TEORI DEDUKSI

59 48 14
                                    

Bagus! Hari pertamaku sebagai senior hancur berantakan! Aku bergegas berlari menuju teras depan rumah memakai sepatu mengkilat yang sudah kusemir hitam kemarin malam. Saat aku sedang memakai sepatu, aku menyempatkan melirik sebuah mobil hitam yang terparkir didepan rumah yang sudah tidak asing lagi bagi ku. Dari balik jendela luar mobil terlihat seorang perempuan dengan rambut lurus hitam legam yang duduk dengan anggun dan menundukkan kepalanya karena sedang  membaca buku.

Aku masuk kedalam mobil dan segera duduk disamping perempuan itu. Lalu dia melirik arloji dipergelangan tangannya.

"06.13 Anne. Kamu terlambat tiga menit"katanya.

"Jangan salahkan aku. Salahkan sarapanku"aku mengelak sambil tersenyum.

"Yasudahlah tidak masalah. Puaskan sarapanmu, karena hari ini kita akan melalui kegiatan dengan lelah. Perlu kamu ketahui Anne, MOS tahun ini akan sedikit berlangsung lama karena angkatan mereka sangat banyak"

"Mau angkatan mereka sedikit atau banyak, yang pasti penderitaan kita akan tetap berjalan. Tidak ada yang berubah" Perempuan itu menutup bukunya dan tertawa terbahak bahak. Rambut mengkilapnya berayun kesana kemari dengan indah.

"Penderitaan yang kamu maksud itu sudah berakhir sampai hari ini. Besok dan seterusnya kita akan bersenang senang melaluinya dengan perasaan yang tenang"

"Apa maksudmu?"sejenak aku menatap dengan wajah dingin kepadanya.

"Kita akan menjadi kandidat tahun ini"ujarnya kemudian.

"Kandidat?! Kita?! Aku tidak merasa mencalonkan Morland!"

"Aku juga sama. Tapi memang itu faktanya. Ah besok saja aku ceritakan. Kita sudah hampir dekat dengan sekolahan"

Lidahku kelu. Darahku serasa beku tidak bisa mengalir dengan lancar. Keringat mulai menetes bulir demi bulir dari pelipis dan berbagai pori poriku. Kakiku gemetaran hebat sampai sampai aku harus berulangkali menyadarkan diri untuk bisa terus berjalan.

Mendengar kata kata yang sudah diucapkan Morland tadi aku sudah mati rasa sepertinya. Dan sekarang, aku melihat wajah seniorku yang selalu muram itu lebih membuat jiwaku melayang. Ia berdiri didepan kelasku dengan membawa beberapa lembaran kertas ditangannya. Dan dia sekarang sudah menyadari kehadiranku untuk masuk kekelas itu. Aku mengatur ekspresi yang tepat untuk menemuinya yang jelas jelas pasti ada keperluan penting sampai sampai menungguku didepan kelasku. Bayangkan! Didepan kelasku! Kenapa dia tidak chat saja sih.

"Pagi kak. Mohon maaf, ingin mencari siapa dikelas ini?"Aku menghampirinya dengan wajah yang sudah ku lembut lembutkan untuk menutupi ketakutanku mati matian.
"Ingin menemui Anne. Dengan kamu sendirikan Anne? Nanti pulang sekolah segera kumpul diruang rapat"kata senior itu dan berlalu pergi.

"Baik"jawabku yang tak dihiraukannya.

Darah yang awalnya tadi beku mungkin sekarang sudah benar benar berhenti mengalir. Pergi keruang rapat? Apakah hanya aku yang disuruh kesana? Lalu untuk apa? Apa jangan jangan berhubungan dengan perkataan Morland sewaktu tadi? Jika memang iya, maka.. kandidat itu... Ah lupakan!

Ditengah tengah kegelisahanku saat ini, Morland sudah pergi menghilang entah kemana. Dia benar benar merepotkan. Tidak sekali dua kali dia berbuat seperti ini. Tapi SERING. Namun, nanti saat bel berdering dia pasti akan sudah masuk kedalam kelas. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya sehingga aku tidak perlu cemas lagi. Padahal aku sudah mencoba menanyainya berulang kali, tentang apa yang dia lakukan disaat menghilang. Tapi dia tidak pernah menjawab dengan jujur. Dia selalu berkata pergi kekamar mandi, mengunjungi guru dan lain lain. Jam menunjukkan pukul tujuh, bel berdering seperti biasanya dan Morland sudah berada diambang pintu lalu berjalan dengan ciri khasnya menuju bangku disebelahku. Oh syukurlah, pagi ini rupanya jam kosong. Aku akan menceritakan sedikit tentang teman spesialku ini.

GOOD CRIMINALSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang