1. Pengantin Pengganti

15.8K 940 32
                                    

Mentari seolah mengerti, semesta seolah paham dan dunia seolah merestui. Setelah segala usaha yang dilakukan oleh dua insan untuk terus mempertahankan hubungan, akhirnya keduanya sampai di tahap ini, sampai di satu titik yang akan menjadi momen paling bersejarah dalam kehidupan mereka berdua, ini akan menjadi langkah awal dan yang paling besar yang akan merubah kehidupan keduanya. Wanita itu menatap pantulan dirinya di depan cermin, dengan siger Sunda yang selama ini selalu menjadi pernikahan impiannya, dia tampak cantik berbaluk kebaya putih yang kelihatan pas ditubuhnya. Dia akan menikah, dengan seorang pria yang dua tahun belakangan menjadi bagian dari perjalanan cintanya, menjadi partner dalam segala, menjadi mimpi yang mungkin hari ini akan menemui kenyataan.

Haira menpiskan bibirnya, menempelkan pipinya ke lengan mamanya, cukup merasa bangga karena sudah bisa membahagiakan mamanya dengan sebuah pernikahan, paling tidak setelah ini mamanya tidak akan pusing memikirkan anak gadisnya.

Akad nikah hari ini diadakan di hotel, karena sekalian resepsi nanti malam. Semua orang sudah bersiap, termasuk memperlai pria yang sudah duluan menuju lokasi. Haira akhirnya bangkit dari tempat duduknya, berjalan bersama diiringi Mama dan para sepupunya, hari ini dia akan menjadi ratu dari seorang pria yang berhasil memenangkan cintanya. Begitu Haira sampai di lokasi akad nikah, tampak seorang wanita hamil berdiri di hadapan calon suaminya, kemudian berusaha ditenangkan oleh orang-orang sekitar.

Haira mengerutkan dahinya.

"Kamu nggak bisa nikah gitu aja! Ini anak kamu, kamu harus tanggung jawab!" Wanita itu tampak memukuli dada Elio, calon suami Haira.

Haira diam membeku di tempatnya, dia masih berusaha mencerna apa yang dia dengar, hamil? Anak Elio? Tapi bahkan pernikahan mereka baru akan dilangsungkan hari ini?

Wanita itu terpaku, darahnya berdesir, detak jantungnya berpacu semakin cepat, perasaannya tidak enak dan kini seluruh kepalanya dipenuhi oleh pemikiran buruk. Dia sedang tidak bermimpi, 'kan? Matanya menyoroti sekitar, benar dia tidak bermimpi, semua hal terasa nyata dan memang sekarang dia berada di dunia nyata.

Elio menatapnya, semua orang sudah menghardik pria itu, tapi dia menatap Haira dengan tatapan sendu yang Haira sendiri tidak mengerti harus mengartikan tatapan itu sebagai apa, apa Elio merasa bersalah terhadapnya? Atau mungkin hal semacam rasa bersalah sebenarnya tidak pernah ada dalam diri Elio.

Haira hanya diam, tapi Elio menggeleng, seolah meminta Haira juga menghardiknya, Haira harus memakinya, karena sesaat lagi bahkan pernikahan mereka akan berlangsung, tapi siapa wanita itu? Karena siger di kepalanya lumayan berat dan baju yang sangat ngepas di tubuhnya sebenarnya tidak terlalu nyaman, Haira berjalan, masih dengan anggunnya, melepas pegangan para pengiringnya, dia mendekat ke Elio.

"Benar apa yang dia katakan?" tanya Haira masih dengan kepala dingin, lebih tepatnya karena memang dia pusing dengan make up, hairstyle, pokoknya dia lelah dengan semua itu, tapi masih harus menghadapi masalah yang pelik seperti ini, dia kira setelah semua pengorbanan atas tubuhnya, dia bisa merasakan bahagia yang tak terhingga.

Elio hanya diam.

"Aku masih punya bukti pembayaran hotel saat itu." Bukan Elio, tapi wanita hamil itu yang buka suara.

Haira berusaha tetap fokus pada sosok yang sebelumnya bergelar calon suaminya. Dia tidak butuh pernjelasan orang lain, dia hanya butuh Elio meyakinkannya bahwa semua itu tidak benar, mereka harus segera melanjutkan pernikahan. Penghulu dan jajarannya sampai dibuat pusing dan sulit berkata-kata.

"Aku khilaf, waktu itu acara kantor di Bogor..."

Plak!

Haira mendaratkan tamparan ke pipi pria itu sampai peci yang berada di atas kepalanya terlempar begitu saja, rasanya yang barusan itu tidak akan pernah sebanding dengan sakit yang kini tiba-tiba menyerang Haira, Haira bahkan tidak yakin, apa dia akan sembuh setelah ini? Atau malah semakin terjebak dalam rasa sakit itu.

"Seharusnya kamu nggak membawa aku ke dalam omong kosong ini semua." Tatapan kekecewaan itu menguliti Elio, tapi tetap Elio tidak tahu harus berbuat apa.

Elio menunduk, terlalu malu untuk menatap wajah semua orang, apalagi kekcewaan yang ditampilkan keluarga Haira. Dia datang dengan niat baik melamar Haira, tapi malah begini kejadian yang terjadi setelah hari pernikahan tiba.

"Maafkan aku." Bahkan untuk sebuah kata maaf tersebut rasanya Elio sangat tidak pantas, dia adalah sampah, yang tak seharusnya berada dalam hidup Haira.

Haira memejamkan matanya, masih berharap bahwa semua ini mimpi.

***

Seorang pria duduk santai sambil menyesap rokoknya, ini adalah hari pernikahan kembarannya, tapi daripada berada di atas sana menghadiri acara tersebut, dia lebih memilih menyingkir kemudian menikmati waktunya sendirian. Sepasang mata elang itu menatap hamparan air kolam renang yang tampak tenang, menurutnya seseorang yang memutuskan untuk menikah saja sudah aneh, jadi dia tidak akan mengikuti acara semacam itu, terlalu membuang waktu.

Sampai akhirnya ketenangannya terusik setelah beberapa sepupunya datang menghampiri.

"Lo harus ke atas sekarang."

Pria itu mengerutkan dahinya, sepenting itu keberadaannya.

"Ngapain? Gue sini aja, nanti kalau misalnya udah salam-salaman, baru gue ke atas kasih selamet." Sesosok bernama Ezra itu masih menolak, menurutnya keberadaannya tidak begitu penting, cukuplah kembarannya dan kedua orang tua mereka berada di sana.

"Nggak, lo harus ke atas sekarang." Bian, salah satu sepupu Ezra sangat ngotot bahkan mulai menarik lengan Ezra, membuat kemeja batik yang dikenakannya menjadi sedikit kusut.

Ezra bingung, tapi pria itu tetap membuang puntung rokoknya ke asbak kemudian berusaha mengikuti langkah para sepupunya yang hari ini menjadi groomsmen, Ezra yang merupakan anggota keluarga hanya memakai batik biasa berbeda dengan mereka para groomsmen yang memakai kemeja putih dan celana abu-abu, beserta tali yang seperti rompi di badan mereka.

Mereka naik lift, kemudian Ezra dibawa ke sebuah kamar, pria itu paksa berganti pakaian yang semula hanya batik, kini menjadi baju yang seperti baju penganting.

"Wait, wait, wait, kayaknya kalian salah orang, gue bukan Elio, gue Ezra." Ezra menatap semua orang, ini aneh, baju putih yang lengkap dengan kain penutup paha serta peci ini adalah pakaian pengantin, sementara dia hanya anggota keluarga dari mempelai pria.

"Nggak, lo bakal nikah sekarang."

Ezra membelalakkan matanya, dengan siapa? Jangankan calon istri, pacar saja dia tidak punya, jangan pacar juga, gebetan saja tidak ada, bahkan di muka bumi ini seperti tidak ada perempuan yang menyukainya. Selain pengangguran, dia juga tidak terlihat tampan seperti Elio.

"Jangan gila!" Ezra berusaha memberontak, pernikahan bukan sebuah omong kosong dan memang dia tak pernah mempersiapkan diri untuk itu.

Ezra masih memberontak, tapi para groomsmen mengangkat tubuhnya, membawanya ke lokasi akad. Semakin tercengang lagi Ezra saat didudukkan di sebelahnya adalah Haira, calon istri Elio, kemudian selembar kertas diberikan padanya dan benar nama yang tertera di kertas tersebut untuk dia sebut dalam ijab qobulnya adalah nama Haira, ini gila!

***

Aku nggak tahan banget buat posting cerita ini. Karena emang aku lagi harus banyak-banyak ngumpulin cerita buat nambah viewers.

Please, jangan lupa dukung ya!

Dua cerita di akun ini yang masih on going akan tetap tamat! Cerita ini juga. Aku nggak sembarangan posting karena aku emang udah punya banyak tabungan bab, jadi tenang aja ya....

Nikmatin aja karya-karya aku, urusan pusing sama isinya biar aku aja😅😅😅

Oh ya gimana nih? Masih penasaran nggak sama kelanjutan kisah Ezra dan Haira? Atau Haira dan Elio?

You are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang