7. Jeju

440 28 0
                                    

"Vienna?" panggilan tersebut berhasil mengalihkan atensi mereka. Tidak terkecuali Vienna yang namanya di sebut. Vienna menoleh, ingin mengetahui siapa yang memanggilnya.

'Deg'


Mata itu, mata itu akhirnya dapat bersitatap setelah sekian lama.

"Alexa?" Vienna mencoba menajamkan pengelihatannya. Apa benar sosok wanita di hadapannya kini adalah sosok yang selama ini di carinya? Sosok yang amat di rindukannya.

Aurora dan Bulan yang tidak mengerti dengan situasi saat ini hanya bisa terdiam, tanpa banyak kata yang terlontar dari mulut keduanya.

Seperti gerakan slomotion, Vienna dan Alexa sama-sama melangkah untuk memangkas jarak mereka. Sampai keduanya kini sudah saling berhadapan.

"Alexa, apa ini kau?" memegang sisi wajah Alexa. Mengelusnya lembut, memastikan jika sekarang ia tidak sedang bermimpi. Jika pun mimpi, ia berharap tidak akan bangun selamanya.

Alexa mengangguk, matanya sudah berkaca-kaca, dan detik itu juga Alexa menghambur ke pelukan Vienna. Vienna yang belum siap, akhirnya terjatuh di sofa dengan Alexa yang menindihnya. Alexa mana peduli. Ia justru sibuk menangis di pelukan Vienna. Wajahnya ia tenggelamkan di ceruk leher Vienna. Menghirup aroma yang amat sangat di rindukannya itu. Sampai kapan pun Alexa tidak ingin kehilangan Vienna lagi dalam hidupnya. Ia ingin selalu bersama Vienna. Apa terdengar egois?

Dua sosok lain di sana tampak terkejut, menyaksikan dua ibu mereka yang saling berpelukan. Sampai melupakan kehadiran keduanya di sana.

Bulan refleks menutup mata Aurora ketika melihat mommy nya dan ibu gurunya berciuman di depan mata kepalanya.

"Kenapa kau menutup mataku?" Aurora kebingungan dengan Bulan yang tiba-tiba saja menutup matanya.

"A-aah i-itu tadi ada debu jatuh, takut masuk ke matamu, jadi aku menutup matamu hehe hehe" tawa canggung Bulan, menarik kembali tangannya setelah Vienna dan Alexa menyelesaikan acara berciumannya.

"Terima kasih" senyum Aurora menatap Bulan. Yang di tatap mendadak jadi salah tingkah. Sebisa mungkin Bulan berlagak biasa saja. Ia tidak ingin terlihat aneh di mata Aurora. Image nya harus baik. Dan dengan cool nya Bulan hanya menganggukan kepalanya membalas Aurora.

"Ekhem" suara itu merebut atensi keduanya.

"Mommy?" ya itu suara Vienna yang sekarang sudah berada di depan Bulan dan Aurora, di sebelahnya ada Alexa yang masih saja tersenyum. Tampaknya hari ini Alexa sedang berbahagia hingga tak bisa menghentikan senyum di wajahnya. Ah tidak, bukan hanya Alexa saja, melainkan Vienna juga. Tapi Vienna masih mampu mengendalikan ekspresinya, tidak seperti Alexa.

"Asik banget ngobrolnya" sindir Vienna. Bulan langsung menatap mommy nya dengan malas.

'Mommy tuh yang keasikan ciuman sama bu Alexa' cibiran itu hanya mampu di katakan dalam hatinya. Bulan belum cukup memiliki keberanian untuk mengatakannya langsung di hadapan sang mommy. Takut video game nya akan di sita. Tahu sendiri Vienna sangat suka mengancam Bulan dengan dalil video game nya akan dia ambil. Bulan yang tidak mau video game nya di ambil jadi selalu menurut pada Vienna. Ya, hanya terpaksa. Ini semua demi video game nya.

"Mamah kapan kita pulang?" tanya Aurora menatap sang mamah.

Alexa menoleh ke Vienna, seakan menyuruh agar Vienna yang menjawabnya.

"Malam ini kalian nginep aja dulu di sini ya, pulangnya besok aja, ini udah sore" ujar Vienna sedikit menunduk untuk melihat wajah Aurora. Wajah Aurora sangatlah mirip dengan Alexa. Keduanya benar-benar cantik.

City🏙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang