EP. 4

444 47 0
                                    

Kalian bisa baca cerita aku yang lain. Silahkan cek profil ku ya^^

Oke. Happy reading!

***

Cuaca sore itu memang sedang cerah. Langit biru mulai bercampur warna lain. Gradasi oranye mulai kelihatan. Cuaca memang sedang menunjukkan sedang baik. Tapi, ada sesuatu yang kurang baik terjadi pada hati manusia yang kini berjongkok sedang mencabuti rerumputan liar yang mulai tumbuh disekitaran gundukan tanah itu.

Perasaan sedih tiba-tiba menyeruak. Walaupun bibir menyungingkan sebuah senyuman tapi dilain sisi sesuatu yang lain itu memaksanya untuk mengeluarkan bulir air mata.

Bulir air mata bertahan diujung. Dia mencoba untuk tidak menangis sembari berbicara.

"Mami... Papi..."

Dia menarik napas dalam dan kembali melanjutkan. Dadanya tiba-tiba terasa berat.

"Kalian apa kabar? Pasti di sana kalian lagi bahagia ya? Aku harapnya kalian begitu. Maaf... belum bisa jadi anak yang baik untuk kalian. Mami sama Papi nggak usah khawatir. Di sini Heeseung baik-baik aja"

Sungguh laki-laki itu tengah berbohong. Dilubuk hatinya yang paling dalam mengatakan kalo dia sedang tidak baik-baik saja. Bisa dilihat matanya yang sekarang memerah menahan tangis.

"Tunggu Heeseung ya... Heeseung pasti nyusulin kalian. Heeseung kangen banget sama kalian..." dia tersenyum pahit menyadari kenyataan.

Laki-laki itu kini terisak menahan segala sesak didalam dada. Siapa bilang kalo menangis hanya diperuntukkan perempuan saja? Laki-laki juga manusia sama seperti makhluk bernama perempuan.

Tangis itu hanya berlangsung lima menit. Setelahnya Heeseung menghapus air matanya secara kasar dan bangkit pergi dari sana.

Kini melangkah ke arah mobil yang akan membawanya pergi dari area pemakaman.

Jake sengaja tidak bersuara selama diperjalanan karena dia tahu, mungkin Heeseung butuh ruang untuk menenangkan pikirannya. Kendaraan beroda empat yang dikemudikan Jake berhenti diperumahan yang cukup terbilang besar.

Jake turun membantu Heeseung mengeluarkan kopernya dari dalam mobil.

Mulut Jake sangat gatal untuk berbicara hanya saja dia tahu kondisi dan situasi. jadi lebih memilih merapatkan bibirnya.

Terdengar hembusan napas berat dari laki-laki yang kini berdiri disamping Jake. Jake hanya memperhatikan tanpa mengusik orang disampingnya.

Heeseung menoleh pada Jake yang diam saja selama perjalanan tanpa mengajaknya berbicara. Heeseung tahu Jake pasti sangat menahan segalanya melihat Heeseung habis keluar dari pemakaman.

Heeseung menyungingkan senyuman menatap Jake. Senyuman itu mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Namun, Jake sepertinya tak yakin akan hal itu.

"Kalo lo mau pulang, pulang aja. Lagian udah sore banget ini. Ntar tante nyariin elo." ujar Heeseung.

Jake menggeleng pertanda tidak setuju atas permintaan Heeseung. Lalu dia berkata

"Enggak ah. Gue boleh nginep nggak? Gue sebenarnya udah ngasih tau Mama kalo lo pulang. Jadi gue juga sekalian minta ijin mau nginep di sini."

"Yakin?" tanya Heeseung. Jake mengangguk mantap.

Mereka berdua memasuki rumah bercat putih itu. Setelah berdiri tepat didepan pintu. Lagi-lagi hembusan napas berat Heeseung keluarkan.

"Kalo nggak mau. Nginep dirumah gue aja gimana? Lagian Mama kangen juga sama lo."

Heeseung menggeleng tidak setuju. Hingga Heeseung memberanikan diri membuka pintu rumah itu.

Husband Series Jake | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang