Jadian?

849 118 2
                                    

"Gavin tunggu!!" David lagi-lagi mencengkram pergelangan tangan Gavin setelah sampai di kos. "Dav, lepasin"

"Gak! Jangan marah dulu makanya"

"Aku gak marah, udah lepasin" Gavin menyentak tangan David dan langsung naik ke tangga karena kamar Gavin di lantai atas. 1 kamar luasnya bias 8 meter karena kos ini memang seperti apartemen.

David tetap mengejar Gavin sampai ke depan kamarnya. "Gavin, Gavin" David ikut masuk dan menutup pintu agar tidak terdengar keluar.

"Gavin aku minta maaf. Iya aku salah. Maaf aku udah gak ngehargain kamu" ucap David menunduk. Gavin menghela nafas kemudian berbalik menatap David.

"Kalau emang dari awal kamu gak mau atau gak suka mending kamu bilang Dav. Aku buatin kamu sarapan tulus loh, tapi apa? Kamu buang gitu aja, aku masih bisa terima kalau misal kamu kasih makanan ke pak satpam atau tukang bersih-bersih. Dan kamu juga buang kotak bekal itu aku gak habis pikir Dav. Bisa-bisanya kamu ngebuang kotak yang padahal kamu tau itu pemberian ibu aku" ucap Gavin membuat David bungkam.

"Aku capek sama sikap kamu tapi aku gak bisa benci sama kamu. Lebih baik kamu pulang aja" ucap Gavin. "Gavin, tapi-"

"Pulang David" ucap Gavin. Akhirnya David pulang daripada Gavin tambah marah.

***

"Bang Aksa belum dateng?" Tanya Jefri pada Danu. Yang ditanya masih sibuk main game. "Gue nanya tuh jawab" ucap Jefri kesal.

"Ck, mana gue tau sih bang. Ganggu lo" cibir Danu. "Lo jadi adek jangan kurang ajar ya Dan"

"Noh bang Aksa" ucap Danu sambil menunjuk Aksara yang datang bersama Gala. Tadi mereka ada urusan ke rektorat. Gala yang ditunjuk sebagai ketua panitia wajib ikut.

"Berdua aja?" Tanya Aksara. "Ada tuh anak-anak di bawah" ucap Jefri.

"Gavin belum dateng?" Tanya Aksara lagi. "Tadi gue lewat gedungnya ada kok motor Gavin parkir" ucap Jefri.

"Oh mungkin masih ada kelas" ucap Aksara. Sementara Gala langsung duduk di sebelah Danu.

Ospek akan dimulai dua minggu lagi, maka dari itu mulai sekarang semua persiapan harus matang.

Tidak lama kemudian Gavin datang dengan berkas di tangannya. Nafasnya sedikit tersengal karena ruang rapat inti ada di lantai 4.

"Lo lari ke sini?" Tanya Aksara. "Dikit bang takut kalian nunggu lama" ucap Gavin.

"Santai aja sih Gav, jangan lari juga kasian" ucap Aksara. Gavin tersenyum dan mengangguk. Gavin lalu duduk di sebelah Gala.

"Lo udah makan?" Tanya Gala. "Nanti aja deh gue belum laper" ucap Gavin. "Makan bareng aja nanti mau gak?" Gavin mengangguk menyetujui tawaran Gala. Hal itu tak luput dari perhatian Aksara.


Seperti yang Gala katakan, saat ini dia dan Gavin sedang makan di kantin universitas. Rencananya Gala akan ke apartemen Gavin. Aksara, Vera dan beberapa anggota inti panitia juga ikut karena apartemen Gavin berada tidak jauh dari kampus dan perlu waktu hanya 15 menit menggunakan motor.

"Gue mau nanya boleh?" Tanya Gala setelah selesai makan. Gavin mengangguk perlahan sambil menyedot jusnya.

"Lo kemarin gak diapa-apain kan sama David?" Tanya Gala. Gavin tersenyum tipis "Gak kok, David emang gitu"

"Bagi gue gak wajar. Dia cuma mantan kan?" Ucap Gala.

"Mau gimanapun dia, gue gak bisa benci ataupun ngejauh"

"Seenggaknya dia sadar kalau lo juga butuh privasi, lo butuh kebebasan Gav. Mau sampai kapan lo terima-terima aja dikekang sama dia?" Gavin terdiam mendengar apa yamg Gala katakan. Gavin membenarkan ucapan Gala karena dia sendiri membiarkan David sesuka hatinya.

MINE [JAENORI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang