bagian 4: ice cream

80 13 0
                                    

Dirga sedang memarkirkan vespa putihnya saat melihat Diandra berjalan masuk ke gedung kuliah. Ia buru-buru melepas helmnya dan mengambil setumpuk kertas yang sudah dijilid di dalam bagasi motor.

Langkahnya terhenti karena terganggu dengan ponsel yang sedari tadi bergetar. Tangan kirinya yang menganggur ia masukkan ke saku jinsnya, mengambil benda persegi panjang tersebut.

"Siapa sih?" rutuknya.

Dirga menggulir layar ponselnya dan menemukan banyak notifikasi di group chat kelompok mata kuliah EPG. Hari ini kelompoknya mendapat giliran untuk presentasi, dan Dio sudah mengoceh di group chat, memberitahukan pada anggota kelompoknya bahwa Pak Cipto sudah di kelas dan mereka harus segera datang.

Ia tidak berhasil mengajak Diandra untuk sekelompok dengannya setelah beberapa kali mencoba membujuk gadis itu. Tentu saja!

Akhirnya, dengan memungut sisa-sisa harga dirinya yang berceceran, pemuda itu meminta bergabung dengan gossip boy--Bara, Dio, Agam--dan mendapat hadiah tertawaan dari mereka bertiga. Dirga harus siap menjadi bulan-bulanan ketiga adik tingkatnya yang tak punya akhlak itu dalam beberapa waktu ke depan. Salahkan pemikiran sombongnya yang begitu percaya diri untuk berteman dengan Diandra.

klp. EPG

Dio: lu pada di mana dah?

Dio: pak cipto udah masuk ini

Dio: handout jgn lupa difotokopi @dirga

Agam: Sori bro aku ga masuk hari ini.

Agam: Perutku mules, kemaren diajak cewekku makan seblak lvl 5.

Dio: perasaan lu sakit mulu njir.

Dio: kemaren matkul kp lu bilang kena bisul

Dio: besok2 ape lagi?

Agam: Y gmn y

Bara: otw jurudan, abis nhanterin ayang

Tanpa membalas pesan grup itu, Dirga mematikan ponselnya dan berlari menyusul Diandra yang sudah menghilang dari pandangan.

"Lo mau ke kelas, kan?" ujar Dirga begitu ia berhasil mencapai gadis itu di koridor. Ia menyisir rambutnya yang sedikit berantakan seraya bersenandung kecil.

Mereka tiba di kelas ketika ruang itu sudah dijejali oleh mahasiswa. Dengan posisi yang masih berada di belakang Diandra, Dirga mendorong pintu yang terbuat dari kaca itu, mencegah agar kepala si gadis tidak terantuk pintu karena sedari tadi hanya melamun.

Semua mahasiswa di dalam kelas tersebut sibuk dengan kegiatan masing-masing, sebab tak ada Pak Cipto di sana. Ya, Dirga tak menemukan sosok dosen beruban yang selalu menggunakan kaca mata berantai itu. Jadi kenapa Dio harus begitu cerewet menyuruhnya untuk segera ke kelas?!

Diandra berjalan menuju kursi belakang, spot favoritnya. Dirga masih membuntutinya, bahkan ia ikut-ikutan mendudukkan pantatnya di kursi sebelah Diandra. Pemuda itu tidak berniat untuk bergabung bersama Dio yang terlihat asik mengobrol dengan Putro dan Gandhi. Obrolan ketiga pentolan kelas itu pasti tidak jauh dari perdebatan mengenai teori konspirasi di balik kematian Hitler hingga bagaimana perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok memengaruhi ketidakstabilan ekonomi Indonesia. Dirga sempat heran mengapa Dio mau berteman dengan mahasiswa bobrok seperti Bara dan Agam.

Dio: terus berprogres brou?

Dirga menatap Dio setelah mendapat pesan dari cowok berkaca mata itu. Pemuda itu tengah menaik-naikkan alis padanya yang dibalas Dirga dengan pelototan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RengatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang