Bumi-ku 1

1.1K 164 14
                                    

"Selamat siang, silahkan pilih yang kamu suka." Suaranya menyahut lembut sekali kepada lawan bicara.

Aku sudah memperhatikannya selama lebih dari sebulan ini. Dia pekerja keras, terampil dan disukai banyak orang. Apalagi tampilannya manis berpadu dengan tampan. Sangat indah sekali untuk dilihat.

"Awan, roti tawar disini habis. Bisa tolong ambilin lagi?"

"Ah iya, siap."

Aku tersenyum bergegas menuju ruangan stok, senang sekali saat dia menegurku dan memberiku perintah seperti saat ini.

Aku sangat menyukainya. Terlepas dari kami yang sama sama laki laki, tak masalah kan selama dia tidak tahu?

Awal perasaan ini ketika aku tak sengaja memperhatikannya yang sedang fokus menghias sebuah cheesecake, mata nya bulat dan jernih, teliti sekali menyusun buah strawberry bersih nan segar itu diatas kue nya.

Lalu saat ada pelanggan yang memilih kue itu, dia akan senang sekali. Membawa sebuah senyuman yang tak pernah luntur sampai senja tiba.

Kemudian sebaliknya, ketika ada pelanggan yang tak sempat menghabiskan pesanan, dia akan cemberut dan mudah marah marah. Wajah dan perangainya sangat lucu disaat seperti itu.

Aku benar benar jatuh hati pada sosok serta apapun yang melekat pada dirinya.

Kami bekerja disebuah toko roti. Disini biasanya akan sibuk ketika pagi dan sore menjelang malam. Meski cukup repot karena hanya ada empat pegawai disini, tapi aku sangat nyaman sekali. Walau gaji yang diberikan kalah total dengan gaji karyawan di pabrik.

Yang ku suka dari pekerjaan ini adalah, aku bisa berdekatan dengan Bumi. Biasanya dia selalu menyuruhku mengangkat barang ke gudang makanan, membawakan alat alat atau sekedar menjadi tester resep baru nya. Sangat menyenangkan.

Lalu aku bisa mencuri-curi pandang saat ia sedang menjelaskan sesuatu seperti saat ini.

Dia bilang gula halus akan terasa lebih manis karena meleleh di mulut. Tapi bisakah ku katakan jika sosok nya lebih manis dari pada gula-gula itu?

"Coba ini." Dia menyodorkan satu ruas gula halus pada jarinya, diam didepan mulut ku dan berharap dibersihkan.

Aku menurut saja dan benar terasa sangat manis. Sungguh manis apalagi ditambah senyuman nya.

"Manis banget kan?" Kini gilirannya mencoba gula halus itu.

Dengan jari yang sama dia mencicipi gula halus nya. Ah, bisa kah ku bilang kalau apa yang sedang dia lakukan itu adalah ciuman tak langsung bersamaku?

Memikirkannya saja sudah membuat jantung ku berdetak tak karuan.

"Hm? Loh, Awan alergi gula?" Dia bertanya membuatku keheranan atas pertanyaan itu.

"Tidak kok, kenapa?"

"Itu, pipi mu merah."

Aku tak sanggup menahan tawa, namun Bumi justru malah terlihat makin khawatir. Ah lihatlah betapa manis nya dia.

"Ini bukan alergi kok, tapi ini sepertinya mau mencapai tahap diabetes. Soalnya manis nya Bumi melebihi gula."

"Yeh malah gombal, dasar buaya."

Kami tertawa dengan candaan-candaan seperti itu. Membuat waktu terasa singkat dan sayangnya harus selesai begitu saja seperti hari-hari kemarin.

"Bumi, aku anter ya?"

"Loh... beneran? Asik ngirit ongkos nih."

Bumi adalah sosok sederhana. Kebahagiaan nya bisa didapat dari hal kecil sekalipun. Seperti sekarang, sepanjang jalan dia duduk anteng melaju bersama ku memakai motor Scoopy ini, dia terus mengoceh senang. Katanya uang ongkos nya mau di tabung buat biaya masa tua.

BUMI-KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang