Bumi-ku 2

542 124 11
                                    

Aku sudah menunggu di depan kantor balai desa. Sudah tiga kali ku periksa tampilan ku, aku harus tampil maksimal tak mau mengecewakan Bumi sedikit pun. Minimalnya aku tak boleh membuat Bumi malu berjalan berdampingan denganku.

Dari kejauhan bisa ku lihat kedatangannya. Bumi sangat pandai merawat diri, wajah nya itu berseri dengan rambut halus hitam kecoklatan, baju nya rapih dan terlihat manis. Dia nampak sangat menawan, aku bahkan sampai berdetak kencang.

"Awan, duh maaf ya telat. Bis nya macet."

"Iya gak papa, macet disebelah mana?"

"Itu yang pas perempatan dekat toko kelontong, ada kecelakaan."

"Wah, maaf ya gak bisa jemput kamu."

Kami terus mengobrol sambil masuk ke area pameran. Setelah memberikan tiket ke petugas penjaga, dua tangan kami diberi cap khusus. Cap ini adalah tanda bahwa kita bisa mencoba beberapa wahana secara gratis.

Baru beberapa langkah saja Bumi sudah sangat cerewet ingin mencoba ini dan itu. Dia menarik tanganku, lalu membidik nya dengan ponsel. Bumi mengabadikan foto tangan kami berdua, aku sampai bergetar gugup bercampur senang.

"Upload dulu ah." Begitu ujarnya.

"Pacar mu gak marah nanti?" Tanyaku sambil mengambil minuman gratis, ku berikan pada Bumi lalu dia menjawab dengan entengnya.

"Lah ngapain marah, lagian aku main sama laki-laki hahaha."

Ah benar juga, bodoh sekali ku berharap jalan jalan ini spesial. Mungkin itu hanya di pihak ku saja, bagi Bumi ini hanya jalan jalan biasa melepas penat kerja.

Aku menghela nafas, ku tunjuk satu area permainan lempar bola. Hadiahnya lumayan, bisa makan gratis di sebuah toko ayam goreng selama 3 hari.

Bumi merasa tertantang, dia mengangguk dan langsung berlari ke area permainan itu. Kami membayar karcis, lalu bersiap siap membidik bola pada tumpukan kaleng kaleng.

Bumi yang pertama kali mencoba, posisi badannya sudah bagus, hanya saja tenaga nya masih kurang untuk merobohkan semua kaleng kaleng itu. Dia berdecak kesal, dia menatapku penuh seolah mengatakan "kamu harus menang! Kalau tidak, kita musuhan."

Aku tertawa dan berusaha sebaik mungkin. Percobaan pertama masih gagal, tapi percobaan kedua ku kerahkan semua tenaga pada bola ini lalu beruntung, semua kaleng nya jatuh dan aku memenangkan poin tertinggi.

Semua orang berdecak kagum, tapi yang paling ku senangi adalah wajah polos Bumi yang nampak gembira saat menerima kupon hadiahnya.

"Wah gila sih, kita dapet makan gratis nih!"

"Loh, aku yang menang berarti makan gratisnya buat ku. Bumi nyicipin aja dikit." Goda ku sambil tertawa ketika melihat Bumi merasa sedih dan pura-pura merajuk.

Kali ini kami berjalan menuju area jajanan, disini hiasan lampunya sangat cantik dan seperti berada di dunia lain saja. Kami mencoba jajanan apapun yang bisa dibeli, sampai perut kami terasa penuh dan tak bisa muat apa pun lagi.

Tapi kami tidak berhenti begitu saja. Makanan yang dicerna nantinya akan menjadi energi kan? Jadi kami putuskan untuk mencoba permainan lagi lalu memenangkan hadiah nya.

"Nih, buat Bumi." Ku berikan dia sebuah boneka beruang kecil yang bisa bernyanyi jika perutnya ditekan.

Bumi tertawa dan menolak, katanya dia bukan anak gadis. Tapi tentu saja aku sangat ingin dia menerima ini, jadi ku simpan saja ke dalam tas soren nya dengan paksa. Alhasil Bumi menyerah untuk menolak, walau dia seperti malu menerimanya.

"Mau ke rumah hantu gak?" Aku menunjuk satu rumah hantu yang nampak menyeramkan.

Bumi mengangguk semangat. Dia berdiri paling depan saat kami mengantri membayar karcis. Ku kira dia pemberani, nyatanya baru beberapa meter kita masuk, saat badut berlumuran darah muncul dan mengejutkan nya, Bumi berbalik bersembunyi dibelakang tubuhku, tangannya erat sekali memegang lengan ku.

BUMI-KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang