003

5.1K 732 89
                                    

•尺乇卂ᗪ乇尺•

Hanya satu kata yang keluar dari mulut (M/n) saat dia menatap keadaan kota Seoul sekarang.

"Mengerikan."

Kota metropolitan yang sebelumnya ramai kini terlihat seperti kota mati. Benar-benar hancur berantakan. Belum lagi mahkluk mutan yang berkeliaran dimana-mana.

(M/n) benar-benar harus sesenyap mungkin melangkah agar bisa sampai di Stasiun Noksapyeong tanpa mengundang perhatian yang tidak dibutuhkan.

GROAARRRR!!!

Suara monster yang menggelegar memasuki indra pendengaran. Tidak ingin berurusan dengan para monster itu, (M/n) bergegas melangkah menyusuri jalan yang kacau balau.

Tungkainya melangkah terus sampai dia sampai di Stasiun Noksapyeong. Keadaan stasiun sangat ramai karena orang-orang yang berlindung dari invasi para monster.

Beberapa dari mereka terlihat putus asa dan hilang harapan. Ada juga yang masih menunggu bantuan dari pemerintah dan berharap bahwa semua ini hanyalah candaan semata.

(M/n) berjalan melalui orang-orang di sana, menatap lurus tanpa ada niat untuk melihat wajah mereka. Dia turun dari peron lalu lanjut berjalan menyusuri jalur rel menuju stasiun Geumho.

Perjalanannya tidak begitu mulus karena monster tingkat rendah selalu muncul di jalur yang dia lewati. Berkat level statistik yang sudah di tingkatkan dan senjata, (M/n) berhasil sampai di stasiun Geumho yang jaraknya cukup jauh dari Noksapyeong.

***

(M/n) tiba di stasiun Geumho saat hari sudah mulai gelap. Matanya menerawang seluruh area itu untuk menemukan rekan-rekan Kim Dokja.

"Hey, apa kau pengungsi baru disini?"

Bukannya menemukan Yoo Sangah dan yang lainnya, dia malah di hampiri oleh beberapa orang yang membawa senjata.

"Iya." (M/n) tetap pada tempatnya berdiri. Mata salah satu dari kelompok itu menatap dia dari atas kebawah.

"Kami tidak menerima pengungsi lagi disini," kata satu dari mereka sembari mengarahkan senjata pada (M/n).

Pria bersurai raven memicingkan mata. Tubuhnya berbalik menghadap sepenuhnya pada kelompok itu. Dengan kedua tangan terlipat didepan dada dia berkata, "Maaf, tidak menerima?"

"Iya. Banyak orang yang sudah menepati stasiun ini jadi kami tidak bisa menerima lagi."

"Tapi aku harus. Jadi permisi, aku mau lewat." (M/n) berlalu dari sana sampai langkahnya terhenti karena salah seorang dari meraka menahan bahunya.

"Apa kau tuli? Sudah kubilang kau tidak diterima disini. Terlalu banyak orang jadi kau harus mencari tempat lain," kata orang itu sambil menodongkan senjata tepat didepan wajahnya.

(M/n) sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan aksi kelompok itu. Malah tangannya yang gatal ingin sekali menghajar mereka semua.

Menghirup napas dalam-dalam. (M/n) balik berkata kepada mereka.

"Minggir."

Kelompok itu tiba-tiba merasakan aura tidak mengenakkan disekitar mereka. (M/n) tetap berdiri tegap ditempatnya. Mata kosong menatap tajam siapapun didepann dari balik poni raven nya.

 𝗠𝗲? | 𝗢𝗺𝗻𝗶𝘀𝗰𝗶𝗲𝗻𝘁 𝗥𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 𝗩𝗶𝗲𝘄𝗽𝗼𝗶𝗻𝘁 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang