Prolog

149 4 2
                                    

Hallo! Salam kenal ya semua, kalian bebas panggil aku apaaja. Del, thor, sist, bun, apa aja deh aku suka.

Ini tahun ketigaku mengenal wattpad. Ditahun-tahun sebelumnya aku belum berhasil menamatkan satupun karya tulisku, dan aku kembali bertekad buat menamatkan cerita baruku yang satu ini.

Berharap bgtt kalian bisa jatuh cinta dengan Raden dan teman-temannya. Aku tau sekali kalau kalian bisa menghargai sebuah karya, jadi jangan lupa vote dan komen ya! <3

Trailer wattpad 105,6 FM bisa ditonton dibawah ini :

Happy reading! :)

.


"Anda gak bisa bersikap seenaknya aja, Pak!"

Rahang cowok berambut hitam itu mengeras, wajahnya merah padam karena jelas tidak bisa lagi menahan emosinya. Kursi yang semula ia duduki kini sudah tergeser mundur karena Raden reflek berdiri begitu mendengar sebuah pernyataan keluar dari mulut Kepala Sekolah. Lantas dua sahabatnya yaitu Adjoe dan Fabian terlihat buru-buru menahan tubuh Raden.

"Darimana kamu bisa menilai saya bersikap seenaknya, Raden?" Pak Andreas, Kepala Sekolah SMA Garda Satya masih tenang dalam posisi duduknya.

Raden berdecih, menghentakkan bahunya untuk menepis tangan-tangan yang menahan pergerakannya. Kemudian cowok itu meraih tas ransel hitam miliknya diatas kursi, mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih yang sudah tersimpan sejak tiga hari lalu didalam sana. Tatapannya menatap tajam Pak Andreas yang sempat melirik benda putih itu.

"Untuk apa Anda meminta kami menambah jumlah anggota di ekstrakurikuler broadcast kalau justru Anda sendiri yang menghalangi jalannya kegiatan kami, Pak!" seru Raden, sama sekali tidak peduli dengan siapa ia berhadapan sekarang.

"Saya tidak pernah menghalangi."

"Mencabut poster penerimaan anggota baru di mading sekolah tanpa sepengetahuan kami, apa namanya kalau bukan menghalangi, Pak?" tegas Raden.

Berada didalam ruang Kepala Sekolah pada pukul delapan pagi tidak pernah ada dalam agenda keseharian Raden sebelumnya, bahkan untuk sekedar melintasi ruangan ini pun rasanya ia sudah terlalu malas. Raden tidak pernah mau mempunyai urusan dengan Pak Andreas, jangan tanyakan seberapa sering ia mencoba menghindar setiap kali berpapasan di area sekolah.

Namun terkadang yang susah payah dihindari justru akan berlari menghampiri.

Cukup baik jika Pak Andreas menghampiri tanpa membawa kabar yang menyusahkan Raden dan Ekstrakurikulernya, misalnya memberikan sebuah apresiasi atas keberhasilan setiap kegiatannya, mungkin. Tapi kenyataannya selalu berbanding seratus delapan puluh derajat. Pak Andreas tidak pernah membiarkan Raden dan rekannya bekerja dalam ketenangan untuk menjalani setiap program kerja yang ada.

"Poster beasiswa sekolah jauh lebih penting dibandingkan dengan poster penerimaan anggota baru dalam kegiatan kalian," ujar Pak Andreas seraya balas menatap Raden yang masih berdiri.

Raden menggeleng tidak percaya karena merasa dipermainkan sejak awal.

"Kacau. Kacau ternyata sekolah ini dipimpin sama orang yang gak tau arti sila kelima Pancasila kayak Anda!" serunya seraya menendang kursi disebelah kanannya.

"Tahan emosi lo, Den." Lagi-lagi Adjoe terus menahan pergerakan Raden. "Diluar banyak yang nonton."

"Yang begini gak bisa didiemin, Jo. Selalu mempersulit ekskul kita tanpa ada tujuan yang jelas!" Raden naik pitam, kedua tangannya mengepal erat.

"Dengarkan saya sebelum saya menyuruh kalian bertiga keluar dari ruangan ini."

Pak Andreas lantas bangkit dari duduknya, meraih amplop putih yang semula tergeletak diatas meja. "Ketua kalian ini tidak cukup teliti dalam membaca apa yang saya tulis disini. Saya sudah memberikan satu pilihan yang sangat mudah untuk ekskul itu, tapi kalian sepertinya tidak tertarik dengan yang mudah itu."

Atmosfer ruangan berpendingin ini seketika menjadi cukup panas untuk Raden setelah mendengar perkataan Pak Andreas. Raden bukan bocah SD yang tidak mengerti makna tersirat karena bukan satu dua kali permainan yang dikendalikan Pak Andreas ini mengarah kesana. Pembubaran ekstrakurikuler broadcast.

"Seberapa besar usaha kalian hanya akan menunda, bukan menghilangkan kemungkinan yang akan terjadi. Ingat satu hal, yang mati pasti akan mati."



.


to get any information, kalian bisa follow instagram aku @tinkerrdel

thank u and big luv!

thank u and big luv!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
105,6 FMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang