gadis itu menatap langit biru melintang tinggi di angkasa. mulutnya bahkan tidak berkedut kala rasa perih mulai menyerang dada. napasnya mulai dirasa sesak. kekuatan tangannya seolah terjatuh dari genggaman. membuat kedua anggota tubuhnya yang paling banyak bergerak tersebut menjuntai pasrah bergelantungan di bahu. angin sepoi-sepoi menyapa kulit keunguannya. bulu roma di sekujur tubuhnya serentak menegakkan diri.
suara kunci pintu yang beradu dengan lubangnya, membuat gadis tersebut spontan menyentakkan tangan menarik diri. dia membalikkan badan menatap lorong gelap tiga meter di depan matanya saat ini sembari melangkah mundur dengan teratur.
jantungnya tiba-tiba memompa dengan semangat, seolah berlomba dengan detak memekakkan telinga jarum jam raksasa di dekatnya. bulu romanya sekali lagi tegak sempurna. namun, kali ini tak dapat dia rasakan angin selembut apapun menyentuh permukaan kulitnya.
tangan sang gadis terangkat tinggi dan bergegas mengepal. kini giliran kakinya yang terasa lemas hingga membuatnya hampir terjatuh, meski tak ada yang menyandung. sepasang penopang jenjang itu bergerak cepat menuju sisi seberang yang bermandikan cahaya mentari.
gadis itu merasa beruntung, orang yang menguncinya di tempat ini lupa mengunci balkon sehingga bisa dia buka dengan mudah. tidak hanya kedua kakinya, tangan, badan, serta jemari gadis itu semuanya bergetar hebat. matanya yang mulai kabur oleh pusing di kepala maupun cairan bening yang meloloskan diri dari kelopak, berkedip berkali-kali dengan gila. mulutnya juga ikut terbuka semampunya demi mengambil napas lebih akibat dadanya yang semakin lama terasa makin sesak.
nada bariton memerintah mulai terdengar menggelegar dari belakang badannya. gadis yang telah berhasil keluar menuju balkon apartemen itu mengembuskan napas lega setelah telapak tangannya merasakan sensasi pagar besi pembatas balkon.
mendengar namanya dipanggil dengan kasar, kedua tangannya refleks menarik diri dan memaksa seluruh beban di tubuhnya terdorong melewati pagar balkon dengan bantuan salah satu kakinya yang bertumpu di lantai pinggiran apartmen tersebut. kebebasan telah gadis itu raih di detik selanjutnya. dia melambungkan senyum. memasang lengkungan terlebar dan terbesar yang dia punya, karena dirinya pun menyadari bahwa perasaan lega ini tidak akan dapat dia rasakan berlama-lama.
"tidak ada cara lain untuk melarikan diri darinya, maafkan aku," ujarnya kepada diri sendiri, mempersiapkan jawaban untuk orang-orang yang menunggunya kelak, sebelum kepalanya menghantam kerasnya aspal parkiran.
_(March 24th, 2022)
KAMU SEDANG MEMBACA
drabbles by Hanaru
Short Storyrandom drabbles kala senggang. --- keywords for the chapters: t - triggering f - fluff a - ambiguous L - more than 300 words