2

333 18 3
                                    

Hampir 5 thn aku tinggal bersama Inumaki, bahkan orang tua kami sering mengunjungi kami. Inumaki bekerja sebagai pegawai kantor, sedangkan aku sendiri dilarang bekerja oleh orang tua serta mertuaku. Inumaki juga melarangku.

"Dia kapan pulang?" Jam menunjukkan pukul 11 malam. Aku menungguinya di ruang tamu.

"Apa dia harus lembur? Dari tadi ditelfon juga gak diangkat. Sibuk mungkin ya." Aku berbicara sendiri.

Terdengar suara mobil, aku segera membuka pintu. Inumaki keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam rumah. Dia tidak seperti biasanya, wajahnya nampak kelelahan dan sedikit kesal.

"Aku sudah siapkan air panas. Kamu bisa mandi dulu, aku panasin makanannya dulu ya." Aku membiarkan Inumaki sendiri dulu, karena aku tau dia pasti kelelahan. Untung saja besok akhir pekan. Jadi besok Inumaki bisa istirahat.

"Ini makananmu. Perlu aku suapin juga?" Inumaki menolak. Kemudian menatapku.

"Ada apa? Ada masalah dikantor?" Tanyaku.

Inumaki menggeleng.

"Benar tidak ada?" Tanyaku lagi.

Inumaki hanya diam dan memakan makanannya.

"Shake. Okaka ikura ... Mentaiko ikura, tuna mayo mentaiko.  Hah okaka." (Iya, aku baik² saja... Maaf aku kelelahan. Hanya soal pekerjaan. Hah tidak masalah, jangan khawatir.)

Mendengar Inumaki yakin tentang alasannya aku mengerti.

"Oh iya, besok kan akhir pekan. Apa besok ada yang ingin kamu makan? Aku bisa memasaknya untukmu sayang." Aku tersenyum.

"Shake, onigiri." Inumaki tersenyum, manis sekali suamiku ini. Inumaki memelukku dan menyuapi ku sesendok nasi.

"Ok onigiri. Apa tahun lalu onigiri ku juga enak?"

"Shake!" Aku senang Inumaki bahagia. Tapi aku tidak bisa diam dirumah saja. Obat²an Inumaki terbilang mahal.

"Apa aku boleh bekerja? Aku ingin bantu." Rengekku.

"Okaka, ikura tuna mayo okaka."(tidak, orang tua kita kan tidak memperbolehkan kamu kerja).

Inumaki kali ini tegas kepadaku. Ada yang dia harapkan tapi belum tercapai.

Kata penulis ini baru bab 2, jadi aku tidak boleh bocorin dulu. Menyebalkan.

" Shakeee. Ikura mentaiko." (Aku kenyang, ayo tidur.) Inumaki kembali memelukku. Kemudian membawaku kekamar.

"Hei piringnya." Aku tidak ingin besok ada kerjaan tambahan jadi aku harus bereskan.

"Okaka." Inumaku membawaku dan tidak melepaskanku meski aku bergerak.

"Ihh, kamu mah ngeselin." Aku mulai ngambek.

"Mentaiko... Tuna mayo okaka. Shake? " (Ayolah, hanya karena satu piring tidak masalahkan?) Inumaki tertawa dan menidurkanku.

"Tuna mayo." (Tidurlah). Inumaki memelukku lagi.

Aku merasa sesak. Tapi dada bidangnya membuatku nyaman.

"Konbu."

"Iya sayang?" Tanyaku.

"Ikura, mentaiko tuna mayo?" (Sayang apa kamu pergi ke dokter?) dia menatapku.

"Tidak, aku ingin pergi sama kamu aja. Sebisa kamu oke?" Aku mencubit pelan pipinya. Inumaki tersenyum dan mencium keningku.

"Shake. Ikura mentaiko tuna mayo." (Oke, besok aku antar.)

"Terimakasih."

Sudah berapa kali Inumaki bertanya soal dokter. Memang sudah 5 thn menikah tapi belum memiliki keturunan aku takut aku tidak bisa memberinya keturunan.

(Inumaki Toge X Readers) Yes, He Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang