Seorang gadis berlarian memakai seragam sembari membawa sekotak nasi untuk sarapan.
"Woii!! Hati-hati dong!" Teriak seorang siswi
Dia, gadis mungil bernama Hananda Aurelie. Sekolah dengan jurusan yang membuatnya muak dengan hidup, pelajaran yang sangat tidak menyenangkan, yaitu.. Matematika.
Ia tidak tau mengapa kedua orang tua nya ingin Hana mengambil jurusan peminatan matematika. Hana tak cukup mahir dan tidak populer.
Hari ini adalah hari dimana ia akan lulus dan terbebas dari masa SMA. Hana akan terbebas dari kehidupan matematika dan berusaha menemui sosok yang ia suka.
Hana tidak punya teman, ia jarang bergaul dengan teman sekelas nya. Apalagi olimpiade atau lomba, Hana sungguh malas mengikuti hal seperti itu.
Hana ngos-ngosan saat sampai di depan panggung wisuda. Memakai seragam wisuda yang sudah acak-acakan karena berlari.
"Kok lo telat sih??!" Omel teman nya
"S-sorry nes.. Gue tadi kesiangan, hehe sorry"
"Lo tau nggak kita bakal ada acara 5 menit lagi!?"
"Iya iya tau, sorry.. Gue bawain sarapn, buat lo!" Balas Hana sembari menyodorkan kotak masih yang ia bawa.
Hah author kira juga dia membawa sarapan untuk dimakan sendiri.
Teman nya yang bernama Nessie itu langsung menyabet kotak nasi yang Hana kasih hingga jatuh ke tanah.
"Gak usah sok baik! Sana siap-siap!"
Nessie tak memperdulikan nasi yang jatuh itu dan melenggang pergi begitu saja. Hana merubah raut wajah nya menjadi murung.
000
Sebagai murid yang biasa saja dan tidak memperdulikan sebuah nilai, tapi Hana adalah tipe murid yang tak bisa bisa tidak belajar. Sekeras apapun ia membenci mata jurusan nya, tetap saja ia belajar.
Hana kebingungan karena orang tua nya tak kunjung datang melihat acara wisuda nya. Hana takut nama nya dipanggil tapi orang tua nya tak datang.
"Sebentar lagi kami umumkan wisudawati terbaik di SMA Kurnia Mulia dengan mata jurusan Matematika."
Hana bernafas lega kelas nya belum dipanggil dan maskh ada pengumuman wisudawati terbaik. Hana kembali duduk dan menyimak.
"Hana!?!" Teriak dua orang menghampiri Hana
"Ibu! Ayah! Kenapa lama banget sih??" Tanya Hana yang mengomel
"Iya iya maaf, motor ayah kamu tadi ban nya bocor di jalan, di benerin dulu!" Jelas ibu Hana
"Kamu belum kepanggil—"
"WISUDAWATI TERBAIK PEMINATAN MATEMATIKA ADALAH, HANANDA AURELIE!!"
"Ya belum kepanggil, tadi masih ada pengumuman wisudawati terbaik" jelas Hana
"Sst! Hana! Hana!" Bisik teman Hana dari belakang
"Jangan berisik! Itu lo dipanggil!"
"Hah? Kan masih wisudawati terbaik"
"Ya itu nama lo dipanggil!"
"Hah? Maksud kamu?? Hana dipanggil.."
"Ananda Hana, silahkan naik keatas panggung"
Ayah dan ibu Hana menoleh melihat atas panggung, benar saja.. Hana memang dipanggil sebagai wisudawati terbaik di peminatan matematika.
"Hah??? Aku Bu??? Aku wisudawati terbaik!?!!"
Mereka bertiga akhirnya naik keatas panggung dengan senyum yang begitu bangga sekaligus bahagia.
"Terimakasih tentu nya kepada Tuhan, terimakasih juga untuk semua guru yang sudah mengajar saya, ataupun yang pernah memarahi saya, saya sadar bahwa bentuk itu adalah sebuah kasih sayang. Terimakasih banyak sekali lagi, saya harap dengan menjadi wisudawati terbaik ini bisa membawa saya mewujudkan lebih banyak mimpi yang saya harapkan. Terimakasih juga untuk kedua orang tua saya yang selalu mendoakan saya. Jangan lupa belajar, semangat selalu dan terimakasih!"
Setelah menerima sebuah penghargaan dan sertifikat, mereka bertiga berfoto bersama mengamankan sebuah kenangan.
Tak ada yang lebih menyayangi ku daripada ibu dan ayah ku. Kasih sayang mereka paling tulus untuk ku. Aku juga akan membalas nya dengan sekuat diriku.
Terimakasih ibu, ayah. Kalian pahlawan di setiap langkah perjalanan ku. Mengajariku banyak hal tentang hidup.
Aku pun juga ingin berterima kasih kepada sosok yang selama ini memberi ku sejuta semangat, membuat ku bangkit dari sebuah keterpurukan karena pelajaran.
Konon, pria itu pintar matematika, mambuatku semangat belajar. Aku senang bisa mengenal nya, melalui sebuah predikat wisudawati terbaik ini, aku akan manfaatkannya suatu saat untuk bertemu dengan nya di jauh sana lalu merangkai kisah yang indah.
Terimakasih Haechan, matahariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Same Dream" [LEE HAECHAN]
FanfictionSeberapa jauh aku datang, tak akan bisa menggapai seberapa jauh nya aku pergi meninggalkan mu. Tetaplah disana, menemukan kembali dunia mu. Hana-