Jeffrey menarik Miranda menuju ruangannya. Lalu menghempaskan tangannya begitu saja. Seolah tanpa ada rasa takut diadukan Louis, ayahnya."Kamu apa-apaan!? Mau membuatku malu, hah!?"
Miranda tertawa sumbang, lalu menatap nyalang Jeffrey yang tampak marah padanya.
"Aku? Membuatmu malu? Bukannya sebaliknya? Kalian yang telah mempermalukan diri sendiri! Kau sudah beristri Jeffrey! Bisa-bisanya kamu mendekati wanita lain! Dan apa-apaan tadi? Kalian sudah ketahuan dan kau masih sempat menjemputnya pagi tadi? Benar-benar tidak tahu diri!"
Jeffrey tampak frustasi sekarang. Lalu mengambil ponsel dari saku celana. Meminta Louis datang segera.
Tidak lama kemudian Louis datang, dia tampak murka dan langsung menampar Miranda di tempat. Tanpa berbicara apa-apa dan tidak ditahan suami anaknya.
"PAPA!!!"
"Kenapa? Sudah cukup kamu membuat Papa malu di masa lalu, tidak akan Papa biarkan kamu kembali melakukan itu!"
Kedua mata Miranda sudah berkaca-kaca sekarang. Sedih karena Louis masih belum memaafkan dirinya.
"Pa, aku sudah minta maaf. Aku juga sudah terima-terima saja ketika Papa mengasingkanku di Jerman. Apa itu masih kurang?"
"Mengasingkan katamu? Jerman bukan tempat yang buruk dan di sana kamu masih bisa bebas ke manapun! Itu bukan hukuman dan seharusnya kamu bersyukur!"
Karena sejak tadi khawatir dengan Joanna, Jeffrey akhirnya keluar ruangan. Membiarkan ayah dan anak yang sedang adu pandapat. Sebab sudah sejak lama mereka bermusuhan dan tidak kunjung membaik hingga sekarang.
Di tempat lain, Joanna sedang duduk di kubikelnya sembari menahan tangis. Iya, dia tidak langsung pergi setelah insiden tadi. Namun langsung berdiam diri di depan komputer sembari mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari ini.
Tidak peduli jika karyawan lain mulai menggunjing tentang dirinya lagi. Sebab jika dia langsung pergi, itu tandanya dia yang kalah saat ini. Serta, mengakui kesalahan yang bahkan tidak pernah dia lakukan sama sekali.
Jeffrey: ayo bertemu! Ada yang ingin kujelaskan padamu.
Setelah membaca pesan dari Jeffrey, Joanna langsung pergi ke kamar mandi. Karena sudah pasti Jeffrey akan datang mencarinya setelah ini. Mengingat pria itu memang cukup nekat dan hampir tidak memiliki urat malu sama sekali.
Iya. Ini karena dia anak emas Louis sehingga dia bisa bertindak sesuaka hati di kantor ini. Tidak heran jika dia berani mendekati Joanna secara terang-terangan meskipun sebenarnya sudah beristri.
"Di mana Joanna?"
See? Kalian bisa menilai sendiri bagaiamana kepribadian Jeffrey. Membuat orang-orang di ruangan ini hanya bisa mematung dan menggeleng saat ini. Shock juga dengan Jeffrey yang sudah memilki istri cantik, namun masih mengejar Joanna yang biasa saja menurut orang-orang di sini.
"Di kamar mandi, Pak. Baru saja masuk."
Jawab Delima, salah satu rekan kerja Joanna yang baru saja datang. Sebab dia baru saja muntah-muntah karena hamil muda. Maklum saja, ini karena dia baru saja menikah.
Setelah mengucap terima kasih, Jeffrey langsung pergi ke kamar mandi. Menunggu di luar karena tidak mungkin dia menerobos masuk saat ini.
Joanna sedang duduk di atas kloset kamar mandi dan membenturkan kepala di tembok berkali-kali. Sebab merasa bodoh karena telah berhasil ditipu oleh pria beristri.
Sebenarnya ini salahnya sendiri. Karena tidak mendengarkan ucapan Gita yang telah memberinya peringatan ketika awal-awal didekati Jeffrey. Membuatnya buta dan bahkan tidak bertanya akan tuduhan gita yang selama ini telah mengatakan jika Jeffrey sudah memilki istri. Sebab selama ini Jeffrey tidak pernah memakai cincin dan selalu ada di dekatnya tanpa ada yang menginterupsi.
Sudah setengah jam Jeffrey menunggu, namun Joanna tidak kunjung memberikan tanda-tanda keluar saat itu. Membuat Jeffrey nekat menerobos masuk setelah bertanya pada karyawan terakhir yang baru saja keluar dari kamar mandi itu.
"Joanna, tolong keluar sebentar. Aku bisa jelaskan. Aku memang sudah menikah, tapi aku tidak pernah mencintainya dan---"
Brak...
Joanna membuka bilik kamar mandi dengan kasar. Lalu berkacak pinggang di depan Jeffrey yang tampak takut menatapnya. Atau lebih tepatnya khawatir jika akan dijauhi olehnya.
"Aku tidak peduli dan mulai sekarang jangan pernah temui aku lagi!"
Seru Joanna sebelum pergi. Karena dia benar-benar kecewa saat ini. Kedua matanya juga sudah memerah karena menahan tangis. Sebab malu jika ketahuan menangis di kantor saat ini. Sebab logikanya masih main dan dia tidak ingin semakin dikasihani nanti.
Dengan raut sedih, Jeffrey langsung berjalan pelan menuju ruangannya kembali dan masih mendapati Louis yang tidak kunjung pergi. Padahal, Miranda sudah tidak ada saat ini.
"Bagaimana?"
"Ya, marah. Siapa juga yang tidak marah jika dilabrak suami orang?"
"Lalu kamu mau bagaimana?"
"Aku mau bercerai saja."
Ucap Jeffrey dengan hati-hati. Lalu menatap Louis yang langsung menghembuskan nafas berat saat ini. Karena bagaimnapun juga dia tidak boleh egois dan terus menahan Jeffrey yang tidak bahagia menikah dengan anaknya sendiri.
"Ya. Silahkan. Ini hidupmu. Aku tidak lagi berhak ikut campur. Kalau butuh bantuanku, bisa hubungi aku."
Jeffrey mengangguk singkat. Karena Louis memang sudah dianggap sebagai ayahnya. Karena ayahnya sudah meninggal sejak dia lulus kuliah. Sehingga kini, hanya tinggal ibunya saja yang masih ada dan tengah tinggal di Surabaya.
11. 30 AM
Jam istirahat akan datang, namun tiba-tiba saja ada orang datang dan mengatakan jika Joanna dipanggil si direktur utama untuk datang ke ruangannya. Membuat Joanna takut bukan kepalang. Sebab dia telah melukai anaknya. Karena desas-desus jika Miranda adalah anak Louis sudah terdengar sampai ke telinganya.
"Pasti dipecat, nih! Ew! Pelakor menjijikkan!"
Brak...
Joanna melempar wadah alat tulisnya pada salah satu karyawan yang baru saja mengejeknya. Sebab Joanna memang tidak sependiam itu orangnya. Sehingga tidak heran jika dia berani melawan dan bertindak demikian.
"TUTUP MULUTMU ATAU KUROBEK WAJAHMU?"
Pekik Joanna sebelum pergi. Sedangkan keadaan ruangan mulai hening. Gita selaku kepala divisi juga tidak berani mengomentari. Sebab dia tahu jika ini salah karyawan tadi.
Ceklek...
Joanna sudah berdiri di depan Louis, dia tampak menatapnya dari atas hingga kaki. Seolah menelisik penampilan wanita yang sedang digilai Jeffrey. Hingga tega mau menceraikan anaknya yang sudah memiliki anak kembar saat ini.
"Anda memanggil saya, Pak?"
"Iya. Kamu tahu apa alasanku memanggilmu kemari?"
Joanna menelan ludah pelan sebelum bersuara. Agak takut karena bagaimanapun juga dia hanya karyawan biasa dan bisa-bisanya berani menyaingi Mirinda yang jelas-jelas cucu pendiri perusahaan.
"Karena rumor yang beredar hari ini, jika saya menjadi selingkuhan Pak Jeffrey. Padahal, itu hanya fitnah saja dan tidak pernah terjadi. Karena saya tidak tahu jika Pak Jeffrey sudah menikah selama ini. Dan kami juga belum sampai tahap berpacaran saat ini. Sehingga saya tidak mungkin melanjutkan hubungan ini lagi. Tenang, Pak. Saya tahu posisi. Saya tidak mungkin berani menyaingi cucu dari pemilik perusahaan ini."
Louis tertawa pelan, lalu bangun dari duduknya. Kemdian mendekati Joanna yang saat ini tengah berdiri tegang di depannya. Menyentuh pundaknya pelan dan membisikkan sesuatu padanya. Membuat Joanna marah dan langsung menjauhkan diri segera.
Kalian bisa tebak apa yang diucapin Louis ke Joanna?
Tbc...