part 3. Balapan

29 21 61
                                    

Dika menyambar kunci motor yang ditaruh di atas nakas. Dengan balutan jaket kulit berwarna hitam yang bertuliskan 'Peace Diamond' laki laki itu tengah bersiap untuk menuju arena balapan.

Tin, tin.

Suara klakson mobil terdengar di halaman rumahnya, membuat Dika seketika berdecak sebal. Dengan cepat lelaki itu melepaskan jaketnya agar tidak ketahuan sang papa jika dirinya mengikuti sebuah gengster.

Sebenarnya papanya tidak mengijinkan jika anaknya itu mengikuti geng apapun karena dikhawatirkan akan terjerumus ke hal yang tidak benar.

"Ck, papa pulang lagi. Gue mesti gimana ya ngomongnya? Kalau gue bilang mau ketempat balapan yang ada gue di gorok." Ucap Dika mencoba mencari berbagai alasan agar mendapat ijin dari orang tuanya.

Dengan fikiran yang terus bergelut, lelaki itu kemudian menuruni anak tangga satu persatu untuk menghampiri sang Papa yang baru saja pulang bekerja.

"Eh pa udah pulang nih? Gimana kerjanya lancarkan pa?" Tanya Dika menyambut hangat sang papa.

"Ia lancar lancar aja. Kamu tumben nanya gitu sama papa? Biasanya kamu minta duit kalau papa pulang." Jawabnya merasa ada yang aneh pada anak semata wayangnya itu.

"Pasti kamu ada sesuatu ya nak?" Tanya Nadia–Bunda Dika yang juga ikut mecurigai sang anak.

"Gak ada bun, Dika cuma mau minta ijin keluar bentar cari angin. Biasalah anak muda bolehkan bun?"

"Kok nanya bunda tanya aja sama papa kamu." Tunjuknya pada sang suami.

"Mau cari angin apa mau cari cewek?" Tanyanya penuh intimidasi.

"Yaelah pa, Dika cuma mau nongki aja sama temen temen. Bolehkan? Kasian mereka pasti lagi nungguin Dika dari tadi," Rengeknya.

"Janji sama papa jangan kejerumus hal yang gak bener? Kamu harus janji sama papa, bunda dan diri kamu sendiri," Amanat sang papa pada anaknya itu.

"Janji Pa."

Dika tidak akan sampai terjerumus hal yang tidak benar, meskipun lelaki itu masuk gengster tanpa sepengetahuan orang tuanya. Lelaki itu berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak terjerumus hal yang tidak benar.

"Hm yaudah, sebelum jam 10 kamu harus udah ada di rumah." Ucap Rahandika– Papa Dika tanpa ingin di bantah.

"Uhuy, makasih pa." Ucap Dika berterimakasih.

"Ada uang buat jajannya gak?"

Dika menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Emm udah abis pa, kemaren tuh si abu gosong minta diisi. Alhasil Dika kasih uang semuanya ke dia."

Ketahuilah Abu gosong itu adalah nama celengan Dika yang berbentuk kucing berwarna hitam. Terhitung celengan abu gosong milik Dika berjejer di kamarnya sebanyak 20 celengan hitam dengan model yang sama.

Meski sudah punya tabungan yang ia simpan di bank dan juga papanya yang tidak berhenti berinvestasi di berbagai perusahaan. Tetapi Dika bukan tipikal manusi boros, karena itu jika Dika punya uang cash dia senantiasa memberikan uangnya kepada abu gosong, celengan kucing kesayangannya.

"Yaudah nih black card buat kamu. Jangan di abisin katanya buat modal nikah,"

"Makasih pa, yaudah kalau gitu Dika pamit dulu. Asallamualaikum." Ucap Dika mencium punggung tangan keduanya.

ARSFGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang