~~***~~
Tentu saja tujuan liburan ke pulau Almas bukan hanya sekadar liburan melepas penat. Ada misi tersembunyi, yaitu mencari tahu titik Almas.Aku pikir karena aku yang mengajak, harusnya aku yang menyiapkan segala kebutuhan, termasuk transportasi, tentu saja aku sudah menyiapkan segala hal, termasuk akan menyewa satu buah pesiar mini untuk menuju pulau berlian itu.
Nyatanya Jeon Luciel adalah pria yang tidak bisa ditebak seberapa banyak harta kekayaannya. Jika aku hanya berpikir untuk menyewa pesiar mini, ia justru memiliki sebuah Heesen Yatchs yang tentu mewahnya luar biasa. Iya, hanya ada kami dan beberapa orang yang bertugas di kapal itu sebagai awaknya. Padahal aku tidak begitu miskin untuk membayar liburan itu, aku memiliki banyak uang. Iya, uang yang aku dapatkan dari pekerjaanku menjadi sniper bayaran.
Perjalanan dari dermaga menuju pulau Almas tidak terlalu lama, juga tidak terlalu cepat, hanya membutuhkan waktu sekitar 3 jam berlayar.
Tiga jam waktu berlayar adalah waktu yang sangat cukup untuk bersenang-senang menikmati keindahan alam sekaligus mengagumi kemewahan Heesen Yatchs milik Luciel.
Menikmati anggur fermentasi dari tahun terbaik adalah pilihan yang bagus. Aku bersyukur awak dari kapal yang kami tumpangi menyediakan apa yang kami inginkan, walau aku bisa menebak kalau semuanya tentu atas perintah dari pemilik kapal--Jeon Luciel. Membawa dua botol beserta dua gelas dengan leher yang tinggi sambil menikmati pemandangan senja di tengah lautan. Suasana yang sangat menenangkan dan romantis. Andai liburan ini benar-benar liburan.
Duduk dan bersiap menikmati santapan yang sudah disiapkan oleh beberapa koki pilihan, aku duduk menghadap seorang Luciel yang memperlakukan diriku dengan begitu manis, kalau kata orang orang princess treatment. Sayangnya aku tidak akan terlena pada sikap manisnya begitu saja. Bukan, maksudku aku tidak akan luluh dan menyerah pada lawan, walaupun mungkin pada beberapa hal aku akan berserah diri padanya. Bercinta dengannya itu adalah candu yang tidak bisa aku ungkapkan, aku tidak keberatan untuk berserah meskipun aku tetap pada sisi dominanku.
"Berapa banyak uang yang kau habiskan untuk perjalanan ini?" tanyaku sambil menaikkan satu kakiku ke atas kaki lainnya, membiarkan rok abu yang aku pakai sedikit tersingkap dan memperlihatkan kulit pahaku. Mata besar seorang Lucil bahkan teralih pada paha yang terbuka.
"Berapapun itu. Itu tidak akan membuatku jatuh miskin," jawabnya. Iya, aku tahu Luciel pasti bukan orang biasa, bisa ditebak dari cara berpakaian dan mewah tempat tinggalnya. Untuk bergabung dalam Black Rasia juga tidak begitu mudah. Black Rasia adalah kelompok pemilih dengan kekayaan yang fantastis.
"Aku tahu. Aku tahu kau bukan orang biasa. Aku tahu pekerjaanmu di TripleX juga hanya sebuah hiburan untukmu. Namun, aku juga tidak begitu miskin untuk bisa membayar liburan ini. Tapi kau sudah mengambil alih semua."
Dapat aku lihat pada wajah bayinya, ia tersenyum asimetris, terkesan seperti sedikit meremehkan. "Dalam hidupku, aku tidak akan membiarkan wanita yang membayar," jawabnya.
Aku mengangguk paham, sepertinya semua itu adalah tentang ego. Jeon Luciel sepertinya tipe orang yang tidak ingin dirinya berada di bawah orang lain, ia harus tetap di atas. Biasanya memang orang-orang yang seperti itu tidak akan pernah merasa rugi untuk menghabiskan banyak uang demi mentraktir teman. Yang penting ia selalu dianggap paling hebat dan paling memiliki banyak uang. Ia akan insecure jika ada orang yang lebih segalanya dari pada dirinya. Sepertinya itu adalah alasan Luciel untuk bergabung dalam Black Rasia. Ia ingin lebih kaya lagi.
Saat beberapa pelayan datang membawakan makanan untuk kami berdua, ponselku berdering, memunculkan nama 'Cashley' di layarnya. Harusnya Cashley tidak menelponku dulu untuk saat ini, sayangnya aku tidak pernah bisa untuk menolak panggilannya.
"Ada apa?" Tanyaku tanpa basa-basi, karena menurutku berbasa-basi itu sangatlah basi. Hanya akan menghabiskan waktu.
Aku mendengar ocehan Cashley, sempat menjauhkan ponsel dari runguku, aku yakin Cashley di seberang sana pasti sedang berbicara sambil berteriak heboh.
"Bisa pelankan suaramu? Tenggorokanmu akan sakit jika berteriak heboh seperti itu!" Pintaku.
"Oke, tapi jelaskan dimana posisimu sekarang ini," jawab wanita yang selalu penasaran pada setiap kegiatanku. Teman yang over protect.
"Aku sedang liburan."
Aku tidak mengerti sebenarnya apa yang ada di kepala Cashley, perempuan itu benar-benar aneh, meskipun begitu aku menyayanginya dengan sikap anehnya. Dan keanehannya adalah, ia akan selalu melakukan panggilan vidio untuk mengetahui kegiatanku. Bahkan saat aku mandi pun ia ingin tahu.
Seperti saat ini, Cashley ingin tahu sedang apa aku sekarang, dan sedang bersama siapa.
Aku menyalakan kamera belakang untuk kuarahkan pada Luciel, agar Cashley tahu sedang bersama siapa diriku.
Sayangnya ponselku terlepas dari genggaman, itu terjatuh tepat di dekat kursi yang aku duduki dalam keadaan tertelungkup.
Darah dalam daksaku berdesir saat tiba-tiba Luciel berjongkok tepat di sebelah kursiku, tepat di sebelah paha yang sedikit terekspos. Aku tahu kalau ia ingin membantu mengambilkan ponsel yang terjatuh.
Aku menggigit bibir bawah saat merasakan sensasi gila yang ditawarkan Luciel. Ia mencium kulit pahaku. Menggigit kecil di sana.
"Eugh, ap--apa yang kau lakukan, Bajingan kecil?" Tanyaku setengah mendesah. Jeon Luciel selalu punya cara untuk membuat aku gila pada perlakuannya. Ia membuatku menginginkan dirinya lagi dan lagi.
Aku sempat melihat dalam pejaman nikmat, ada beberapa pelayan yang mematung dengan beberapa makanan yang mereka bawa. Aku harus mengontrol diri dan membawaku pada alam sadar.
Membawa tanganku mengusap wajah Lucil yang masih pada pahaku. "Jeon, pelayan datang membawakan makanan." Dan saat itu juga Luciel segera berdiri dan menyerahkan ponselku yang tadi sempat terjatuh.
Aku melihat Luciel tetap bersikap tenang saat pelayan-pelayan menata makan di meja kami, seolah tidak ada apa-apa yang terjadi, sementara aku berfokus pada video call yang belum terputus. "Liburan yang menyenangkan, Ellena. Sepertinya kau sangat menikmati saat ia menghisap pahamu." Cashley melihatnya. Iya, ia melihatnya dari panggilan vidio.
"Matikan ponselmu. Makan dan isi perutmu, karena setelah ini Kau harus punya banyak tenaga untuk aku gempur, Noona." Luciel mengisi piringku dengan beberapa makanan.
Aku membulatkan mataku. Terkejut pada ucapannya, bahkan beberapa pelayan sepertinya juga terkejut pada apa yang Luciel katakan, sayangnya mereka tidak berani melakukan apa-apa selain berpura-pura tak mendengar dan tak melihat apa yang sempat mereka saksikan.
***
Aku bingung, kemana perginya kewarasanku saat Luciel menyetuhku.Kulit-kulit tangannya, lidah nakalnya, semuanya mengirimkan rasa kegilaan dalam diriku, membuatku mengabaikan norma-norma kehidupan. Yang aku tahu adalah aku menikmati sensasi gila yang menghantam raga.
Dengan lidahnya yang panjang dan basah, ia mengacak kewarasan dalam jiwa. Sesuatu yang kecil dan sensitif di bawah sana terasa seperti digelitik. Geli.
"Ahhh, J--Jeon, ashhhh. Cu--cukup." Rasanya aku benar-benar sinting, yang aku katakan 'cukup' padahal aku justru ingin sesuatu yang lebih gila lagi dari pada itu. Tidak ingin hanya digoda dengan lidah nakalnya.
"Bagaimana, Noona. Kau sungguh ingin aku menghentikan ini?" Luciel mendongak padaku yang setengah bersender pada kepala ranjang. Dan aku hanya bisa menggeleng untuk pertanyaannya saat ini.
LOVE
AMEERA LIMZBagaimana? Masih kuat lanjut? Aku sih udah menyerahhhhhh

KAMU SEDANG MEMBACA
HOW? [M]
RomantikFollow dan masukin reading list yuk. Biar dapat info update. Bagaimana.....? Bagaimana.....? Bagaimana.....? Bagaimana.....? Setelah ia sanjung dan puja diriku berkali-kali. Terakhir dia mengatakan, 'Bagaimana kalau aku katakan aku menginginkan diri...