3 | Homesickness

502 54 2
                                    

Watanabe Haruto sengaja menengadah, memandang langit yang sama sendunya dengan perasaannya. Salju tak lagi turun, tetapi berhasil menyulap tiap sudut kota menjadi serba putih.

Haruto sadar, kini jalanan yang dipijaknya, langit yang ditatapnya, bangku yang didudukinya, bahkan udara yang dihirupnya tidak lagi sama. Ketiadaan berita yang diterimanya berbulan-bulan lamanya, membuat musim dingin kali ini terasa berkali-kali lebih dingin.

"Aku ingin pulang." Haruto menggumam pelan, berharap langit mendengarnya. Pun menyampaikan kerinduan yang merajam kepada siapa pun yang bersedia menerima.

Ini kali kedua ia melewati musim dingin tanpa Yoshi, tanpa kabar apa pun. Jepang sudah berhasil membuat Yoshi melupakannya, sehingga si Kakak benar-benar tak lagi peduli, tak lagi ingat bahwasanya masih ada dirinya yang berdiri dengan rindu yang sama di tempat ini. Bersikap naif dengan harapan-harapan kecil kalau Yoshi muncul di antara desakkan orang yang memadati satsiun kereta sore ini, tempat ia melepas kepergian Yoshi satu tahun silam, tempat yang akhir-akhir ini menjadi tempat favoritnya, tempat di mana ia berharap Yoshi kembali dan mengajaknya tinggal bersama untuk memulai lembaran baru.

Akan tetapi, seberapa banyak pun Haruto menunggu, itu tidak pernah terjadi.

"Wah, lama tak jumpa, hm? Watanabe Ha-ru-to?"

Haruto tersentak. Lamunannya perihal langit yang mungkin bisa mengirim kabar tentang asa-asa kecilnya kepada Yoshi nun jauh di sana, mendadak lesap tak tersisa. Rangkulan ringan di bahunya terasa berton-ton beratnya, sehingga mendadak jantungnya berdebar-debar hingga nyeri.

"Kudengar kakakmu yang songong itu sudah kembali ke negara asal kalian, hm? Wah, pantas saja. Padahal aku sudah berniat untuk balas dendam, tapi kucari-cari si pecundang itu tak pernah ketemu."

Haruto menelan kasar ludahnya. Ia kira, setelah hari itu, selepas Yoshi datang menolong ia dari penindasan kakak-kakak kelasnya, dan kemudian si ketua geng, Kim Wookjae lulus dari sekolah, ia tidak akan lagi bertemu dengan si perundung. Tiada disangka, stasiun kereta kali ini justru mempertemukan mereka kembali.

"Urusan kita waktu itu belum selesai, kan? Bagaimana kalau kita selesaikan hari ini juga, hm?"

"Apa maumu?" tanya Haruto dengan suara bergetar. Jantungnya terasa dililit tali, nyeri dan sesak.

"Apa lagi? Mengirimmu ke alam baka!"

Bersambung
Bandung, 31 Maret 2022

UNSPOKEN (Treasure Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang