionDi hari apa? Di waktu seperti apa? Di tempat mana? Akankah dunia kecilku tersenyum padaku? ~City~