Jangan lupa untuk Vote and Comment.Maaf jika ada kesalahan dalam kata. Kritik dan saran boleh kok.
....
Kejadian di belakang sekolah sangat menggemparkan ditemukannya dua mayat dengan anggota tubuh berceceran. Membuat pihak sekolah dengan tanggap mengatasi situasi ini. Selama penyelidikan dilakukan tidak ada yang boleh keluar sama sekali.
Satu persatu murid keluar masuk dari ruangan untuk di interogasi. Giliran Devan dan Bendic untuk masuk.
Dua orang lelaki itu berdiri di depan Sersan Noell.
“Mr.Devan and Mr.Bendic. You two are close friends of Felix, right? (Tuan Devan dan tuan Bendic. kalian berdua adalah teman dekat Felix, benar?)” tanya Sersan Noell.
“Right (Benar)” jawab Devan singkat.
“Then do you know the cause of your friend's death? (Lalu, apa kalian tahu penyebab kematian teman kalian itu?)” tanya sersan Noell kembali. Matanya menyelidiki raut wajah Bendic dan Devan tapi dua orang itu menampakan raut wajah santai sehingga membuat sersan Noell berprasangka bahwa mereka berdua sama sekali tidak terlibat.
“No, we know he went into the forest without saying a word. (Tidak, yang kami tahu dia pergi ke hutan tanpa berbicara sepatah katapun.)” Bendic menjawab pertanyaan sersan Noell, memang benar Felix pergi begitu saja dari kamar tanpa bicara apapun. Dan saat itu di kamar hanya ada Devan dan Bendic.
“I heard that the victim had a fight with you, Mr. Devan. (Aku dengar sebelumnya korban bertengkar dengan anda tuan Devan.)” Sersan Noell melemparkan pertanyaan pada Devan.
“That's right, we had a fight because he stole my watch. (Itu benar, kami bertengkar karena dia telah mencuri jam tangan ku)”
Jawaban dari Devan membuat sersan Noell berkecil hati bahwa pelaku ada di sekitar sekolah, bisa saja orang itu ada di luar lingkungan sekolahan.
“Alright you two can go. (Baiklah kalian berdua bisa pergi).”
Devan dan Bendic pun pergi keluar dari ruang interogasi.
….
Kali ini kegiatan olahraga mereka melakukan permainan sepak bola. Masing-masing tim dibagi menjadi sebelas orang. Yang maju duluan kubu Devan dan Kubu John.
Dibanding menjadi pemain Devan memilih untuk menjadi kiper.
John berlari cepat menggiring bola kearah gawang, bola tersebut meluncur kuat bukannya masuk itu malah mengenai wajah Devan.
“Sorry I didn't mean it. (Maaf aku tidak sengaja)”
Awalnya Devan tidak menanggapi masalah itu mungkin benar John tidak sengaja mengarahkan bola ke wajahnya. Tapi siapa sangka hal itu terulang kembali sampai tiga kali. Apakah itu bisa disebut tidak sengaja? Hidung Devan sudah berdarah karena kena pukul oleh bola terus menerus.
Priiit!
Suara peluit menghentikan permainan sekarang regu anak perempuan yang bermain.
Devan duduk di sisi lapangan tidak jauh dari kelompok John kedua telinganya mendengar apa yang mereka bicarakan.
“Wow John your game is great.(Wah John permainanmu sangat hebat.)”
John menanggapi itu dengan tertawa. Lalu mata lelaki itu milirik Devan.
“Devan, is your nose okay? I'm sorry, but you were really bad at playing earlier, why didn't you dodge when the ball came? (Devan, apa hidungmu baik-baik saja? aku minta maaf, tapi kau benar-benar payah saat bermain tadi, kenapa kau tidak menghindar saat bola itu datang?)"
Permintaan maaf John sama sekali tidak tulus ada nada mengejek untuk Devan.
“Ah, maybe I'm not focused. (Ah, mungkin aku kurang fokus)” balas Devan dengan terkekeh.
Jam pelajaran olahraga telah berakhir John dan Devan disuruh untuk mengembalikan bola ke gudang.
Saat Devan sedang menyimpan bola di rak paling atas tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang.
“Hey Devan, you look beautiful. (Hei Devan, kau terlihat cantik.)” suara John begitu dekat dengan telinga Devan. Dari awal sebelum masuk John terus menerus curi-curi pandang pada Devan. Menurut rumor bahwa John pecinta sesama jenis.
“Let's spend the night with you. (Ayo kita habiskan malam bersamamu.)” tangan John sudah berani turun kebawah kearea pribadi milik Devan. Dengan kasar Devan mendorong John kebelakang menabrak rak di belakang lelaki itu sehingga minyak yang biasa dipakai untuk acara api unggun menyiram tubuh John.
“What are you doing! (Apa yang kau lakukan!)” mimik raut muka John berubah menjadi keruh.
Devan tidak menanggapi John lelaki itu malah merogoh saku celana olahraga dan mengeluarkan sebungkus rokok. John melihat itu terkejut merokok di sekolah itu dilarang dan dianggap menyalahi aturan. Apalagi ini Devan memiliki citra yang bagus tidak pernah melanggar peraturan sekolah.
Devan, lelaki itu menghisap kuat rokok yang sudah menyala lalu membuang asap rokok tersebut ke atas.
“John Waters, a gay man who likes the same sex. You have abused five boys and ended up dropping out of school. And now you're trying to harass me? (John Waters, seorang homo yang menyukai sesama jenis. Sudah lima orang laki-laki yang kau lecehkan dan berakhir dengan keluar sekolah. Dan sekarang kau mencoba melecehkan ku?)” tubuh John membeku dari mana Devan mengetahui informasi tersebut.
Devan memandang John dengan dingin, “Shouldn't trash like you have to die? (Bukankah sampah sepertimu harus mati?)” rokok yang masih menyala itu dilempar ke percikan minyak sehingga menyulut api. John yang terkurung oleh api tersebut mulai panik.
“Not! Help me! I apologize. (Tidak! Tolong aku! Aku minta maaf.)”
Devan hanya memandang John dengan wajah lurus dan datar lelaki itu berbalik dan meninggalkan John dilahap oleh api sambil berteriak meminta tolong.
Api itu pun membesar dan membakar gudang dengan sempurna bisa di pastikan semuanya terbakar habis dan tidak tersisa.
Krak. Suara ranting patah mengalihkan perhatian Devan. “Kayaknya ada yang nguping nih, enaknya di apain?”
See you next time...
Semoga kalian suka yaaaa....
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano's story
Mystery / Thriller.... Wajah yang ceria, ramah,lucu, baik. Di balik itu semua ternyata menyimpan sejuta rahasia. Ini kisah Devano si anak Iblis.