03. Permintaan

20 7 50
                                    

SEPERTI BIASA.
BUDAYAKAN VOTE+KOMEN DI SETIAP KALIMAT.

jangan lupa follow ig @ofc.vnnychtrn

_____
dering telepon mengganggu tidur pagi Arsen. Padahal menurutnya, di hari Sabtu ia tidak memiliki jadwal untuk melakukan pemotretan.

Dengan perasaan malas, Arsen menjawab panggilan masuk tersebut. Tertera nama Bara di layar teleponnya. Arsen menyipitkan matanya, tumben sekali sahabatnya menelepon di pagi hari. Pasti ada sesuatu.

'Woy, semalem lo pulang les sama siapa?'

Arsen mengernyitkan dahinya bingung. Mengapa Bara tiba-tiba menanyakan hal seperti itu kepadanya. Padahal Bara sendiri juga tidak tau jika dirinya berangkat les semalam.

"Kenapa lo nanya kaya gitu?"

'Udah jawab aja, malah nanya balik.'

"Sek, gue inget-inget dulu," jawab arsen lalu mematikan sambungan teleponnya. Arsen beranjak dari tidurnya menuju kamar mandi guna membasuh wajahnya. Hanya membasuh wajah, Arsen terlalu malas untuk mandi di hari liburnya.

Lima menit berlalu, Arsen keluar dari kamar mandi dan langsung menelepon teman sebangkunya. Setelah ia pikir-pikir, Arsen baru ingat kalau semalam ia menghantar seseorang pulang.

"Gue semalam pulang bareng sepupu lo. Hujan-hujan juga," jawab Arsen to the point.

'Syukur lo inget. Kata Anya, dia sakit. Terus dia minta tanggung jawab dari lo.'

Arsen tersedak dari minumnya. Ia bingung. Tanggung jawab, tanggung jawab apa yang harus ia lakukan. Padahal Arsen pikir, ia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Hah? Tanggung jawab apaan? Padahal gue gak pernah anuin dia."

'Entah, gue juga gatau. Intinya Anya nyuruh gue buat nelepon lo, trs nyuruh minta pertanggung jawaban dari lo.'

"Lah, prik bgt saudara lo."

'Dari dulu sih. Oh iya, katanya juga lo disuruh ke rumah dia. Kalau lo mau ke rumah Anya, jual nama gue aja.'

Arsen membuang asal ponselnya di atas kasur. Sial. Padahal masih pagi, bisa-biasanya ia sudah mendapatkan satu kerepotan.

Arsen pikir, akan susah jika ia diizinkan Dewi untuk keluar rumah. Memang Arsen sering menjadikan nama Bara sebagai alasan keluar rumah kepada Dewi. Tapi sepertinya, kali ini ia tidak akan diizinkan. Mengingat semalam arsen pulang sekitar pukul 12 malam, dan membuat dewi memarahinya bahkan sampai menyita kunci motornya.

Masa bodo. Arsen tidak peduli. Lagian Anya yang sakit, lalu mengapa ia yang harus direpotkan. Membuang waktu dan tenaga saja.

......

Anya menatap tajam Bara yang duduk di kursi ruang tamunya. Sudah dua jam berlalu, namun tidak ada tanda-tanda jika Arsen akan segera datang.

Sedangkan Bara hanya menatapnya sekilas lalu beralih ke game online miliknya.

"Kalau sakit gak usah pecicilan," cemooh Bara yang langsung mendapatkan lemparan bantal dari Anya.

"Lo ihhh, kok Arsen belum ke sini sih. Padahal semalam dia bilang kalau mau tanggung jawab." Anya beralih ke ponsel yang berada di tangannya. Membuka aplikasi whatsapp lalu membuka room chatnya bersama Arsen

Anya semakin emosi, padahal Arsen terlihat online namun kenapa Arsen tidak memberikan kabar untuknya.

"Ngeselin bgt sih, dia online buat siapa coba," gerutu Anya.

"Dih, lo doang sih gak penting bagi Arsen. Lo kaya gatau arsen aja. Cewe-cewe yang deket dia cakep-cakep. Lah elo, dekil, kucel, taoge, tepos juga, mana mau Arsen peduli'in lo." Bara terkekeh sendiri dengan ucapannya barusan. Menurutnya, terdapat kesenangan tersendiri jika ia berhasil membuat adik sepupunya emosi.

Anya geram, ia beranjak menuju Bara dan langsung menjambak rambut hitam Bara yang sudah memanjang. "Lo gak usah buat gue down, anjir. Pulang kek lo, beban banget," sindir Anya.

"Gue pulang terus gue sampai di rumah dimarahin nyokap kan gak enak," ucap Bara lalu meletakkan ponselnya saat ia tau jika ia telah kalah bermain. "Lagian tinggal chat doang apa susahnya," lanjutnya.

"Iya juga ya, lemot bgt gue."

Anya kembali membuka roomchat-nya bersama Arsen. Mengetikkan beberapa kata, lalu menghapusnya kembali. Anya bingung, pesan apa yang harus ia kirimkan ke Arsen.

"Terus gue harus ngetik apa? Masa iya langsung minta Arsen kesini." Anya bingung, ia terlalu grogi jika mengirimkan pesan kepada Arsen.

"Salam dulu," ucap Bara. "Di arsen yang penting itu attitude. Kalau attitude lo baik, pasti arsen juga baik sama lo," imbuhnya.

"Sini gue yang ngetik, lo siap-siap ngedrama aja kalau Arsen kesini beneran. Lagian lo lebay banget. Cuma pilek aja sampai nyuruh orang lain kesini," hardik Bara.

"Ya gapapa, kapan lagi bisa caper sama calon pacar," ucap Anya kegirangan. Sedangkan Bara hanya menggeleng pelan lalu mengirimkan beberapa pesan ke arsen.

Anya
Asslamualaikum
Arsennn....

Arsennn
Waalaikumsalam
iya anya knpa?

Anya
Arsen,
lo inget ucapan gue semalem gk?

Arsennn
Engga lah.
Orang lu bnyk bacot

"Lo semalem bilang apa aja ke Arsen?" Tanya Bara dan mendapatkan beberapa jawaban dari Anya. Bara mengangguk lalu kembali mengetikkan pesan ke Arsen.

Anya
semelem kan gue ada bilang gni
'kalau gue sakit, gue gamau tanggung jwb.
tpi klo gue yg sakit, lo harus tanggung jwb'

Arsennn
Trs?

Anya
trs untungnya gue sakit
dan gue minta tanggung jwb lo dong.

Arsennn
dih

Anya
gk leh dah dih dah dih
lo kesni ya, gue tunggu
janlup buah tangannya.


"Beres," ucap bara langsung meletakkan ponsel milik anya ke meja.

Anya menatap bara antusias. "Arsen kesini kan?" tanyanya yang langsung mendapat anggukan dari bara.

"Oke, step kedua. Sekarang lo bantu gue buat pura-pura sakit di depan Arsen."
_____

next?

komen di sini untuk next chapter.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arsenio Narendra [on twitter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang