02

20.7K 444 22
                                    

~~***~~


Yang aku tahu, kegilaanku, obsesiku hanyalah tentang kuasa, memperebutkan sesuatu agar bisa menjadi milik kami. Konflik saat ini adalah perebutan satu buah pulau terpencil yang memiliki harta karun di dalamnya, pulau yang tidak terlalu besar. Namun, saat dijual akan menjadi begitu mahal.

Menuruti obsesi dan tugas yang diberikan untukku, aku pagi-pagi sekali sudah siap akan melakukannya. Iya, mencari celah kelemahan musuh. Kalau bisa membuat musuh jatuh lalu tak berdaya, kenapa harus bermain pada senjata tanjam dan senjata api. Intrik yang harus diandalkan.

"Wow, pagi seperti ini kau sudah rapi? Bahkan aku lihat matahari saja masih belum sepenuhnya keluar dari persembunyian." Cashley Kim hampir tak percaya saat melihatku sudah rapi dan bersiap akan pergi ke suatu tempat. Yang Cashley tahu aku bukanlah burung Lark atau morning person.

Aku tersenyum pada sahabatku itu. "Iya. Kali ini aku memiliki akses luar biasa. Dan aku tidak akan menyiakannya begitu saja."

"Ha?" Cashley tak mengerti pada kata 'akses' yang aku katakan.

"Aku bisa menyusup masuk ke rumah salah satu dari kelompok lawan, kelompok Black Rasia--kelompok Mawar Hitam."

"Kau tidak sedang bercanda kan? Black Rasia bukanlah kelompok yang mudah kau temukan keberadaannya. Kau bahkan belum dua malam mendapatkan tugas untuk menemukan mereka." Harusnya Cashley tidak terlalu mudah untuk beranggapan seperti itu. Aku adalah tipe wanita yang tidak mudah menyerah, aku akan berusaha sekeras mungkin untuk bisa melakukan apa yang ingin aku lakukan. Iya, meski sebenarnya menemukan Jeon Luciel adalah sebuah ketidak sengajaan. Mojito dan kancing baju yang terbuka adalah jalanku menuju akses itu.

"Katakan padaku bagaimana bisa?" Cashley menjadi begitu penasaran akan hal itu.

"Tidak sulit. Aku hanya perlu memintanya untuk membuka kancing bajuku," ucapku santai.

Aku yang Cashley kenal memang wanita gila. Tapi, untuk membiarkan orang membuka bajunku itu hal yang tidak biasa. "Ellena yang aku kenal tidak akan sembarang membiarkan orang membuka pakaiannya. Jadi, apakah orang itu tidak tua. Ah, bukan. Maksudku, pasti orang itu tampan dan wangi." Cashley tahu seberapa kuat diriku mempertahankan harga diri. Namun, ketampanan dan wangi adalah kelemahan untukku. Aku begitu menyukai pria tampan dan wangi. Ya, meski tidak semua pria tampan dan wangi bisa menarik hatiku. Salah seorang dari Black Rasia itu sudah pasti memiliki daya pikat tersendiri hingga aku berserah diri untuk minta dihancurkan.

"Bukan hanya tampan dan wangi, tapi gagah dan besar." Aku tersenyum membayangkan malam indah yang pernah aku lewati bersama seorang Jeon Luciel.

"Be--besar? Maksudmu yang besar?" Entah apa yang membuat Cashley sampai tergagap seperti itu.

"Apa lagi kalau bukan, his dick." Aku menggigit bibir bawahku saat mengingat betapa gagah milik lelaki Jeon itu. Kalau boleh, aku ingin dihancurkan lagi, tapi tidak melibatkan perasaan untuk itu. Itu hanya tentang kepuasan hasratku yang merindu.

"Uhuk--" Cashley sampai tersedak. "D--dick? You do it, El?"

"Apa tidak boleh? Oh, aku tahu kekhawatiranmu. Tenang saja, aku tidak akan melibatkan perasaan. Ini hanya tentang kepuasan. Atau kau mau mencobanya juga?"

"Gila," maki Cashley padaku, "bisa habis aku dibunuh Ok Seokjin jika aku melakukannya."

"Katakan saja kau tak puas bersamanya. Ingin mencari kepuasan." Ledekku.

"Haha, kau tidak pernah tahu kalau pacarku itu juga sangat perkasa El."

"Sudahlah, aku sudah akan berangkat. Bukankah aku harus menemukan kelemahan kelompok mereka?" Yang paling terakhir adalah diriku yang menyemprotkan parfume kesukaanku. Tidak ada senjata yang aku bawa bersamaku, karena aku pergi bukan untuk membunuh, tapi mencari kelemahan. Kalau pun nanti sedang di keadaan terdesak, Ellena Kim ini adalah orang yang pandai bela diri.

HOW? [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang