"Saya terima nikah dan kawinnya Haira Indira Jovanka binti Budi Jovano, dengan mas kawin emas seberat lima gram dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi?"
"SAH!"
Ezra langsung menoleh melihat wanita di sebelahnya, sebenarnya apa ini? Haira malah tampak biasa saja, tidak mau menoleh ke arahnya, tapi tetap mengangkat tangan ikut berdoa. Ezra masih belum paham apa yang terjadi, kenapa dia akhirnya menikah dengan Haira, sementara Elio menikah dengan perempuan lain. Iya terjadi dua pernikahan di sana, Haira dan Ezra yang pernikahannya prepare karena memakai baju adat dan memang selayaknya pernikahan pada umumnya, serta pernikahan Elio yang hanya memakai kemeja putih dan si wanita hanya memakai gamis putih.
Mereka diminta tanda tangan buku nikah, entah bagaimana ceritanya di sana sudah terpampang nama Ezra, hanya belum ada fotonya.
Setelah itu keduanya berhadapan, masih dengan tatapan kosong dan mulut yang bungkan Haira mengambil tangan Ezra kemudian mencium punggung tangan kanan pria itu, mungkin dia belum sadar bahwa sosok yang disebelahnya bukan pacarnya selama ini.
Ezra juga memberikan tangannya dengan gesture kaku, karena jujur semua ini terlalu tiba-tiba, dia amat terkejut dengan apa yang terjadi.
"Silakan cium kening istrinya."
Ezra gelagapan, memang sekarang istrinya, tapi sebelumnya dia mengenal Haira sebagai pacar Elio dan itu benar-benar membuatnya bingung.
Haira hanya diam, karena dipaksa Ezra akhirnya mencium kening, beruntung kening wanita itu tertutup siger, jadi aman. Ezra mengembuskan napasnya tidak santai setelah melakukan itu. Setelahnya dia melirik ke arah Elio, Elio mengucap ijab qabul duluan, dia juga sudah menikah dengan perempuan lain, tapi sepertinya hari ini yang akan naik pelaminan adalah Ezra dengan Haira mengingat yang kelihatan seperti orang menikah ya mereka berdua. Kamera membidik mereka dari sana sini, mereka diminta berfoto sembari memegang buku nikah, Haira tersenyum simpul sementara Ezra yang bingung berusaha tersenyum juga.
Dia sudah lama mengenal Haira, mungkin sejak awal gadis itu menjalin hubungan dengan Elio, tapi tak menyangka kalau pada akhirnya dirinya yang mengucap uijab qabul dan menikah dengan pacar saudara kembarnya sendiri. Setelah selesai dengan foto-foto konsep akad. Mereka mengambil foto dengan pose berdiri, Ezra tentu sungkan, apalagi Elio memantau dari bangku tamu.
Tapi sepertinya Haira tidak, wanita itu mengambil tangan Ezra kemudian meletakkannya ke pinggang, mereka melakukan pose saling berdapan dengan kedua tangan Ezra berada di pinggang Haira, kemudian pose menempelkan hidung, bahkan yang paling mengejutkan adalah pose Haira mencium pipi Ezra. Ini seperti balas dendam yang dibayar kontan di hadapan Elio. Haira hanya mencium pipi Ezra, sementara pria itu sampai menghamili wanita lain.
"Ada apa sebenarnya ini?" tanya Ezra tepat di samping telinga Haira saat posenya memang begitu, Ezra memeluk tubuh Haira dari belakang.
Haira hanya menggelengkan kepalanya, dia juga tidak tahu pernjelasan seperti apa yang harus dia berikan, pada intinya pengantin harus diganti dan acara harus tetap berjalan karena bagaimanapun tamu sudah diundang dan sebagai tuan rumah mereka tidak boleh mengecewakan.
***
Begitu sampai di kamar pengantin, Ezra langsung melepaskan pecinya, menurutnya semua ini tidak masuk akal, tapi entah kenapa dia juga tidak bisa menolak, dia tetap menjabat tangan ayah Haira kemudian mengucap ijab qabul.
Ezra kemudian sadar bahwa dia masuk ke kamar itu bersama Haira, jadi ini adalah jeda menuju ke acara resepsi nanti malam.
"Ini apa maksudnya?" tanya Ezra.
Tapi Haira malah terlihat seperti seseorang yang tidak memiliki gairah hidup, wanita itu tampak lemah dan pandangannya selalu kosong. Dengan baju pengantin yang masih melekat di tubuhnya dia mendudukkan diri di kasur.
Ezra menatapnya, prihatin sih, tapi bagaimana dengan nasibnya? Dia juga menyedihkan dengan keadaan yang dipaksa menjadi suami orang lain saat dirinya bahkan belum mempersiapkan orang lain.
"Dia tega banget!"
Perlahan Haira menangis, benteng pertahanan yang dia bangun untuk mengelabui semua orang di luar sana akhirnya runtuh, punggungnya bergetar, persetan dengan make up nya yang akan luntur, dia hanya ingin menangis.
"Bisa-bisanya dia ngehamilin cewek lain."
Ezra menelan ludahnya dengan susah payah, pria yang semula berkacak pinggang tersebut mulai menurunkan tangannya. Dia menatap Haira, wanita itu menunduk kemudian sesenggukan. Tangisannya pilu dan sarat akan luka yang tak bisa dia jelaskan.
"Dia ngehamilin cewek lain, pas masih sama aku. Ya Tuhan, apa salah aku sih?" Haira mulai meracau, di kamar hanya ada mereka berdua dan Ezra benar-benar tidak tahu sikap seperti apa yang harus dia tampilkan.
Tangisan itu bukan tangisan biasa yang tanpa suara, tangisan itu mengeluarkan suara, Haira seperti sedang meluapkan segala luka yang ada di hatinya. Ezra masih berdiri di tempatnya. Dia mengenal baik saudara kembarnya, sangat tahu kalau Elio adalah anak baik, bahkan jauh lebih baik dari dirinya. Ezra bukan tidak pernah tidur dengan perempuan lain, tapi dia selalu berjaga-jaga, karena bagaimanapun ketika di hadapkan langsung dengan kenyataan bahwa mereka harus memiliki anak tanpa persiapan itu merupakan hal yang sulit, Ezra tidak mau begitu.
Elio melakukan kesalahan, sebagai saudara kembar dia bisa memahami itu, apalagi memang dia lebih bandal daripada abangnya Elio, tapi mungkin Haira tidak bisa memahami itu, bagaimanapun menurutnya ini adalah sebuah pengkhianatan.
Ezra akhirnya mendekat, jiwa prianya tetap tidak bisa diam melihat wanita menangis di hadapannya. Ezra mengambil air putih di atas nakas kemudian menyodorkannya ke Haira, Haira meminum air tersebut dengan tidak sabaran. Ezra juga menepuk-nepuk punggung istrinya itu, ah istrinya? Dia jadi takut dihajar Elio.
"Aku kira aku satu-satunya, ternyata cuma salah satunya."
Ezra masih setia menepuk punggung Haira berusaha menenangkan, mungkin Elio khilaf, dia juga tidak yakin kalau Elio melakukan perselingkuhan, pria itu cupu, hidupnya sangat lurus, selama dua tahun hanya Haira yang sering dibawa ke rumah. Ezra pengangguran, jadi dia selalu tahu jika Elio membawa Haira ke rumah mereka. Nah, mengingat soal pengangguran, bagaimana setelah ini dia menjalani rumah tangga dengan Haira?
"Percayalah, Elio sebenarnya laki-laki baik." Entah untuk urusan apa, tapi Ezra memutuskan mengatakan itu, mungkin agar Haira percaya bahwa Elio benar-benar khilaf.
"Justru karena dia cowok baik dan disakitin cowok baik itu rasanya sakit banget." Haira kembali mengungkapkan rasa sakitnya, benar juga apa yang gadis itu katakan. Ezra mengangguk, dia mendekat kemudian mendekap tubuh Haira, mungkin peluk lebih dibutuhkan wanita itu ketimbang hanya sekedar tepukan di punggung. Ezra adalah suaminya, seseorang yang paling berhak menenangkan Haira adalah dirinya, kalau dia bertanggung jawab menyelamatkan nama baik keluarga mereka juga keluarga Haira, dia juga bertanggung jawab untuk menangkan perasaan Haira.
Ezra menepuk punggung Haira sesekali, berusaha meyakinkan wanita itu bahwa dia ada di sana dan tidak akan ada kesakitan lagi jika bersamanya. Haira membalas pelukan itu, bahkan membiarkan make upnya luntur di dada Ezra.
***
Lanjut ke tak?
KAMU SEDANG MEMBACA
You are My Destiny
RomanceBagaimana jika di hari pernikahanmu datang seorang wanita yang mengaku hamil anak calon suamimu? Itulah yang dialami oleh Haira, tepat di hari yang seharusnya menjadi hari bahagianya datang seorang wanita yang mengaku mengandung anak calon suaminya...