03

135 17 1
                                    

“Ruto, sini nak sarapan dulu. Kamu udah telat kalo mau ke sekolah jam begini, tapi tenang udah bunda izinin sama wali kelas kamu. Sini… bunda masak makanan kesukaan kamu”. Ucap nyonya Watanabe antusias kala melihat Ruto menuruni tangga dengan tampilan khas orang bangun tidur.

Ruto hanya mengganguk sebagai jawaban, lalu menuju ke arah meja makan untuk mengambil makanan yang telah di sediakan dan mulai memakannya.

Di meja makan hanya ada bunda, ayah, dan Ruto. Dimana Haru?. Haru tidak pernah di izinkan untuk ikut makan bersama di meja makan. Biasanya Haru akan makan di dapur, atau di meja makan setelah anggota keluarganya selesai makan.

Akibat di siram oleh nyonya Watanabe tadi, seragam Haru basah kuyup yang mengakibatkan dia tidak pergi ke sekolah.

Dan di sinilah dia sekarang, di dalam kamar yang berukuran tidak terlalu besar, terdapat meja belajar, dan rak buku yang berisi berbagai macam buku. Baik fiksi maupun non fiksi. Karena memang Haru lebih banyak menghabiskan waktu luangnya dengan membaca buku.

Jadi tak heran jika kamarnya di penuhi berbagai macam judul buku. Berbeda dengan kamar Ruto yang wangi parfum atau pengharum ruangan, kamar Haru cenderung berbau Eucalyptus dan obat – obatan.

Haru tidak mengerti mengapa bunda dan Ruto sangat membencinya, tapi meskipun begitu Haru sebisa mungkin tidak ingin membalas kebencian mereka. 

Di sekolah, Haru termasuk siswa yang berprestasi, berbanding terbalik dengan Ruto yang sering bolos, tidak mengerjakan tugas rumah, urak – urakan dan sering membuat kasus entah itu penganiayaan, atau pembullyan. 

“Selamat pagi anak – anak. Hari ini bapak ingin mengumumkan hasil ulangan Kimia kalian minggu lalu” Ujar Pak Bobby setelah memasuki kelas. Ia mulai memanggil satu per satu siswa, yang dimulai dari nilai yang paling rendah.

“Watanabe Haru. Selamat nilai kamu jadi yang paling tertinggi dalam ulangan kali ini. 100 itu nilai yang sangat sempurna. Bapak harap kamu bisa mempertahankannya.

Dan untuk Watanabe Ruto. Bapak tidak mengerti denganmu, nilai mu 0. Apa kamu tidak belajar sama sekali? Bertanyalah pada bapak atau Haru jika kamu masih belum paham dengan materinya.

Nilai mu selalu saja seperti ini dan tidak ada perubahan. 1 tahun lagi kamu akan naik ke kelas XII. Jika nilaimu tidak berubah, jangan salahkan bapak jika kamu harus tinggal kelas” Ucap Pak Bobby dengan nada kesal.

Ruto hanya menggangap semua ucapan Pak Bobby bagai angin lalu. Setelah kepergian Pak Bobby dari dalam kelas, Ruto pun mengikuti langkahnya untuk keluar dari kelas.

Tujuannya tak lain adalah Rooftop. Dia dan teman – temannya yang lain biasanya menghabiskan waktu mereka di sana sekedar untuk mengobrol ketika jam pelajaran berlangsung atau untuk melakukan kenakalan remaja seperti merokok dan meminum alkohol.

Haru yang melihat kepergian Ruto dari dalam kelas pun mengikuti kakak kembarnya itu. Ia penasaran kemana Ruto akan pergi.

“Haru kamu kenapa merokok?” Tanya Haru sesampainya di Rooftop dan langsung merebut rokok yang ada di tangan Ruto lalu membuangnya.

“Lo ngapain di sini. Gue ada nyuruh lo ngurusin hidup gue? Gak kan. Mending lo pergi dari sini. Gue lagi pengen sendiri” Ujar Ruto sarkas.

“Ruto, kamu gak boleh ngerokok. Rokok itu gak baik. Kalo kamu terus – terusan nanti kamu bisa kena penyakit paru – paru sama pernapasan. Tolong berhenti ya. Apa kamu ngelakuin ini karena masalah nilai kimia tadi?” Tanya Haru hati – hati.

“Lo masih nanya lagi. Apa lo gak paham selama ini hah. Gue selalu di sayang sama bunda tapi apa, gue gak pernah bahagiain dia.

Gue kecewa sama diri gue sendiri yang bodoh kaya gini. Sekeras apapun gue belajar hasilnya bakalan sama aja. Gue sekarang sampe ada di fase mau nyerah aja sama semuanya.

Kenapa lo. Kenapa harus lo Haru. Gue benci sama lo. Benci banget. Harusnya lo gak lahir ke dunia, harusnya lo gak jadi adik gue.

Sebenci apapun bunda ke lo, dia selalu aja banding – bandingin gue sama lo. Bunda selalu nyeritain gimana bangganya dia pas nama lo di sebut sebagai juara paralel setiap tahun. Lo gak tau kan?” Ujar Ruto dengan mata berkaca – kaca.

Haru terkesiap dengan apa yang Ruto ceritakan. Dia pikir selama ini bunda benar – benar tidak peduli padanya.

Tapi ternyata diam – diam bunda juga bangga terhadap prestasinya. Haru sedikit menyunggingkan senyum di bibirnya dan menghampiri Ruto yang tengah duduk sambil menundukkan kepalanya kebawah. 

“Ruto, kamu gak boleh kaya gitu. Kamu harus semangat dan jangan putus asa. Maafin Haru yang harus hadir ke dunia dan jadi adik kamu.

Maaf kalo kehadiran Haru bikin Ruto kecewa dan sedih. Haru harap Ruto makin semangat belajarnya.

Haru gak tau sampe kapan Haru bisa pertahanin peringkat paralel Haru. Haru bakalan berusaha selagi Haru mampu. Dan Haru harap suatu saat Ruto bisa gantiin posisi Haru dan bikin bunda bangga” Ujar Haru lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Rooftop.


























TBC.........
Jangan lupa vote and comment yeorobun😭🫂

Please, Don't Leave Me [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang