Selamat membaca!!!
Seorang lelaki tampan dengan setelan jas tengah duduk di kursi kebesarannya, menghadap beberapa jajaran eksekutif di perusahaan milik keluarganya. Ia terlihat sesekali menatap pergerakan jarum jam yang melekat di pergelangan tangannya. Detik demi detik begitu terasa lambat bagi seorang David Schneider. Entah apa yang ada dalam benaknya saat ini, sehingga pertemuan tahunan yang ia pimpin terasa tidak lagi jadi fokusnya. Tubuhnya memang berada di tempat ini, ruangan dengan pintu kayu besar ini. Namun tidak dengan jiwanya, karena sejak beberapa jam lalu ia sudah tidak terlalu menyimak apa yang dikatakan oleh para eksekutif.
Sial! Tempat duduk ini rasanya panas sekali! Gerutu David dalam hati ketika mulai merasa bosan dengan pertemuan tahunan Schneider Corporation milik Ayahnya. Kali ini David mewakili Ayah dan Kakaknya untuk memimpin pertemuan ini. Rasanya begitu jenuh berhadapan dengan para eksekutif yang lebih banyak mendebatkan hal yang tak begitu penting. David tidak memiliki ketertarikan pada bisnis keluarga.
"Tuan Schneider, bagaimana pendapat anda mengenai rencana anggaran tahun mendatang?" seorang eksekutif mulai menanyakan pendapat David selaku pemimpin pertemuan kali ini.
"Saya rasa cukup baik, tetapi perlu dilakukan diskusi ulang dengan Presiden Direktur perusahan untuk tindakan selanjutnya."
"Baikla, Saya rasa cukup untuk pertemuan hari ini. Semua data dan proposal akan ditinjau ulang oleh Tuan Muda Scheider," Asisten David mengakhiri rapat besar tersebut.
David melonggarkan dasi merah yang sejak tadi serasa mencekik lehernya. Kekesalannya selalu terjadi jika terpaksa harus menggantikan sang ayah atau sang kakak untuk memimpin pertemuan bisnis. "Aku seorang Profesor Budaya, dan mereka memintaku bernegosiasi bisnis? Sungguh Michael Schneider begitu menyebalkan!" kesalnya ketika hanya ada dirinya dan sang asisten, James.
"Sabar, ku yakin kau bisa melewatinya!" James menepuk pelan bahu David yang berdiri lemas dengan dasi berantakkan.
James adalah sahabat David sejak kecil, dan ayah James juga asisten dari Michael Schneider, ayah David. Ayah David seorang pebisnis sukses di Jerman dengan reputasi sangat baik. Hanya saja dia amat senang membangkitkan emosi David, walau tujuannya hanya untuk mengerjainya.
"Tolong siapkan pesawat untuk keberangkatanku ke London besok!" perintah David pada James sebelum beranjak meninggalkan kantor.
"Baik," jawaban kepatuhan James pada sahabat sekaligus atasannya tersebut.
David memacu kencang mobil sport miliknya di jalanan Kota Munich, sebuah kota indah di Jerman dengan segala cerita sejarah masa lalu. Udara yang cukup dingin dan mencekik menusuk jantung pun sudah tidak ia pedulikan lagi. Ia ingin agar segera berada di tempat yang sama dengan orang yang paling dirindukan. Dan kini mobil sport mewahnya tepat berhenti di depan pagar besar sebuah kawasan berisi bangunan-bangunan klasik khas Jerman. Dengan pepohonan yang memutih ditutupi salju yang terus turun di penghujung bulan Desember.
Ludwig Maximilian University of Munich
Sebuah tulisan besar terpampang jelas di depan mobilnya, tempat di mana ia bisa merasa nyaman untuk bekerja. David merupakan Dosen Budaya dengan reputasi baik di universitas ini. Lelaki tampan yang masih setia dengan kesendiriannya itu begitu digandrungi mahasiwi. Diusianya yang tergolong muda, David berhasil mendapatkan gelar 'Profesor' dan seringkali menjadi pembicara di beberapa seminar budaya di Eropa. Tampan, putra kedua pengusaha kaya di Eropa, cerdas, dan masih sendiri membuatnya selalu menjadi incaran gadis-gadis di luaran sana. David masih terlihat betah dengan kesendiriannya, mengunci hati dari kehadiran gadis lain dalam hidupnya. David memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat hari ini, ia pun bergegas pulang ketika sudah memastikan tidak ada kelas lagi setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Daughter - Serial the Jacob 1
Mystère / ThrillerNB : Mengandung adegan dewasa dan kekerasan. Harap bijak dalam membaca. Dinginnya salju yang menerpa kulit tak lagi dirasa, saat luka di hati dan tubuh begitu menyakitkan. Perlahan darah dari tiap luka di tubuh Sarah Dimitrova-Jacob membeku, seperti...