P R O L O G

14.4K 2.5K 363
                                    


"Ada yang mau beli anak gue nggak?!"

Seorang wanita dengan daster di atas lutut dan dandanan heboh, datang ke sebuah warung remang-remang yang berada tak jauh dari kediamannya. Usianya memang sudah tidak muda lagi, namun, ia tetap menjaga bentuk tubuhnya. Masih menjadi primadona untuk laki-laki hidung belang yang budgetnya pas-pasan, Yenita tak pernah lupa menggambar alis dan juga mewarnai bibir.

Biasanya, ia datang ke warung ini untuk bersenang-senang. Berkaraoke bersama bapak-bapak yang suka menyelipkan lembaran uang ke belahan dadanya. Tak malu bergoyang walau umurnya sudah melewati angka empat. Ia harus tetap energik agar tidak kalah pada daun muda yang semakin merajalela.

Namun kali ini, kedatangannya bukan untuk hal itu.

Ia telah hilang akal, hingga berkeinginan melelang anaknya sendiri.

"Gue udah muak sama nih anak! Kerja dari pagi sampe malam tapi gajinya nggak seberapa! Disuruh jual diri nggak mau! Nah, gue jualin aja ke kalian!" Yenita berseru keras. Tangannya menggenggam rambut panjang si anak gadis yang akan ia buang pada siapa pun yang mau memberikannya uang. "Siapa yang mau beli anak gue? Gue jamin, dia masih perawan!"

Seorang gadis berambut panjang tersungkur di lantai.

Rambutnya yang hitam terlihat berantakan. Terempas kencang menabrak lantai yang keras, tak ada desis kesakitan yang diperdengarkannya di warung kumuh itu.

"Waah, Yen, anak lo yang mana nih?" pria tua dengan rambut botak dan perut buncit tersenyum senang. Mata mesumnya tak ketinggalan melahap inci per inci dari tubuh yang tersungkur tersebut. Bibirnya bersiul tatkala betis mulus mengintip setelah rok yang dikenakan si gadis tersingkap. "Duh, Yen, sikunya berdarah. Aduh-aduh, boleh gue yang ngobatin, Yen?" seringai buayanya melebar. "Betisnya kelihatan empuk, ya, Yen? Pengin banget gue coba."

"Punya berapa lo?" Yenita langsung berkacak pinggang. Well, orang-orang di sini le bih senang memanggilnya Yeni. Tetapi dirinya akan sangat bahagia bila cowok-cowok berondong, memanggilnya Tante Yeni. Memiliki tiga orang anak dari tiga pria yang berbeda, Yeni tak membiarkan perutnya bergelambir. Rajin mengenakan korset, ia selalu tak ingin kalah dengan dua anak perempuannya. "Nggak sanggup gue ngehadepin nih anak di rumah. Gue lelang aja di sini sekalian."

"Anak yang mana dulu, nih?" seorang pria lain tampak tertarik dengan seseorang yang tengah di lelang saat ini. "Rambutnya nutupin muka, Yen. Perlu nggak gue yang singkap?"

Tante Yeni mendengkus masam. Tangannya yang semula berkacak pinggang, kini telah terlipat di depan dada. "Kalila," ia menyebutkan nama anaknya. "Bosen gue lihat dia nggak guna di rumah. Gue jual aja. Lumayankan, perawan nih. Kerja jadi babu di warung makan aja sombong. Gue najis, tiap kali dia sok nasehatin gue!"

"Oh, Kalila. Gue pikir Sakira."

"Sakira mah, sekarang hidupnya udah enak," Sakira itu adalah anaknya yang lain. "Tinggal di apartemen mewah. Dapet mobil dari si Aki tua. Transferan lancar jaya," ujar Yeni dengan bangga. "Bisa nyalon tiap hari. Belanja suka-suka. Nih anak juga udah diajarin sama adeknya supaya ngangkang biar enak. Eh, si kakak yang sok suci, malah sombong." Dengan emosi yang masih merajai diri, Yeni kembali menjambak rambut anaknya berkali-kali. "Mampus, gue jual lo sekarang."

Ringisan kecil akhirnya terdengar juga dari bibirnya.

Bunga Kalila, tak pernah ingin hidup dengan dunia seperti ini. Namun Tuhan, tidak memperbolehkannya memilih takdir. Ia lahir dari rahim seorang pelacur. Tidak tahu siapa ayahnya, Lila harus menelan bulat-bulat keingintahuannya itu, karena setiap hari ia harus menyaksikan ibunya melayani laki-laki yang berbeda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berharap LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang