4

232 21 2
                                    

"Hati² dijalan, Toge!" Aku mengantar Inumaki sampai ke gerbang.

Hari ini dia tidak ingin merepotkan aku lagi, dia tau kondisiku jadi tidak mungkin membawakan bekalnya lagi.

"Ok (y/n) waktunya bersih²!" Ucapku menyemangati diri sendiri

~🍙~

Jam menunjukkan pukul 21.00. Inumaki mengirim pesan hari ini pulang terlambat.

Srek... Srek... Srek...

Terdengar suara aneh dari pintu belakang.

"Aneh, pintu belakang sudah ku kunci. Mana mungkin ada kucing masuk membawa sapu lidi." Ucapku lirih.

Sesampai diambang pintu belakang aku menemukan roh kutukan.

"Tunggu.... Kenapa dia ada disini." Batinku.

Kutukan itu menatapku penuh amarah. Aku segera menarik pedang ku. Kutukan itu tetap menatapku.

Kutukan dengan mulut seperti buaya dan badan besar. Dia terus menatapku. Selangkah demi selangkah dia berjalan menuju arahku.

"Tunggu, gelang itu?!" Aku melihat ada gelang ditangan kutukan itu, gelang milik Akira.

Aku sempat melihat gelang itu sewaktu bertemu dengannya. Ada apa ini, kenapa dia... Tunggu apa dia seperti ini untuk membunuhku?

Aku terus berpikir sampai kutukan itu mulai menyerangku. Hampir saja aku terkena cakarannya. Aku menjauh sebisa mungkin, dihalaman belakang yang tidak terlalu luas itu aku berusaha menghindari kutukan licik ini.

Bagaimana bisa dia menjadi kutukan, apa Akira membuat janji sehingga dia harus seperti ini. Batinku.

Kutukan itu kembali menyerang, aku menusuknya dengan pedangku. Kutukan itu mulia mundur perlahan. Kemudian kembali menyerang.

Jika seperti ini aku harus membunuhnya. Batinku lagi.

"Jurus ketiga, kilatan petir." Aku mulai mengeluarkan jurus yang aku pelajari dari Ayahku.

Kutukan itu seakan merasakan sambaran petir dan tentu saja aku mulai menebas bagian perutnya. Karena disana titik lemahnya.

Tetapi kutukan Akira kembali bangkit.

Sepertinya aku harus menebas lehernya. Batinku lagi.

Aku muali berlari kearah kutukan Akira dan mengeluarkan jurus ke empat ku. Sedikit sakit efeknya terhadap lawan. Aku menebas bagun lehernya. Dan benar saja kutukan Akira seketika musnah.

"Astaga! (Y/n)!" Aku mendengar suara zenin.

Aku menoleh dan benar saja zenin menatapku terkejut.

"(Y/n) kenapa tidak menghubungiku saja?!! Kau terluka?" Zenin tampak mengkhawatirkan ku, aku menggeleng.

"Ini kutukan Akira? Kenapa dia bisa menjadi kutukan? Sepertinya dia membuat janji dengan pak tua berbadan jahitan itu." Zenin terkejut dengan gelang Akira.

Padahal badan kutukan Akira besar, tapi gelang itu masih muat bahkan tidak putus sama sekali.

"Takana!" Inumaki menghampiriku. Astaga wajah suamiku ini benar² imut.

"Maaf membuatmu khawatir." Aku tersenyum. Inumaki memelukku.

"Okaka ikura?" (Ada yang sakit?) aku menggeleng.

Inumaki melihat kutukan itu dan terkejut. Seperti halnya zenin ketika melihat kutukan itu adalah Akira.

Kutukan itu musnah perlahan² menjadi abu.

"Tidak apa² sudah aman, maaf aku tidak menghubungimu."

"Okaka. Ikura mentaiko." ( tidak. Istriku itu kuat).

"Tuna ikura" (Aku minta maaf).

Aku kembali menggeleng. Kami bertiga kembali masuk.

Aku berdoa supaya roh Akira tenang. Hanya karena seorang pria saja dia sampai menjadi kutukan untuk melukai seseorang. Sayangnya dia lemah, maaf Akira. Semoga kau tenang dialammu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Thanks all<3

(Inumaki Toge X Readers) Yes, He Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang