3. Pujian

456 91 7
                                    

"Jaemin—" Haechan menggantungkan kalimatnya, wajahnya berseru merah. Menatap jaemin dengan malu-malu.

"—Haechan suka sama Jeno!" Cicitnya malu-malu diakhiri dengan kedua tangan madunya yang menutupi wajah memerahnya.

Haaaa?

Apa-apaan sahabat gembul nya ini? Tidak diberitahu Jaemin juga sudah tau!

Mereka kan sudah berteman sejak jadi zigot.

"Aku tau chanieeeee~" Balasnya gemas.

Haechan mulai menurunkan tangannya, ekspresi malunya tadi berubah menjadi ekspresi sedih dengan bibir tertekuk ke bawah.

"Haechan harus apa lagi agar bisa dekat dengan Jeno?"

Jaemin berpikir sebentar. Sedangkan Haechan menanti apa yang akan dikatakan Jaemin.

"Kau harus sering ngobrol dengannya. Mungkin dengan begitu kalian bisa lebih dekat?" Saran Jaemin.

"Ngobrol? Mau bahas apa? Aku suka kehabisan topik kalau bicara berduaan saja dengan jeno." Haechan sering kali berusaha mengajak Jeno ngobrol, tapi biasanya obrolan mereka tidak berlangsung lama.

Rasanya Haechan tidak punya topik di otaknya ketika sudah berbicara dengan Jeno.

"Kalau kamu kehabisan topik, kamu bisa memujinya."

"Memujinya?" Haechan meminta penjelasan lebih.

Jaemin dengan mantap menganggukkan kepala. "Ya. Sesekali memujinya juga tidak masalah."

"Aku harus memuji apa?"

"Bilang saja 'kau memiliki senyum yang manis'. "

Kemudian tanpa diberi aba-aba, Haechan langsung menerjang Jaemin dengan pelukan. "Huaaa terimakasih nanaaa! Nanti akan aku coba!" Serunya senang. Mendapat tepukan pelan di kepala dari yang lebih tinggi.

"FIGHTING CHANIEEE!"

"FIGHTING!"

Keduanya kembali tertawa sambil saling berpelukan.

[•]

"He'em. Aku rencananya ingin pelihara beruang saja, soalnya tidak ada yang alergi beruang di rumah." Haechan berucap dengan mantap.

"Memangnya kak Taeyong setuju? Kak Mark juga?" Tanya Jeno.

Sekarang sudah jam istirahat, mereka memutuskan menghabiskan waktu istirahat dengan memakan bekal di kelas. Sebenarnya tidak hanya mereka berdua, tapi beberapa teman sekelasnya juga.

Hanya saja secara kebetulan kursi keduanya depan-belakangan, jadilah Jeno membalikkan kursi Haechan agar si madu makan semeja dengannya.

"Mereka pasti setuju kali ini." Balasnya setelah menelan bekal terakhirnya.

"Baguslah kalau begitu."

Jeno yang sudah selesai makan dari tadi mengangguk, menyodorkan sebotol air mineral untuk Haechan.

"Terimakasih." Gumam Haechan.

Keduanya diam. Tidak ada percakapan lagi setelahnya.

Duh, bagaimana ini.

Haechan merutuk dalam hati. Padahal ia sudah bersusah payah mencari topik dari tadi agar pembicaraan mereka lebih lama dari sebelumnya, tapi tetap saja ia kehabisan topik!

Saran dari Jaemin kemarin malam melintas di otaknya. Ia baru kepikiran sekarang! Untung saja kemarin ia sempat meminta saran dari Jaemin.

"Jeno." Panggil Haechan pelan.

"Ya?"

"Aku memiliki senyum yang manis!" Ucap Haechan cepat. Wajahnya terasa panas sekali, padahal kelas mereka biasanya sejuk.

Jenk yang awalnya kaget dan bingung akhirnya tersenyum. Tangannya terangkat untuk mengusak puncak kepala Haechan gemas.

"Ya. Senyum kamu memang manis. Maka dari itu, kamu harus selalu tersenyum." Matanya seolah menghilang menjadi bulan sabit dengan senyum yang masih terpatri.

Tidak tahukah Jeno, perkataan dan perbuatannya tadi berhasil membuat jantung Haechan berdegup lebih kencang dari biasanya.

Rasanya jantungnya akan copot sekarang juga.

Ya Tuhan. Haechan tidak mau mati sekarang!

Tbc

Ihhh kayaknya udah lama banget ini gak apdettt :') pasti udah banyak yang lupa huhuhu
Makasih ya udah mau baca dan menunggu ini up dengan sabar ♡
Lop yuuuu oll

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Type [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang