III

23 7 1
                                    

Jangan lupa vote dan comment-nya ya...

Karena comment-an kalian penyemangatku

.

.

.

Happy reading

Malam hari, Raffael akan pulang ke rumahnya. Dan kembali bekerja di rumah Zea pagi hari. Jarak kontrakannya dan rumah Zea juga tidak terlalu jauh. Jadi ia nyaman-nyaman saja jika harus bolak-balik ke rumah majikannya.

Saat ini Raffael tengah menyiapkan makan malam untuk dirinya. Cukup telur dadar dan sayur bayam sudah membuatnya kenyang. Ia memang tinggal sendirian di kontrakan sempit itu.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit, Raffael pun selesai makan malam.

Ia membereskan semua peralatan makannya. Membuang sampah ke tempat sampah, lalu mengikat plastik sampah yang terlihat sudah penuh.

Raffael berjalan ke luar untuk membuang sampah ke pembuangan sampah yang akan diangkut petugas sampah besok pagi. Menggunakan celana ponggol selutut dan kaos tipis lengan panjang, Raffael merasakan dinginnya angin malam yang menyentuh kulitnya.

"Eh, kak Raffael. Sendirian aja nih?"

Raffael menoleh ke belakang. Melihat tetangga disamping kontrakannya yang tengah bersandar dengan sebungkus ciki ditangannya.

"Cari bini kek bang. Lo gue liat-liat dah lama juga idup di dunia ini" perempuan dengan kaos oblong tersebut terus menyerocos sambil terus mengunyah ciki berbumbu di tangannya.

Raffael berjalan mendekat sambil memasukkan tangannya ke saku celana yang ia pakai. Diana, mahasiswi yang ngontrak di samping kontrakan Raffael itu selalu menemani Raffael jika sedang tidak kerjaan. Walaupun baru kenal beberapa bulan, keduanya tampak cukup dekat.

"Lo kira cari istri itu gampang?!"

"Susah sih bang. Kan harus tajir dulu"

Kurang ajar.

Tapi emang benar sih.

"Mending lo belajar, lanjutin skripsian lo yang nggak selesai-selesai. Daripada nyuruh gue nyari istri terus"

Diana tertawa. "Ternyata kuliah itu gak gampang ya bang"

"Emang" sahut Raffael. Membuat Diana menoleh ke arahnya,

"Lo pernah kuliah bang?"

"Karena kuliah itu gak gampang makanya gue berhenti"

Diana manggut-manggut mengerti. Lalu keduanya pun diam memandang hamparan bintang dilangit.

"Otak gue dibikin ngebul. Pengen kawin aja gue rasanya, terus cari om-om kaya buat jadi sugar daddy gue"

Raffael mendelik mendenagr perkataan Diana barusan. Terdengar asal omong. Tapi ya itu memang sifat cewek itu, ceplas ceplos.

Raffael tidak begitu sulit untuk bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Hidup sendirian di kontrakan memang harus pandai untuk bergaul dengan sekitar. Karena Raffael tidak tau, kapan ia akan membutuhkan bantuan orang-orang disekitarnya.




Sejak pukul 6 pagi Raffael sudah standby di halaman rumah majikan barunya. Membersihkan kaca mobil baru yang akan ia gunakan untuk mengantar nona mudanya kuliah hari ini.

BUKAN BODYGUARD BIASA | SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang