"Sedang melamun?" tanyanya tiba-tiba. Pak Raga datang lalu mengejutkan Arabella yang memang melamun.Menyandarkan tubuhnya di meja counter dapur sambil meneguk minuman yang baru saja diambil dari kulkas. Air yang menetes menuruni jakunnya. Terlihat seksi dengan tubuh dan wajah penuh keringat. Mengusapnya dengan handuk yang ada di leher. Ditambah senyumnya mengembang sempurna. Aroma maskulin khas lelaki menguar memasuki aroma penciuman Arabella.
Arabella terpaku. Ia terpukau dengan pemandangan di depannya. Meski hampir setengah abad, wajah dan tubuh itu terlihat tetap sehat bugar dan . . . seksi. Errr ...
Arabella menelan ludah yang entah kenapa kali ini enggan masuk ke tenggorokan. Matanya pun ikut nakal karena tak mau berkedip. Mertuanya hanya memakai t-shirt dan celana pendek, tapi entah kenapa malah terlihat menarik di mata Arabella.
Berdiri mendekati mertuanya, Arabella mengambil botol minuman itu. "Papa tau, minum dingin setelah olahraga itu tidak bagus untuk tubuh."
Tak sadar bahwa jarak mereka terlalu dekat. Bahkan kini bergantian ia yang meneguk minuman itu. Menyisakan butiran air itu di ujung bibirnya. Bukannya mengusap dengan jari atau punggung tangan, ia malah menjilat dengan lidahnya. Pak Raga yang melihat itu hanya mampu menelan ludah. Ia tak tahu apa yang telah terjadi dengan rumah tangga anaknya. Yang ia tahu, Arabella dengan posisi seperti ini terlihat seksi dan membuatnya ingin menerkam.
Mengerjap beberapa kali, Arabella baru sadar betapa intim jaraknya saat ini. Tak ingin berubah menjadi canggung, ia berkata sekali lagi pada mertuanya sebelum pergi. "Jangan ulangi, Dad. it's not good for your body."
Menatap kepergian menantunya dengan berat. Ia masih melihat betapa seksi dan menggiurkan tubuh menantunya. Andai ia bukan menantunya, sudah dipastikan ia mendesah menyebut namanya.
Aroma Arabella masih bertahan di sekitarnya. Pak Raga dengan rakus menghirupnya seolah takut kehabisan aroma memabukkan itu. Memberi efek ketenangan sekaligus kenyamanan. Memejamkan mata, masih teringat bayangan bagaiman ia minum lalu air itu tertinggal. Gerakan lidahnya yang perlahan menjilat air itu mampu membuat yang bersembunyi berdiri tegak dan menyesakkan.
Shit. Mengumpat dalam hati karena tak kunjung tidur.
Pak Raga berjalan ke kamarnya dan segera menutup pintunya. Meloloskan semua pakaian yang menutupi tubuh itu, lalu dengan naked berjalan kembar mandi. Membiarkan senjatanya berdiri tegak seakan siap upacara.
❄❄❄
Arabella bernapas lega ketika sampai kamarnya. Gugup dan salah tingkah dengan posisi tadi. Selama ini dirinya tak pernah sedekat itu dengan mertuanya.
Sebenarnya ia enggan kembali ke kamar. Masih teringat bagaimana pertengkarannya dengan sang suami. Axel yang terus membantah tentang perselingkuhan itu malah menuduh dirinya yang mudah terhasut. Tidak percaya dengannya.
'Bagaimana malammu, apa hangat?'
Pesan dengan ucapan mengejek sekaligus gambar sang suami dengan tubuh polos itu mampu membakar jiwa Arabella. Hati dan otaknya mendidih karena pesan dari nomor asing itu.
Tanpa melihat wajah pria tersebut dengan jelas sebab membelakangi, ia tahu itu suaminya karena tato kupu di punggungnya tergambar atas permintaannya.
Menangis pun percuma. Kepercayaannya telah dihianati. Diremuk hingga tak berbentuk. Ditenggelamkan hingga tak bisa kembali kepermukaan dan diterbangkan hingga tak terlihat. Tak ada sisa kepercayaan sedikitpun. Meski mengais, Arabella yakin suaminya tak bisa lagi menemukan itu.
Kecurigaannya selama ini benar. Hanya saja ia diam dan tak mengungkitnya karena percaya akan suaminya. Lagipula ia belum punya bukti yang bisa menyudutkan sang suami.
Arabella mengingat kembali alasan lembur suaminya, wangi parfum yang menempel di wajahnya, tanda merah di tengkuknya dan banyak hal lainnya yang membuat Arabella mengernyit aneh dengan tingkah laku suaminya.
"Eugh...."
Lengkungan khas bangun tidur terdengar dari atas ranjang. Pergerakan yang banyak membuat Arabella melihat dari matanya.Sama sekali tak berniat menyapa atau mengajak bicara, ia memilih mengamati sang suami yang berjalan mendekat. Memeluk erat dari belakang, menumpukan dagunya di pundak Arabella. Ia tak mencegah ataupun melarang. Ia hanya diam membiarkan Axel melakukan sesuka hatinya.
"Maaf, kemarin aku mabuk dan tidak sadar sudah main sama jalang," ucap Axel penuh sesal. "Aku sangat mencintaimu, Bell. Mana mungkin aku selingkuhi kamu."
'Cih, bahkan di bajunya sama sekali tak ada bau alkohol.' Arabella mendecih sinis mendengar kebohongan suaminya.
Memang itu kan yang seharusnya. Ketika beralasan mabuk, maka baju dan bau mulut harusnya penuh dengan alkohol, tapi itu tak ada di sana. Menutupi satu kesalahan dengan kesalahan lain.
Membalik tubuh istrinya, Axel menempelkan keningnya di kening Arabella. "You know that i'm very love you. Please, stop negatif thinking."
"Ya, aku akan mencobanya."
"Terima kasih, Sayang."
"Mandi lah. Aku menunggumu sarapan."
"Siap, Sayang!"
Dulu, Arabella sangat menyukai kata-kata itu. Membuatnya tertawa kecil. Tak lupa mencuri kecupan sebelum suaminya pergi ke kamar mandi. Dan sekarang semuanya terasa hambar.
Melihat tampilannya saat ini, Arabella tersenyum puas. Dress rumahan tanpa lengan dengan panjang diatas lutut. Simple tapi mampu membuat lelaki menelan ludah. Dirinya memang tidak bekerja, tapi berpenampilan cantik itu harus meski di dalam rumah saja.
Setelah menyiapkan baju suaminya, Arabella turun. Di bawah sudah ada Sekar menyiapkan sarapan. Ada yang aneh dengan penampilan Sekar saat ini. Ia terlihat berbeda dengan kaos yang ketat meski memakai rok panjang biasa. Apa dia bermake up?
Arabella mendekat, wangi parfum yang tidak asing memasuki indera penciumannya. Sekar memakai parfum dan make up? Sejak kapan?
Axel dan mertuanya datang bersamaan. Sekar menyambut kehadiran mereka dengan binar bahagia. Arabella kembali dibuat bingung dengan sikap aneh pembantunya. Bahkan Sekar merapikan penampilan saat dua laki-laki itu hendak duduk. Senyum juga terus terkembang dari bibirnya.
"Eh, kamu kok belum siap, Sayang?" tanya Axel pada Arabella.
"Aku di rumah aja. Lagi pengen istirahat," jawabnya acuh. Sebenarnya alasan Arabella malas ke toko kue nya adalah karena perdebatan dengan suaminya kemarin malam. Memmbuat mood nya buruk.
Menghela napas pasrah, Axel mengangguk. "Oke, kamu istirahat yang banyak."
Sadar ada kecanggungan antara anak dan menantunya, Pak Raga memilih diam dan menyuapkan sarapannya.
"Kamu di rumah baik-baik, ya. Jangan stress. Nanti siang aku balik buat makan siang bareng," papar Axel. Seolah menyesal dengan apa yang telah terjadi.
"Hmm."
"Aku berangkat dulu."
Setelah mobil suaminya hilang, Arabella berniat ke kamar ingin rebahan saja. Namun, saat membalik badannya, ia malah ditabrak dengan tubuh kokoh, keras, seksi dan wangi.
Lengan Pak Raga memegangi pinggang kecil Arabella. Mata mereka saling bertatap. Semakin intim dengan lengan Arabella yang berada di leher mertuanya. Aroma masing-masing menyeruak membuat keduanya menahan napas. Tanpa sadar Arabella memejamkan mata menghidu aroma yang entah sejak kapan menjadi candu.
Detak jantung Pak Raga berdetak cepat. Seperti berlomba supaya cepat mencapai garis finish. Melihat menantunya sedekat ini membuat Pak Raga menelan ludah. Begitu seksi, cantik dan menggiurkan.
"Hati-hati," lirih Pak Raga. Membuat Arabella membuka mata.
"Maaf, Pa, Bella nggak lihat."
Arabella diberdirikan, membuat jarak keduanya semakin dekat karena tubuh mereka sudah menempel satu sama lain. Bahkan hembusan napas keduanya menabrak wajah masing-masing.
Tak ingin canggung terlalu lama, Pak Raga memilih mengakhiri posisi itu. "Papa berangkat kerja dulu."
"Hati-hati, Pa."
Entah sengaja atau reflek, Pak Raga mencium kening Arabella. " Kamu cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR WITH MERTUA (Pindah Ke Kubaca)
Romance》Unpublish sebagian pindah ke KUBACA《 Jika kau selingkuh karena kenikmatan yang disuguhkan, maka aku selingkuh karena kesempatan yang kau sia-siakan. #1 Dewasa (05-04-2022) #5 21+ (05-04-2022) #1 Erotis (05-04-2022) #1 Gairah (05-04-2022) #2 Me...