chapter2

23 2 0
                                    

Happy reading~

"Berapa biaya untuk menyewa perempuan itu satu malam?"

Kata yang terlontar dari mulut sang pengunjung membuat Eve dan Angga terdiam, begitupun dengan pria itu yang sedang menunggu jawaban dari keduanya

"S-saya mas?" Eve bertanya untuk memastikan apakah yang dimaksud dia atau bukan

"Ya kamu lah emang dimeja ini ada siapa lagi, ya kali saya mau nyewa bartendernya"

"...."

"Maaf mas tapi dia bukan perempuan sewaan dia cuma pelayan biasa, kalo mas mau bisa saya panggilkan yang lainnya" terang Angga

"Enggak perlu saya maunya dia"

"Tapi mas-"

"Dimana pemilik tempat ini?" Pria itu bertanya dingin memotong perkataan Angga

"Eh mas?"

"Cepat" nada bicara pria itu semakin dingin dan tatapannya semakin tajam membuat Eve dan Angga takut untuk membantah sehingga Angga tidak punya pilihan selain membawa tamu itu keruangan pemilik club, sedangkan Eve mulai berkeringat dingin takut dengan bayangan apa yang mungkin saja terjadi kedepannya

Kini mereka berada diruang kerja pemilik club malam dimana Eve bekerja, Eve dan Angga berdiri sedangkan pelanggan itu duduk didepan meja bosnya

"Maaf tuan disini ada banyak pelacur yang bisa anda sewa tapi untuk Eve anda tidak bisa tuan, mungkin Angga sudah memberitahu bahwa dia hanya pelayan biasa buk-"

Ucapan sang atasan terpotong tak kala pelanggan itu mengeluarkan cek kosong dengan stempel salah satu perusahaan terbesar se-Asia.

"Jonathan bawa Eve ke Mira minta dia dandani Eve, ini tuan kunci kamar VVIP no 3 biar Angga yang mengantar"

Kalimat yang terlontar dari mulut sang atasan membuat Eve dan Angga tersentak bahkan jika kemungkinan itu sempat terlintas dibenak mereka

"T-tapi pak Eve-"

"Sudah Angga kamu diam nanti gaji kamu saya naikkan, sana cepat antar orang itu dia sudah menunggu didepan kita gak bisa menyianyiakan kesempatan ini"

Setelahnya dua orang bertubuh kekar menghampiri Eve, menyeretnya paksa untuk dibawa ketempat berias, Angga hanya diam menatap nanar pada Eve yang meronta bahkan meskipun dia ingin menolong hak itu jelas percuma, kini yang dapat dilakukannya hanya diam melaksanakan apa yang diperintahkan bos-nya bahkan meskipun hati nuraninya menolak

_____________

"Eh eh ada apa ini?"

"Maria cepat dandani dia dan pakaikan pakaian yang menarik"

"Loh? Kenapa?"

"Sudah nanti saja bertanya nya kita harus cepat"

"Enggak! Gak mau"

"Sudah diam!" Sentak Jonathan

_____________

" Masuk" Jonathan berujar dengan nada tegas sedikit mendorong Eve ke pintu bertuliskan VVIP 3. Membuat tubuhnya terhuyung dan membentur pintu coklat yang tertutup itu

Menatap nyalang pada Jonathan, mengetatkan rahang penuh amarah. Jonathan hanya diam menatap datar kepada eve, dia jelas tau mengapa Eve yang biasa tersenyum manis padanya kini menatapnya penuh amarah.

"Masuk lah"

"Enggak aku gak mau!"

"Eve"

"Gak mau berapa kali ku bilang aku bukan pelacur dan gak akan pernah!"

"EVE! Cepat masuk dan semua akan cepat selesai, toh nanti kau juga akan diberikan uang tambahan" sentak Jonathan murka kesabarannya sudah habis, dia tak heran dengan respon Eve tapi disini mereka sama-sama butuh uang

"Jonathan!"

"APA!? MEMANG APA YANG KAU HARAPKAN DARI BEKERJA DITEMPAT INI! KAU SUDAH BEKERJA DITEMPAT TERKUTUK INI DAN MASIH BERHARAP BISA KELUAR DARI SINI DALAM KEADAAN SUCI?!" Jonathan meledak, amarah dan rasa frustasinya akhirnya mengalahkan akal sehatnya.

Dia sadar benar benar sadar apa yang dirasakan Eve, tapi mereka berada dalam keadaan yang sama, sama sama membutuhkan uang.

Sebenarnya dari awal gadis itu melamar pekerjaan disini 'hanya' sebagai pelayan saja Jonathan sudah menduga hal ini akan datang, belum lagi melihat wajah Eve yang cantik dan tubuh yang bagus cukup mengundang hasrat laki laki hidung belang.

Mata Eve mulai berkaca-kaca, bukan ini yang dia harapkan, dia tidak mau mengikuti jejak ibunya sebagai pelacur, tapi apa yang dikatakan Jonathan benar adanya. Dia sudah terlanjur masuk kedalam dunia malam dan kini kalaupun dia mau mundur dia yakin tidak akan berhasil, atasannya sudah mengeluarkan perintah untuk mengirimnya ke kamar ini yang berarti kabur sama artinya dengan menjemput ajalnya sendiri, tempat ini penuh gemerlap dunia bagi mereka yang beruang tapi tidak bagi mereka yang kemari untuk mencari uang untuk menyambung hidup.

Bahkan mau meminta bantuan pun tak ada yang bisa dia mintai bantuan. Memohon kekeluargaannya? Jangan harap, yang ada dia akan benar benar terhapus dari dunia. Sekarang saja dia harus hidup layaknya benda mati agar tetap bisa hidup. Memang sehebat apa pria itu sampai bos yang selama ini setuju untuk memperkerjakan Eve hanya sebagai pelayan kini malah menjadikannya pelacur.

Menghela nafas panjang, Jonathan menarik paksa  Eve dan mengetok pintu yang tertutup dihadapannya. Pintu terbuka memperlihatkan 'dia' laki laki yang menyewanya dengan rambut sedikit basah dan pakaian yang sudah terlihat lebih santai jika dibanding dengan jas yang dipakainya tadi.

"Sudah sampai? Kalo gitu bawa dia masuk"

Mengangguk mengerti Jonathan membawa Eve masuk, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Eve dan si pelanggan.

Hening

Eve terduduk diatas kasur dengan tangan yang mulai keringat dingin. Matanya menatap waspada pada setiap pergerakan orang asing itu. Sedangkan yang ditatap mengacuhkannya berjalan dengan santai kearah rak wine yang tertata rapi di sudut ruangan.

"Saya menolak melayani anda!" Kata kata kasar yang terlontar dari bibir ranumnya menjadi pemecah keheningan diruang itu.

Tak lama setelahnya suara tawa menggelegar memenuhi ruangan itu. Suara yang perlahan redup berganti seringai penuh cemoohan.

"Lalu kau pikir aku akan mendengarkan mu? Hah! Lucu sekali"

TBC....

Rab, 18 Mei 2022
19.24

✿F.M.L.P.C✿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang