V

116 12 11
                                    

***

Dan benar saja,banyak tatapan kaget yang tertuju ke mereka. Beberapa orang yang diyakini Michi adalah fans Ren melotot ke arahnya.

"Sa-saya ambil tas dulu, Kak," pamit Michi. Ia buru-buru berlari sebelum dikejar orang-orang itu.

Dan sayangnya mau secepat apa dia masih kalah cepat dari jaringan para fans. Mereka sudah ramai di grup chat dan ada beberapa yang berhasil mencegat Michi di depan kelas.

"Kamu pacarnya Kak Meme?" tanya seorang gadis.

"Gebetan..." seorang yang lain mengoreksi.

"Itulah maksudnya. Nah, ayo jawab."

"Itu....anu....."

Michi bingung dikerumuni. Sementara para member fansclub itu masih berebut tanya padanya.

"Jawab dong!"

Ada yang setengah membentak. Michi ketakutan, tak biasa dikerasi. Sampai akhirnya ada tangan yang menarik lengannya ke belakang. Michi menoleh.

"Iya, dia gebetan gue. Kenapa?"

Yang menariknya adalah Ren. Ia maju, pasang badan di depan Michi.

"Aw....kita cuma penasaran, Kak."

"Pengen tau aja kebenarannya gimana."

"Michinya ga jawab-jawab jadi kita gemas."

"Kalo emang gebetan ya udah."

Terlalu banyak alasan. Ren menggeleng-geleng tak peduli. Ia beralih ke Michi.

"Aku temani masuk, boleh?"

Michi mengangguk. Dan kerumunan di depan pintu kelas pun bubar. Ren duduk di meja punya Kento, mengamati Michi yang mengemasi buku ke dalam tas.

"Su-sudah, Kak."

Ren mengangguk. Ia menyamakan langkah dengan Michi keluar dari kelas.

"Kamu ga apa-apa kan? Sorry, kalo kelewatan," Ren buka suara. Ia sendiri tadi berlari mengikuti Michi karena punya firasat anak itu akan dilabrak.

Punya fans itu melelahkan, batin Ren. Bukan kemauannya juga kalau banyak yang suka sama dia.

"Bukan salah kakak. Ini tuh gara-gara Hassun."

Dalam hati Michi berjanji akan buat perhitungan sama si ember satu itu besok.

"Kalo besok ada yang gangguin bilang aja. Nanti aku yang bakal maju."

Michi tersenyum. Ia sebenarnya bingung mau bagaimana menghadapi fans Ren besok. Tapi sepertinya Ren mengijinkan namanya dipinjam kalau ada yang macam-macam.

"Iya,Kak," tanggapnya pelan.

Mereka sampai di halaman depan sekolah dan melihat Koji yang terduduk sendirian di bangku taman.

Ren teringat sesuatu dan menghampiri Koji.

"Kenapa lo sendirian di sini? Mana Date-sama?"

"Udah duluan. Gue kan niatnya mau bareng Abe-chan tapi ditolak."

Wajah Koji begitu nelangsa. Ren menahan tawa.

"Kan udah dibilang adek gue ga mau ama elo."

Koji mendongak, menatap Ren sebal, "Kakak ipar, ga ada salahnya kan gue mencoba? Gue serius lho sama adek lo."

Ren mengabaikan panggilan Koji yang biasa tak ia suka karena ada perlu dengan sahabatnya ini.

"Terserah deh."

Time ViewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang