01

97 7 2
                                    

Keluarga Summer pindah ke Forks setelah Miriam, putri bungsu keluarga Summer memenangkan suit, secara acak memilih kota paling basah di Amerika Serikat. Joseph dan Magdalena Summer hanya bisa tersenyum pasrah atas kejahilan putri mereka. David, Noah, dan Suzette meratapi kemenangan adik tercinta mereka. Sementara Miriam hanya tersenyum bahagia dan bermain dengan anjing husky-nya, Didier.

"Aku akan memesan tiket pesawat," kata Joseph, ia mencium dahi istrinya sebelum pergi.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita memesan makanan malam ini?" tanya Magdalena. Membiarkan anak-anaknya memilih menu.

Noah yang pertama merespon. Ia menurunkan stick PS setelah mem-pause game favoritnya. Valhala something.

"Bisakah kita mendapat pizza?" tanya Noah.

"Aku ingin makanan Cina," kata David tanpa mengalihkan pandangannya dari macbook dipangkuannya.

"Atau kita bisa memesan masakan Italia?" tanya Suzette, meletakkan novel romansa yang ia baca ke atas lengan sofa merah maroon yang ia duduki.

"Atau Shawarma," bisik Miriam.

"Kalau begitu makanan Italia," putus Magdalena.

Noah mengerang saat karakter game yang ia mainkan K.O.

"Buat itu lasagna, Sayang!" teriak Joseph dari ruang kerjanya.

Magdalena pun pergi untuk mengambil ponsel guna memesan lasagna untuk makan malam. Ruang keluarga pun menjadi hening.

"Suzu," panggil Miriam

"Whut?" sahut Suzette yang kembali tenggelam ke dalam alur cerita yang mendebarkan.

"Aku masih marah karena temanmu merusak lukisanku."

Suzette menatap Miriam dengan ekspresi kesal. Henry Evans adalah pacarnya, dia brengsek dan berteman dengan Dudley Dursley yang sama brengseknya karena mereka sepupu akrab. Sementara kakaknya David dan Noah rupanya teman main Hendrick Evans saat kecil dan berpisah setelah ulang tahun Hendrick yang kesebelas. Mereka bahkan tidak pernah bertemu saat liburan musim panas atau musim dingin.

"Tolong lupakan saja masalah itu, Mira. Lagipula Dave dan Noah sudah memukuli Ry-Ry habis-habisan!" ujar Suzette kesal karena setelah kejadian itu Henry memutuskan hubungan dengannya dan selalu mempermalukan dirinya di setiap kesempatan saat di sekolah.

"Kau cinta mati pada tikus mati itu?" tanya Miriam.

"Siapa yang kau panggil tikus, Pecinta anjing?" tanya Suzette geram.

Miriam berkedip dua kali. David dan Noah saling lirik, keduanya menghela napas. Saat keduanya mulai bergerak guna melerai kedua saudari mereka, Miriam sudah menerjang Suzette yang mengakibatkan sofa tunggal Suzette terdorong ke belakang di mana keempatnya jatuh bertumpuk.

"Anak-anak, jangan bertengkar!" teriak Magdalena entah dari mana.

"Ya, Mama!" koor anak-anak sebelum berdiri dari jatuhnya.

Belum sempat Dave dan Noah bernapas lega, Suzette ganti menerjang Miriam tetapi kali ini Miriam siap dan mampu menahan beban dorongan. Badannya boleh pendek, tapi dagingnya terisi, biar pipinya tembem asal tubuhnya sehat. Tidak seperti Suzette yang cantik dan kurus, tapi sedikit daging dan tenaganya nol.

"Suzu, saat di Forks, siapa yang pertama kali pacaran harus membersihkan toilet bersama selama sebulan. Apa kau berani?" tanya Miriam mencoba memanipulasi Suzette yang kadang pintar seringnya bodoh.

"Mustahil!" tolak Suzette. Bagaimana bisa dia mengalahkan gadis no life seperti Miriam. Dia adalah burung cantik yang bebas, cantik dan bebas! Bagaimana bisa ia menolak pria tampan, uhuk!

"Yang pertama dapat pacar jadi ratu sebulan, bagaimana?" usul Suzette mencoba mengubah peraturan.

"Tidak!" tolak Miriam. Apa itu pacar, tidak sebagus Didier-nya!

"Yang pertama menyentuh pintu rumah baru, menang!" teriak Noah, menengahi omong kosong yang terjadi untuk kesekian kalinya.

"Ya!!" teriak Suzette girang.

Miriam menyipitkan mata pada Noah. "Damn you, Honey. Fuck you."

"Miriam! Siapa yang mengajarimu berkata kotor!" teriak Magdalena yang kebetulan memasuki ruang keluarga dengan banyak tas plastik transparan berisi makanan takeout.

Dengan wajah polos tanpa dosa Miriam menunjuk Noah. Wajah Magdalena berubah menjadi merah, semerah planet fajar.

"NOAH ABRAM SUMMER!!"

Boom! Bang! Clang! Slap! Pow!

"Maa ... Mama ... Ouch! Mama, sakit!! MAA!!!"

Ting! Zap! Thud! Kapow!

"Hah ... Noah goblok," desah David.

Suzette berlari ke kamarnya dengan alasan, "Mama, Suzu mau beresin novel Suzu!"

Smash! Aargh! Snap! Bam!

"Um mn ma ... Hi ii lih Haa aa ih...," gumam Miriam saat melihat Magdalena mencoba memukul Noah dengan sandal jepit merk Havaianas hitam gambar muka kucing berwarna emas. Jelas terlihat Magdalena mencoba menghindari area kepala, bahu, punggung, dan pantat.

Tapi gumaman aneh Miriam tidak ditunjukkan untuk menyindir atau hal negatif apapun yang membuat Magdalena beralih target sasaran sandal. Semua itu karena David membekap mulutnya jauh sebelum Miriam bisa mengambil napas panjang.

"Avd! Avd! Gu Hihi hoo!!" ancam Miriam dalam gumaman tak jelas, tapi karena sorot matanya yang selalu kosong tanpa percikan emosi membuat David lengah.

Nap! Kraukk!

"Akh!!" jerit David yang secara refleks menarik tangannya. Ada tanda bekas gigitan yang tidak sampai menyobek kulit telapak tangannya tapi sama sakitnya seperti tercubit tang.

Meski terlihat ganas, sebenarnya Miriam masih menahan diri karena tau jika mulut manusia selalu penuh bakteri dan akan fatal jika masuk ke dalam luka. Meski tak dapat disangkal jika air liur manusia bisa melindungi luka dari infeksi.

"Mama, tangan Dave kotor tapi sentuh mulut Miriam," adu Miriam dengan suara manis.

"Dave!"

Dave tercengang. Ternyata dia sama gobloknya dengan Noah.

Suzette yang sepertinya dapat wangsit turun kembali. Anak Mama hanya ada empat, jika Miriam mengadukan dua anak, tinggal berapa anak yang akan kena amuk Mama?

"Ma, makan yuk! Suzu yang panggil Papa ya!"

Dan Suzette pun kembali melarikan diri sebelum Miriam mengubah target lagi. Anak ini kecil-kecil suka bikin musuh! Ini Papa kenapa enggak muncul-muncul juga. Udah perang kedua juga, jempol kakinya malah enggak keliatan. Suzette pergi ke ruang kerja ayahnya yang penuh tumpukan kardus dan tulisan jelek papanya di setiap kardus.

"Papa, makan."

"..."

"Mama! Papa-"

"Heh heh heh!" bisik Joseph. Kepala coklat gelapnya muncul dari bawah meja kerja.

"Papa ngapain?" tanya Suzette kepo. Kepala pirang kotornya celingak-celinguk mencari apa yang sekiranya disembunyikan sang ayah.

"Pena Papa jatuh entah ke mana," jawab Joseph sambil lanjut mencari. Kepalanya hilang di balik meja kerja.

"Bukannya bisa beli baru," kata Suzette.

"Ini pena dari Mira," jelas Joseph.

Jelas. Jelas sekali malah. Punya anak bungsu seremnya ngalahin lucifer ya kayak Miriam ini.

"Lanjut nanti lagi, makanannya udah sampai. Ayo, Mama udah ngamuk dua kali!" pinta Suzette.

Duk!

Sepertinya kepala Tuan Summers ini terbentur meja. Joseph berdiri dan mencoba membersihkan debu tak kasat mata di pakaiannya. Ia kemudian menatap tangannya, terlihat bersih. Bagus! Joseph keluar dari kamar kerja melewati Suzette.

"Papa! Cuci tangan dulu!"

Vampir dan Serigala (Twilight)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang