Tiada yang bisa mengguratkan luka selebar ini dalam sanubari Haruto selain dingin yang sering kali Yoshi suguhkan. Bahkan ketika sakit yang kian mencubiti tiap senti organ tubuh tatkla beraksi tanpa permisi, rasanya lebih baik ketimbang antipati yang kerap sosok itu tunjukkan padanya.
Bukan apa-apa, hanya saja awan gelap yang selalu menghiasi wajah si Kakak selama nyaris tiga tahun ini, selalu membuat Haruto merasa dilempar ke dalam jurang rasa bersalah.
Benar, adalah kesalahannya Yoshi berubah menjadi begitu dingin. Adalah kesalahannya Yoshi menderita hingga lupa caranya tersenyum, lupa caranya bahagia.
"Jika tidak bisa lebih kuat, belajarlah menjadi lebih pintar!" Dengan cukup kasar Yoshi menyerahkan tas milik Haruto, yang baru saja berhasil ia rebut kembali setelah sebelumnya dirampas paksa oleh anak-anak nakal, para perundung yang—Yoshi herankan—di tiap generasi selalu saja ada dan tidak pernah punah. Lagi, ia heran, Haruto tumbuh lebih tinggi darinya, tapi adiknya itu begitu pecundang, yang bahkan untuk melawan para penindas saja tak mampu.
"Sudahlah ... Dia memang seperti itu, kan?" Doyoung menepuk pundak Haruto, selepas Yoshi menghilang dari pandangan. Sedikit menyesali keputusannya meminta bantuan laki-laki empat tahun lebih tua darinya itu. Tahu kalau itu membuat Haruto jauh lebih terluka, harusnya ia menghubungi pihak sekolah atau polisi saja, alih-alih meminta bantuan Yoshi.
"Tidak, dia tidak seperti itu. Tapi ... itu dulu. Sebelum aku ..." Haruto mengguman sedih, melirik Doyoung dengan sendu. "... membunuh kedua orang tua kami."
"Hei, sudahlah ... kita semua sudah sepakat tidak akan membahas hal itu lagi." Doyoung meraih leher Haruto, menyeret sosok yang lebih tinggi darinya itu untuk segera melangkah.
Bandung, 29 Maret 2022
...
Pernah dipublikasikan di blog, www.queenofsadending.wordpress.com
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPOKEN (Treasure Fanfiction)
FanfictionTreasure Fanfiction | NAE | Haruto, Yoshi, and other | Chaptered | Brothership | T | Hurt/Comfort, Angst |