• 001 •

4.8K 393 32
                                    

Pria itu melangkah gontai menuju ke gedung apartemen yang sudah kelihatan usang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu melangkah gontai menuju ke gedung apartemen yang sudah kelihatan usang. Cat tembok yang sudah terkelupas bahkan berlumut pada bagian lembab, pipa-pipa yang sudah berkarat, saat masuk ke dalam bangunan pun ada beberapa area yang di bawahnya di letakkan ember untuk menampung air karena kebocoran. Lift sudah lama tidak berfungsi jadi dia harus menggunakan tangga yang besi-besinya juga sudah berkarat untuk pergi ke lantai 5 dimana unitnya berada.

Harinya sudah sangat melelahkan. Dimulai dari mengantar susu di rumah-rumah hingga jam 8 pagi. Memangnya masih ada pengantar susu di jaman sekarang? Di area pinggiran, tentu saja. Lalu lanjut dengan mengangkuti karung-karung semen di truk untuk dibawa ke area pabrik. Siang hingga sore menjadi tukang cuci piring di restoran cina dan untuk malamnya, menjadi kasir di minimarket tak jauh dari apartemennya. Dengan usia dan wajahnya yang seperti itu harusnya dia bisa diterima di kantor dengan penghasilan yang cukup atau setidaknya punya bisnis kecil-kecilan tapi SMA saja tidak tamat, tidak pergi kuliah, tidak ada modal. Pekerjaannya tidak menentu di setiap minggunya. Tergantung lowongan yang tersedia.

Dia menghembuskan nafas lega ketika memasuki unit apartemennya. TIdak ada orang. Dengan begitu dia bisa langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa diganggu.

"Eh, sudah pulang kau? Habis kerja kan? Kemarikan uangnya. Uang sewa apartemen menunggak, Kakakmu belum gajian."

Baru saja tangannya mencapai gagang pintu, suara Kakak iparnya langsung menyambut. Dengan nada dingin yang tidak mengenakkan untuk didengar. Sudah lelah karena seharian bekerja, ditambah Kakak iparnya yang menghentikannya uang mengambil uang hasil jerih payahnya.

"Ini mau ku gunakan untuk memperbaiki komputerku yang rusak. Lagipula aku sudah membayar uang sewa apartemen yang menunggak tiga bulan, kau bisa menunggu hyung gajian dan membayarnya. Menunggak dua bulan tidak masalah kan? Jangan pakai uangku."

"Begitu ya bicaramu pada orang yang lebih tua?! Aku ini Kakak iparmu!! Anak tidak tahu terima kasih! Masih untung ya aku mau menampungmu tinggal di rumahku ini. Kau─"

"Apartemenmu? Hyung-ku yang mencarikan apartemen ini untuk ditinggali karena kau dipecat dari pekerjaanmu pada waktu itu. Hyung juga yang bayar. Kau hanya tinggal-tinggal di rumah saja mengoceh terus. Aku dan hyung-ku yang setengah mati cari uang!"

"Yah, kau pikir itu uang hyung-mu? Itu uangku! Uang pesangon yang kuterima setelah dipecat. Aku juga yang memberi modal Kakakmu untuk bekerja. Jadi jangan bicara seperti itu kau padaku. Kau tinggal di sini ya kau harus bayar! Kau pikir di dunia ini ada yang gratis hah?! Sudah jadi beban keluarga saja masih sok-sokan kau. Berikan uangnya padaku!"

Kemarahannya sudah sampai di ubun-ubun, dia menghampiri Kakak iparnya itu lalu berdiri tepat di depannya dan menatapnya tajam.

"Kau memang tidak pernah menganggapku bagian dari keluarga, kan? Kau pikir aku beban tapi aku tidak pernah menyusahkanmu asal kau tahu. Aku hanya punya bantal dan selimut di kamarku, makan aku yang beli sendiri, kendati aku makan mie instan dan roti setiap hari, aku tidak pernah makan masakanmu di rumah. Aku bayar listrik karena aku banyak menggunakan komputerku, itu sebagai bentuk tanggung jawabku. Agar kau tidak merasa terbeban, dan kau masih mengatakanku beban keluarga? Kalau kau tidak hamil, sudah ku banting kau ke lantai. Bangsat kau. Kenapa juga hyung-ku mau dengan modelan perempuan sepertimu?"

Level Up • NoHyuck •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang