I

286 14 12
                                    

***

Makan malam di kediaman Iwamoto kali ini nampak lain. Biasanya ada Fukka mama yang selalu cerewet sembari menyiapkan makanan di meja tapi kali ini ratu rumah itu amat diam.

Kelima anak keluarga Iwamoto hanya bisa ikut terdiam. Duduk manis menunggu semua makanan selesai di tata di meja. Abe, yang biasa membantu Fukka pun memilih tak beranjak karena khawatir malah akan membuat mamanya down. Ia hanya bisa saling lirik dengan Ren,fraternal twins-nya.

Anak yang lain, Raul dan Shota memilih sibuk dengan ponsel, tak mau larut dalam keheningan. Sadar bahwa sang mama sedang badmood biarpun gerak-geriknya masih begitu lembut, tak banting-banting perkakas. Sementara si bungsu Sakuma yang masih berumur lima tahun, tak begitu bisa membaca suasana tetapi melihat semua saudaranya diam, ia ikut mengunci bibir dan memilih bersandar, mendekatkan kursinya pada si kakak kesayangan, Ren, yang duduk di sebelah.

Hanya suara peralatan makan yang sedang ditata Fukka di atas meja yang terdengar. Ditambah suara kertas majalah kesehatan yang dibuka teramat pelan oleh si kepala keluarga yang duduk paling ujung, papa gantengnya anak-anak, Iwamoto Hikaru.

Hikaru adalah tipe yang menyenangi ketenangan jadi ia tak menotis anak-anaknya yang sebenarnya gelisah dengan suasana yang tak biasa.

"Nah,sekarang makan!" akhirnya suara mama Fukka terdengar. Ia mengedarkan pandang ke anak-anaknya yang menunduk .

Mereka menurut, mengambil makan dengan teratur sampai si pintar Abe menyadari sesuatu.

"Huh? Telurnya hanya enam?"

"Hilang satu?" si adik, Shota, bertanya polos.

Abe tak menjawab melainkan menatap Fukka. Sengaja? Tapi kenapa?, batinnya.

"Ma...."

"Udah bener kok mama masaknya," jawab Fukka.

"Tapi kita bertujuh," sahut Ren.

"Enam," lagi, Fukka menjawab kalem.

Ren berganti ke arah papa. Di mangkuk kepala keluarga itu, nasinya hanya terisi separuh dan ia langsung paham.

Mama Fukka sedang ngambek sama papa.

Ren menyikut Abe di sebelah. Saudara kembar tapi tak serupa-nya itu sudah menyadari yang terjadi.

Abe berdeham kecil, berharap papa juga sadar kalau mama mereka sedang marah.

Tapi Hikaru yang sehari-hari selalu tenang, sabar ,dan ikhlas dalam situasi apapun itu tak menggubris.

Bahkan saat Fukka duduk jauh di ujung lain, tak di sampingnya seperti biasa pun Hikaru tak bergeming. Ia juga tak peduli dengan nasi separuhnya, atau lauk yang tidak ia dapatkan. Dalam hati Ren,ingin rasanya ia meneriaki sang papa tapi sayang takut kualat.

'Peka dong, Pa!'

Ia hanya bisa merapal dalam diam.

Tak ada yang bicara sepanjang makan malam. Selesai makan, Abe bergegas membantu Fukka beberes dan cuci piring. Sementara Raul dan Shota langsung kabur ke kamar.

Ren menatap lembut adik bungsunya yang kini naik ke pangkuan.

“Sakkun, mau tidur sama kakak?" ajaknya.

Sakuma atau yang sering dipanggil Sakkun itu mendongak, menatap wajah tampan kakaknya lalu mengangguk penuh antusias.

"Un!"

Tak banyak basa-basi,Ren langsung menggendong adiknya ke kamar. Biasanya, sebelum tidur Sakuma akan mendengar cerita yang dibacakan oleh mama Fukka. Tapi berhubung nyonya rumah itu sedang badmood maka Ren buru-buru menyelamatkan sang adik dengan mengungsikan ke kamar.

Time ViewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang