“Hai Haru, apa kabar? Kenapa minggu lalu kamu absen kemoterapinya” Tanya sang dokter ramah.
“Maaf dok, minggu lalu Haru belajar keras banget buat hafalin rumus kimia. Heehe maklum ya dok ada ulangan. Haru juga gak tau kan sampe kapan Haru masih bisa sekolah” Jawab Haru sambil tersenyum ceria.
“Haru, berapa kali dokter harus bilang sama kamu. Cepat atau lambat penyakit Alzheimer kamu itu akan semakin parah kalo kamu absen kemo dan maksain buat mengingat sesuatu entah itu benda, orang, atau rumus kimia sekalipun.
Dokter Cuma mau kamu rajin jalanin kemo dan jangan maksain sesuatu, karena itu gak baik dan malah berakibat pada penurunan fungsi otak. Paham?”
“Iya dok, paham. Maafin Haru ya dok. Ayo kita mulai aja kemoterapinya” Ucap Haru bersemangat.
5 Bulan Kemudian……….
Haru mulai lupa dengan nama benda – benda di sekitarnya, bahkan teman – teman di sekolahnya pun merasa heran dengan Haru yang secara tiba – tiba melupakan nama mereka.
Haru yang biasanya menjadi teladan dengan nilai yang bagus dan sempurna namun kali ini berbeda.
Dengan ajaibnya posisi Haru sekarang di tempati oleh Ruto. Ya, setelah percakapan di Rooftop pada waktu itu, Ruto berubah menjadi seorang ambis yang selalu belajar dan tak mudah berputus asa.
Ruto sedikit heran dengan kondisi Haru, tetapi pikiran itu berhasil ditepisnya. Berhasil menjadi juara paralel dan membuat bunda bangga adalah tujuan utamanya, dan hal itu sudah terwujud. Jadi Ruto tidak mau ambil pusing atau peduli tehadap Haru.
Haru menyusuri jalanan sore hari yang tampak tidak terlalu ramai. Kakinya di bawa untuk melangkah ke sebuah taman yang penuh dengan bunga – bunga berwarna – warni.
Ia mendudukkan dirinya di sana dan mengamati bagaimana raut bahagia anak –anak ketika berlarian di sekitar taman sambil sesekali tertawa riang. Haru yang melihat pemandangan itu pun sesekali ikut tersenyum.
“Haru, lo kenapa di sini. Ayo pulang udah mau malem” Ujar seseorang lalu ikut duduk di samping Haru.
“Oh, Ruto. Kamu di sini juga. Aku masih betah di sini kalo kamu mau pulang, ya pulang aja duluan” Jawab Haru.
“Looh, lo gak lupa sama gue?. Jangan – jangan lo pura – pura amnesia ya di sekolah. Apa tujuan lo ngelakuin itu bego. Eh tapi gak papa deh, dengan lo yang kaya gini gue bisa jadi uara paralel gantiin posisi lo dan banggain bunda” Ujar Ruto senang.
“Aku gak pura – pura Ruto. Aku bukannya gak lupa sama kamu, tapi kayaknya belum.
Aku sekarang masih bisa inget kamu dan bunda. Tapi yang lain, aku bener – bener lupa. Aku gak inget siapa mereka, apa hubungan mereka sama aku, dan bahkan nama mereka aku udah gak inget lagi.
Aku gak pengen kaya gini, tapi takdir tuhan yang bikin aku harus jalanin ini. Jadi mau gak mau aku harus jalanin kan” Tanya Haru sambil menatap Ruto.
“Takdir, takdir apa sih yang lo omongin. Lo ada penyakit? Cerita sama gue cepetan. Kalo lo gak mau cerita gue anggep lo pembohong” Desak Ruto pada Haru.
“Enggak ada Ruto. Aku gak sakit apa – apa. Aku emang kebanyakan makan MSG jadinya gini deh fungsi otakku udah menurun, heheh. Udah ah yuk pulang. Btw aku seneng banget kamu udah mau bicara dan gak dingin lagi sama aku. Aku harap kamu tetap kaya gini sampe nanti aku udah gak bisa liat kamu lagi” Ucap Haru sendu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Keesokan Harinya……….
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Don't Leave Me [✔]
Fanfiction"Selamat, nyonya dan tuan kedua anak anda lahir dengan keadaan selamat dan sehat, tapi ada satu hal buruk yang ingin saya katakan. Tolong jaga anak bungsu anda dengan lebih ekstra, karena kondisi tubuhnya berbeda dengan kakaknya." Watanabe Ruto dan...