02. Hujan dan Pertemuan Pertama

28 22 90
                                    

SEPERTI BIASA.
BUDAYAKAN VOTE+KOMEN

-apa tanggapan kalian tentang part sebelumnya?

_

____
Malam yg dingin ditambah angin kencang membuat suasana kelam di ibu kota. Rintik hujan mulai terdengar sangat deras di tengah padatnya arus lalu lintas. Banyak orang yang mulai mengeluarkan payung ataupun memilih berteduh di suatu bangunan.

Arsenio Narendra, kini pemuda itu lebih memilih berteduh di sekitaran halte sekolah swasta. Membiarkan motor indahnya terguyur basah oleh rintikan air yang jatuh.

Arsen menggosok kedua telapak tangannya, mencari sedikit kehangatan di sela kegabutanya. Arsen menyesal, seharusnya ia menuruti ucapan Dewi yang menyuruhnya menggunakan mobil daripada motor untuk mengikuti les mapel sekolahnya.

"Kalau gini terus, kapan redanya?" Arsen menghembuskan nafasnya gusar. Sudah hampir jam sepuluh, padahal Dewi sangat melarangnya bepergian sampai di atas jam sembilan.

Mau memberitahu pun tidak bisa. Ponsel yang dibawa Arsen lupa tidak di cass sepulang sekolah. Mungkin sehabis ini, Arsen tidak akan diizinkan mengikuti les sendiri. Arsen tau, betapa ketat-nya peraturan yang ditetapkan Dewi.

Di tempatnya, samar-samar Arsen melihat seorang wanita yang tampaknya akan menyabrang menuju halte yang di teduhinya.

"Perempuan urakan," batin Arsen melihat wanita itu. Seorang perempuan yang masih berkeliaran di malam hari, ditambah pakaian yang digunakannya terbilang tidak sopan.

Ternyata benar, seorang gadis dengan rambut pendek dan celana diatas lutut tersebut ikut meneduh di halte yang sama. Arsen mencoba tidak peduli, ia mengalihkan pandangannya sembari bersenandung kecil membiarkan gadis itu yang masih tetap berdiri.

Gadis tersebut berbalik, matanya menatap sekilas bangku yang kosong lalu beralih ke Arsen yang bersender di tiang halte.

Seperti tidak asing. Gadis itu memberanikan diri mendekati Arsen yang masih bersendekap dada dengan mata yang terpejam.

Plak....

Satu tamparan yang lumayan keras mendarat di pipi kanan gadis tersebut berhasil membuat arsen langsung membuka matanya kaget. Arsen menatap gadis di depannya yang ternyata gadis itu  juga menatapnya dengan senyuman tidak jelas.

"Lo Arsenio Narendra, kan?"

...

Sudah pukul 11 malam hujan juga belum reda. Arsen melirik wanita sebelahnya, wanita yang diketahui bernama Vannya—adik sepupu bara—teman satu kelasnya—yang tengah tidur dengan tangan yang bersendekap dada.

Kurang lebih selama satu jam, Arsen melakukan random talk bersama Anya. Membicarakan hal-hal aneh demi menyingkirkan rasa canggung keduanya.

Arsen mengangguk pelan, ia baru ingat jika perempuan disampingnya merupakan orang yang tadi pagi ia kirimkan pesan. Bisa dibilang, ini kali pertama Arsen bertemu dengan adik sepupu Bara.

"Bangunin gak ya?"

"Bangunin aja lah," ucap Arsen sembari menggoncang pelan tubuh Anya. "Bangun, lo pulang gak?"

Anya mengerjapkan mata mengumpulkan kesadarannya. Anya melihat sekeliling. Ternyata ia masih berada di halte bus.

"Ayo, gue anterin pulang," ajak Arsen. "Itu pake, biar lo ga kedinginan," lanjutnya lalu melemparkan jaket kulit yang dipakainya ke Anya.

"Terus lo gimana?" tanya Anya. Matanya menatap lelaki tersebut yang sudah menggunakan helm full face di samping motor sport miliknya.

"Udah, cepetan sini. Keburu tengah malam." Anya mengangguk, mengiyakan ucapan Arsen. Anya segera menghampiri Arsen dan duduk di jok belakang sembari menggenggam pinggang Arsen dari belakang.

"Lo ngajak gue hujan-hujan malem-malem. Ntar kalau lo sakit, gue gak mau tanggung jawab. Tapi kalau gue sakit, lo harus tanggung jawab." teriak Anya saat Arsen sudah melajukan motornya. Arsen mengangguk pelan mendengar teriakan Anya.

"Gini doang gak akan buat orang sakit," balas Arsen.

'Gini-gini bisa buat sakit jantung. Buktinya jantung gue detakannya udah ga normal,'
_____

next?

komen di sini untuk berikutnya.

Arsenio Narendra [on twitter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang