Bento, oh Bento!

20 4 3
                                    

 "DOR!"

"ARGH!! Darna, kamu bikin mama jantungan aja.."

"Bwahaha, im so sorry mom, cant handle it when i see your serious face type pftt.." Ucap Darna yang masih tertawa dengan lepas sambil menutup mulutnya. Its addiction, she said. Mengejuti ibunya dari arah belakang adalah kebiasaan Darna yang semua orang pun tahu akan perilakunya tersebut. Ibunya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah anak bungsunya yang berumur 16 tahun itu.

Golden retriever. Atau biasa disingkat menjadi golver, merupakan julukan yang tertuju untuknya dari orang yang pernah ia temui dan kenali. Pastinya tak ada kemiripan yang percis dengan nama yang ia miliki. Darnala Friyanta Adinata Gandi. Nama yang panjang bukan? Tapi berakhir dengan sebutan si golver. Ia tak keberatan akan panggilan tersebut, mengingat bahwa tipe anjing yang ia sukai merupakan golden retriever jadi ia acuh tak acuh saja.

Dari beribu julukan yang tersedia, ada alasan mengapa orang-orang yang mengenal Darna setuju untuk menjuluki ia si golver.

Periang, bebas, pintar, dan ceroboh .

Oh Tuhan, kejadian 2 tahun yang lalu. Perayaan Halloween yang diadakan di sekolahnya bertepatan pada hari kamis, tanggal 31 oktober merupakan hari bencana bagi Darna. Bagaimana tidak, cat pewarna yang ia gunakan di wajahnya sengaja ia bikin tebal sehingga warna yang dihasilkan pun mencolok. But Lord have mercy, warnanya tak bisa hilang! Tentu apabila hanya dua atau tiga garis saja mungkin tidak masalah baginya, tapi ini sebuah terong besar! Hampir seluruh wajahnya tertutupi akan gambaran konyol yang ia buat itu. Ia hanya bisa tertawa dengan kedua sahabatnya sambil meratapi tampilan baru wajahnya tersebut.

"Ma, liat Bento nggak?" tanya Darna tentang keberadaan kucing hitam miliknya, sambil mengikuti ibunya yang bolak-balik mengambil bahan adonan roti di dapur belakang.

"Bento? Mama nggak liat sih, mungkin lagi diluar nyari si pujangga hatinya." Jawab ibunya tanpa melirik ke wajah darna yang mulai daritadi menatapnya dengan serius . Sontak kata pujangga pun mengingatkan dirinya akan sebuah lagu dangdut lama yang populer, lantas ia pun berjoget disamping ibunya dan bernyanyi. Atau lebih tepatnya seperti orang sedang unjuk rasa demo klasik pemerintah.

Ricuh, berteriak, dan brutal.

"Hidup tanpa cinta! Bagai taman tak berbungaa, hai begitu wahai para puja-"

"Gimana kalo adek ngurus di depan toko, ngelayanin orang yang mau beli roti nanti? Gimana?" tanya ibu sambil melemparkan senyuman paksa kepada anaknya.

"Aye-aye captain!" tanpa berpikir panjang, Darna pun dengan tegas menjawab pertanyaan ibunya seperti seorang prajurit yang diberi perintah oleh komandonnya.

"yaudah sana kedepan, hush hush." Usir ibu sambil melanjutkan pekerjaannya.

Dengan langkah panjang, ia bergegas mengambil apron miliknya berwarna coklat tua di belakang pintu penaruhan barang. Pin roket Ellie, The Last Of Us dan juga pin namanya tertempel jelas di apron bagian dada atas kirinya. Berjalan menuju cermin, darna merapikan kaos The Beatles hitam miliknya agar tidak kumal dan menyemprot parfum khas vanila manis ke seluruh badannya.

Alright, lets do it Arna! Demi tiket konser Cigarettes After Sex!

Keluar dari ruangan, Darna dengan bergegas segera ke tempat dimana ia menaruh laptopnya dan menyetel lagu favoritnya, All We Know dari The Chainsmokers. Alunan lagu pun lambat daun menyelimuti toko roti Darna dengan hangat. Terhanyut dengan nada yang lembut, ia pun menggumam sambil membalikkan papan Close menjadi Open.

Jarum jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Kondisi jalanan pun semakin ramai. Orang berdasi rapi, petugas kebersihan dengan tongkat ajaib yang mereka genggam ditangannya, sepasang kekasih yang terlihat sedang berolahraga sambil tertawa, dan anak kecil yang antusias pergi ke sekolahnya.

Masih tk, kalo udah sma pasti bolos terus sih lo dek...

Dari sikapnya yang periang, tentu saja ada waktu dimana ia akan diam mendadak dan mengamati sekitarnya terlalu khusyuk. Kerutan di wajah seseorang, cara bicara dan bagaimana seluruh muka berubah saat menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan emosi berlebih selalu ia sukai. Alasannya pun sepele,

dari kerutan yang ditampilkan ada sebuah cerita yang telah dilalui oleh orang tersebut.

Bunyi lonceng di atas pintu membuyarkan lamunan darna. Ia pun segera menoleh ke arah suara dan mendapati bahwa Pak Agam, datang sambil membawa jus mangga favoritnya.

"pak agam! Apa kabar?" tanya Darna sambil tersenyum.

"Ver! Bapak baik-baik saja, syukur puji Tuhan bgt masih diberi kesehatan oleh Tuhan. Oh iya, nih dari Aneta, buat kamu katanya jus mangga segar." Balas Pak Agam sambil menyodorkan satu kantong plastik yang berisi dua cup gelas jus mangga.

"Wah, makasih banyak! Titip salam yah pak, buat kak Aneta. Nanti kapan-kapan aku bakalan nemenin Adara main bareng lagi entar hehe. Biar bapak bisa, ehem berdua dengan kak Aneta.."

"kamu ini Ver, bisa aja ngomongnya."

"tapi benerkan?" goda Darna sambil mengangkat kedua alis tebalnya. Tahu bahwa Pak Agam diam-diam sedang PDKT dengan kak Aneta.

Pak Agam pun berdehem pelan "bener sih.."

"gotcha! I can tell that by your face sir haha, anyway mau roti apa nih pak?"

"well, like usual Ver, sama teh hangat satu yah."

"okey captain! "

---

Waktu pun berlalu begitu cepat, jarum jam telah menunjukkan jam 2 kurang dari 10 menit. Shift kerjanya pun diganti oleh mbak Karna, seorang anak kuliahan berjurusan ilmu komunikasi semester 2. Darna pun segera melepaskan apronnya dan menaruhnya sembarang arah, toh hanya sebentar saja istirahat yang ia perlukan.

Awalnya ia hendak mencari keberadaan Si Bento, sekiranya melepaskan rasa stressnya dengan bermain lewat kucing hitamnya. Namun tertunda saat sahabatnya, Adira memanggilnya.

"Dar!"

"Eh, Ra! Whats up?"

Adira merogoh kantong celana kanannya, berusaha mengambil sesuatu yang terselip di celana jeans biru gelapnya itu. "Nih buat lo. Gue bosen, ayok uji mata lo lagi."

Darna menatap adira tak percaya. "Bro, again? Gila kemaren gue udah cape bgt Ra, mata gue yang ada juling lama-lama."

"Ayok  lah, latihan lagi ini, biar terbiasa lo nya." Ucap rambut pendek bergelombang sambil menyerahkan 2 bungkus permen coklat m&m.

Darna pun menghela napas, mengambil bungkusan permen di tangan Adira. "Alright, lets do it."

Protanopia, atau biasa orang mengenali penyakit ini sebagai buta warna parsial. Pengidap sulit membedakan warna merah, hijau, ungu maupun biru. Seringkali saat darna sedang mewarnai hasil gambarannya selalu tertukar dengan sifat asli wujudnya. Itulah mengapa terkadang ia iri dengan orang yang bisa melihat secara normal. Apalagi saat ada orang bilang bahwa waktu senja merupakan waktu yang terbaik untuk melihat karya Tuhan. Rasanya darna ingin sekali seumur hidup melihat karya tersebut, walaupun hanya lima menit. Tapi apa boleh buat, takdir berkata lain. Darna hanya bisa berandai-andai suatu saat ia bisa melihat kata sunset yang sesungguhnya.

"Keknya gue entar bakalan bikin lemari full coklat deh Dar, dikamar gue entar.." Celetuk Adira sambil memakan coklat batangan miliknya.

"emang sih, lo addicted with chocolate too much bgt sih Ra pfft.. kalo lo nggak bikin persediaan coklat di kamar lo nih yek, fiks tanda-tanda kiamat sih." Balas Darna santai sambil berusaha menahan tawanya.

"yee.. bisa aja lo nyet." Jawab Adira sambil kembali memakan coklatnya. Darna hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah temannya itu.

Darna pun mulai membuka kemasan permen m&m dan menaruhnya asal di atas meja kayu. Ia pun segera memilih warna yang mana yang sama menjadi beberapa kelompok. Tak ada waktu yang membatasi, ia dan Adira menghabiskan waktu mereka mengobrol santai di selingi dengan permainan khusus untuk Darna.

---


GILA GUE KETAGIHAN NONTON STRANGER THINGS WKWK

Anyway, see ya di chapter selanjutnya ;)

Hati-Hati di JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang