03. TERSAMPAIKAN

24 2 0
                                    

Rasanya lelah setelah seharian beraktivitas. Namun pulang pun bukanlah tempat yang tepat untuk ia beristirahat barang sejenak.

Penatnya membutuhkan waktu untuk menghilang, tangisnya membutuhkan tisu untuk menghapusnya, badannya yang lelah membutuhkan peluk untuk meleburkan rasa lelahnya.

Jika di perizinkan ia ingin sekali menghentikan waktu walah semenit saja untuk ia beristirahat. Namun, itu hanyalah kemustahilan semata untuknya.

Cantika terus menyusuri bibir pantai tanpa alas kaki, angin berhembus menerbangkan pasir pantai, ombak senjadi naungan merdu yang kini terdengar indah. Suasana yang sepi mampu mengobati rasa lelahnya.

Setelah pulang sekolah tadi Cantika memang memutuskan untuk ke pantai. Ia ingin merenung juga memikirkan apa yang terjadi pada dirinya. Kenapa dirinya belum sepenuhnya sembuh dari masa lalu yang di alami?.

"Aku mati, tapi ragaku tak dikubur dalam gundukan tanah melainkan dalam gundukan trauma"

"Luka memanglah perih, namun siapa yang peduli dengan rasa itu jika bukan diri ku sendiri yang peduli. Sudah banyak retakan dalam hatiku ini namun tak seorang pun bisa melihatnya begitupula dengan ku, aku hanya mampu merasakannya saja"

Aaaaa......

Setelah mengucapkan kalimat panjang cantikan berteriak sekuat tenaga. Rasanya sedikit berkurang beban ini. Kemudian ia menutup mata dengan tarikan nafas dalam dan menghembuskan secara perlahan.

###

Saat langkah kaki Candra berjalan menuju bibir jalan tanpa di sengaja ia mendengar orang berteriak. Semakin ia berjalan arah kanan semakin dekat suara teriakan itu.

Tanpa ragu ia menghampiri seseorang yang tengah memejamkan mata di bibir pantai. Ia berdiri di kiri sang gadis yang tengah terpejam.

Candra memutuskan untuk ikut memejamkan mata menikmati sampuan lembut sang angin. Rasanya sudah lama ia tak melakukan hal semacam ini, menepi dari keramaian, menikmati keindahan pantai yang membawanya menuju ketenangan.

Saat ia membuka mata, dirinya menoleh kesamping kanan. Ia merasa tak asing dengan sang gadis.

"Cantika?" Panggilnya dengan suara yang lembut.

Orang yang dipanggil membuka mata dan menoleh ke asal suara dan menemukan sosok yang sendari dulu ia kagumi.

"Eh, kak Candra" ucapnya dengan wajah terkejut.

"Kenapa di sini sendirian?" Tanya Candra kepada Cantika.

"Lagi pengen sendiri soalnya" jawab Cantika dan langsung menatap laut yang luas.

"Duduk yuk, berdiri terus gak capek?" Ajak sekaligus tanya Candra kepada Cantika yang masih berdiri.

Cantika yang melihat Candra sedikit lebih menepi dari bibir pantai dan langsung mencari posisi duduk, dirinya hanya mengikutinya.

Setelah keduanya duduk, perlahan Cantika terbiasa dengan hadirnya Candra di sampingnya saat ini.

"Lain kali kalau mau ke pantai ngomong, nanti gua temenin. Kasian kali sendiri takut di ganggu sama om botak" ucap candra.

"Emang Cantika termasuk selera om botak ya?" Tanya Cantika dengan wajah yang sedikit bingung.

"Gak juga sii, tapi siapa tau kalau om botak itu khilaf dan tanpa sengaja nyulik Lo. Kan namanya manusia gak ada yang tau" jawab Candra dengan tawa kecil.

Cantika sedikit cemberut, di kira dirinya pantas untuk om-om. Dengan wajah dan postur tubuh seperti ini ia rasa dirinya bukanlah Incara om-om botak.

Tak lama mereka akhirnya hanyut dalam gelombang canda tawa di bawa langit senja yang indah.

###

Cantika merasa lelahnya sudah tersampaikan dan kini dirinya tengah menikmati canda tawa bersama cowok yang ia kagumi.

Rasanya sangat romantis jika dirinya duduk berdua sambil bercanda tawa, bertukar pikiran di bawah langit senja.

Usai tengelam dengan buana sang semesta, mereka berdua memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Tidak usah, gua bisa pulang sendiri" tolak Cantika untuk sekian kalinya.

"Lo cewek dan gua harus nganter Lo sampai rumah dan memastikan kalau Lo itu sampai rumah dalam keadaan baik. Jadi gak usah nolak dan gua gak suka di tolak" tegas Candra yang langsung menarik tangan Tika dengan lembut.

Cantika yang di tarik dengan berat hati menaiki motor besar Candra. Candra yang melihat Cantika nurut, ia pun tersenyum tipis di balik helm yang di kenakan.

Setelah semua sudah siap, Candra menghidupkan mesin motor dan langsung berjalan di jalan raya yang ramai oleh penggunanya. Jam segini biasa orang-orang pulang dari kantor jadi, tidak heran jika jalanan sedikit macet.

Rasanya tak pernah terbayangkan jika aku bisa berbocengan mesra dengan dia. Tak pernah terbersit keinginan untuk bisa sedekat saat ini dengan ia. Terimakasih tuhan, terima kasih untuk nikmat mu di hari ini.~~batin Cantika.

###

Hai, apa kabar?, Sehat kan?
Jangan lupa jaga kesehatan, bentar lagi ramadhan nih. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan.

Jangan lupa vote, komen, share.
Bahagia selalu kalian😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CANDRAMAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang