Gimana puasanya hari ini? Lancar?Jeffrey baru saja keluar dari ruangan dan langsung mencari keberadaan Joanna. Sebab dia memang sudah berdamai dengan Miranda semalam. Mereka juga sepakat untuk mengakhiri pernikahan secara baik-baik meksipun sebenarnya Miranda mulai memiliki rasa padanya.
"Di mana?"
Tanya Jeffrey sembari menujuk kursi yang sebelumnya diduduki Joanna. Membuat si baby sitter menunjuk arah tempat Joanna pergi sebelumnya.
Tanpa pikir panjang, Jeffrey langsung mencari keberadaan Joanna. Meninggalkan Miranda yang kini sudah mengambil alih Jeno dari gendongan baby sitternya.
"Itu punya siapa?"
Tanya Miranda pada Fina. Karena dia tidak merasa memiliki sapu tangan yang serupa. Apalagi baby sitternya, karena biasanya dia akan memakai tisu untuk mengusap liur si kembar.
"Punya teman Pak Jeffrey, Bu."
"Ya sudah. Tolong simpan. Kalau sudah dicuci, tolong berikan pada saya"
Fina mengangguk singkat. Karena dia benar-benar bersyukur sebab telah memiliki sepasang majikan yang sangat baik menurutnya. Jeffrey dan Miranda, mereka tampak seperti orang tua yang sudah benar-benar dewasa karena bisa berpikir jernih ketika menghadapi masalah.
Buktinya, keduanya tidak memarahi Fina yang telah lalai menjaga Juno di hari pertama bekerja. Mereka hanya meminta keterangan dan mengatakan harus lebih hati-hati lain kali. Tidak ada amarah sama sekali. Membuat Fina bersyukur sekali dan berharap pernikahan majikannya bisa langgeng hingga maut memisahkan nanti.
"Kenapa pergi sendiri? Kita makan dulu, ya? Kamu mau makan apa?"
Jeffrey menyentuh tangan kanan Joanna yang baru saja akan menyebrang jalan. Karena dia berniat makan siang sendirian. Di bakery yang ada di depan rumah sakit karena memiliki aroma harum yang menggoda.
"Anakmu sedang sakit. Mereka butuh kamu, Jeffrey. Bisa-bisanya kamu ingin meninggalkan mereka hanya karena wanita lain! Perbaiki otak dan hati nuranimu! Tidak ada seorang ayah yang tega meninggalkan anaknya dalam keadaan seperti itu!"
Seru Joanna sembari menarik tangannya. Karena dia benar-benar geram dengan Jeffrey yang tidak kunjung sadar akan kelakuannya.
"Ada. Ayah kandung mereka. Dia meninggalakan Jeno dan Juno karena mereka berbeda. Karena mereka istimewa. Aku bukan ayah kandung mereka. Joanna, aku akan mejelaskan semuanya asal kamu beri kesempatan. Karena aku tidak segila itu sampai tega meninggalakan mereka tanpa alasan."
Joanna menatap Jeffrey penuh selidik. Karena dia tidak ingin terlalu percaya pada Jeffrey lagi. Cukup selama enam bulan ini dia merasa tertipu dan dibodohi.
2. 40 PM
Jeffrey baru saja memasuki mobil sembari membawa dua bungkus roti yang asapnya masih mengepul saat ini. Ditambah dua es amerikano dingin kesukaan mereka selama ini.
Setelah mengucap terima kasih dalam hati, Joanna langsung memakan roti tadi. Serta meminum es tadi dengan perasaan senang sekali. Sebab dia benar-benar lapar kali ini. Apalagi dia harus menunggu sekitar setengah jam karena Jeffrey harus mengantre.
"Kamu mau mendengar penjelasanku sekarang?"
"Twerseerah!"
Seru Joanna dengan mulut yang sudah penuh dengan makanan. Membuat Jeffrey sedikit tersenyum karena gemas. Sebab dia benar-benar menyukai Joanna dan ingin memiliki wanita itu seutuhnya.
"Papaku meninggal karena serangan jantung. Saat itu keluargaku juga terlilit hutang yang digunakan untuk membayar pengobatan Papaku. Hingga aku terancam tidak bisa kuliah karena tidak ada biaya saat itu. Beruntung ada Pak Louis yang membantuku. Membantu keluargaku untuk melunasi hutang-hutang itu. Serta, menyekolahkanku hingga lulus strata satu. Tujuh tahun lalu, Miranda hamil anak Pak Lean. Adik kandung Pak Louis. Awalnya, Pak Lean berniat menikahi Miranda di Jerman. Karena keluarganya memang berada di sana. Sedangkan ibu kandung Miranda sudah meninggal saat dia sekolah dasar. Sehingga hanya Pak Louis yang memarahi mereka. Namun beliau hanya pasrah karena pada saat itu Pak Lean benar-benar mau bertanggungjawab. Tetapi, tiba-tiba saja dia berubah pikiran setelah kandungan Miranda yang telah jalan empat bulan memiliki gangguan. Karena bayi yang dikandung terindikasi mengalami down syndrome tiba-tiba. Sehingga Pak Lean mengurungkan niat untuk menikahi Miranda setelah melahirkan. Lalu kabur di Barcelona dan tidak pernah kembali hingga sekarang."