Ratusan tahun telah berlalu, namun perasaan ini takkan pernah hilang.
'Aku berjanji akan bangkit kembali, dan kembali menemuimu, Senkuu.. aku yakin sekarang kau sudah terbangun dari kegelapan ini kan?' Batin (name) sembari tetap berusaha untuk terus tersadar.
'Aah.. kegelapan ini bisa membuatku gila. Tapi aku harus bertahan, pasti Senkuu juga sedang berjuang, bukan?'
Ctaakss!!
'H-huhh..?! B-batunya.. mulai terkikis?!'
Kraakk..!!!
"Huahh..!?? Huuffh.. huhh..! A-akhirnya aku bisa juga terlepas dari pembatuan ini!!" Seru (name) dengan semangat sekaligus lega.
Ia segera melihat ke sekelilingnya sembari terheran-heran, "Huh? Ini di gua..?? Dan kenapa aku sudah memakai baju? Hadiah dari pembatuan kah? Tapi kalau begitu, harusnya aku memakai bajuku saat terjadi pembatuan kan??"
'Apa jangan-jangan.. sudah ada yang terbangun duluan..?!'
(Name) buru-buru beranjak keluar dari gua tersebut dan celingak-celinguk kesana-sini guna mencari manusia selain dirinya. Namun dirinya malah terpaku dengan seluruh pemandangan di hadapannya.
".... sebenarnya aku sudah menjadi batu selama berapa abad..? Peradaban benar-benar sudah musnah..?"
(Name) menggelengkan kepalanya guna menepis pikiran negatifnya.
"Tak ada gunanya memikirkan itu sekarang! Yang paling penting sekarang ialah untuk bertahan hidup!" (Name) menepuk-nepuk pipinya dengan keras dan segera berkeliling di sekitaran sana.
"Hutannya rimbun sekali.. uhh, semoga tidak ada binatang buas yang tiba-tiba menyerangku.." (Name) memungut satu ranting pohon yang jatuh untuk dijadikan senjata.
"Oh, kau sudah terbangun toh? Ternyata lebih cepat dari dugaanku ya?"
'Aah.. suara ini..? Rasanya nostalgia ya..'
(Name) segera menoleh kearah suara tersebut dengan mata berkaca-kaca, "... Senkuu..??"
"Yo, lama tak berjumpa ya? Dan apa-apaan wajahmu itu, bikin geli saja~" Senkuu mengulas senyum miring kearah sang gadis, namun jikalau dilihat dengan jeli, raut wajahnya menggambarkan rasa rindu dan terharu yang sangat mendalam.
"Berisik..! Dasar kau ini.. tak bisa membaca situasi! Uhhh.." (Name) dengan susah payah berusaha menahan tangisannya dari Senkuu, Senkuu yang melihat sang gadis pujaannya bersikap seperti itu mengulas senyum lembut.
"Iya, iya~ dasar tuan putri yang cengeng. Kenapa aku bisa suka denganmu ya? Padahal kau merepotkan begini." Senkuu mengusap surai (Name) secara perlahan dan lembut.
Tangisan (Name) tak dapat terbendung lagi, ia segera menerjang Senkuu dan memeluknya dengan erat.
"Huwaa...!! S-Senkuu...!! A-aku takut selama ini hidup di dalam kegelapan seperti itu! Aku takut dengan semua pikiran negatifku kalau kembali terbangun..! S-semuanya sangat menyeramkan..!"
"Aah.. memang benar-benar menyeramkan jika mesti sadar di dalam kegelapan begitu. Aku saja setiap kali hampir kehilangan kesadaran." Senkuu menggelengkan kepalanya sembari menepuk-nepuk lembut pundak (Name).
"Huugh..! T-tapi aku selalu menahan semuanya..! Selama ratusan tahun, agar bisa kembali bersamamu..! Syukurlah kau masih hidup.. a-aku benar-benar merasa bersyukur.." (Name) menarik ingusnya yang sudah menempel di pakaian Senkuu sembari menatap sang pria rambut daun bawang itu dengan raut wajah bahagia, membuat Senkuu menjadi gelagapan sendiri dalam hatinya.
'Senyumannya manis tapi ingusnya menjijikkan!'
"I-iya iya, syukurlah ya?! Sekarang, buang ingusmu dulu bodoh! Menggelikan sekali! Bajuku habis lengket karena lendir hidungmu itu!" Seru Senkuu sembari melepas pelukan secara sepihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anime No Sekai Wa Hitotsu, dakara..
HumorCerita dimana seluruh anime digabung menjadi satu dan terkadang ada sesi random book, dan chara chating yang dibuat dari imajinasi