Tiga bulan kemudian.
Hari ini hari minggu. Seperti biasa Jeffrey akan datang ke rumah Louis untuk menemui si kembar. Karena mereka butuh sosok ayah yang harus menghibur mereka.
"Joanna tidak ikut lagi, Jeff?"
Tanya Miranda yang baru saja menuruni tangga. Dia tampak cantik dengan balutan dress coral selutut dan hiasan pearl di pinggang. Membuat tampilannya tampak menawan untuk ukuran ibu muda yang ingin bersantai di rumah saja.
"Tidak. Dia tidak enak badan."
"Lalu kenapa kau tinggal? Sudah kau bawa ke rumah sakit?"
"Belum. Setelah dari sini. Aku pulang dua jam lagi, ya?"
Miranda mengangguk singkat. Lalu ikut bergabung bersama Jeffrey dan si kembar. Karena saat ini Jeno dan Juno sedang bermain leggo di pangkuan ayahnya. Ayah sambungnya.
Di rumah, Joanna sendang muntah-muntah. Dia mengira jika ini hanya masuk angin saja. Namun, pikirannya berubah setelah Sumi datang dan membawa alat test pack kehamilan padanya.
"Maaf, Non. Saya disuruh Nyonya Jessica."
Joanna mengangguk singkat. Lalu mengucap terima kasih pada asisten rumah tangganya. Kemudian memakai test pack segera.
Baru saja Joanna keluar dari kamar karena berniat makan siang, tiba-tiba saja Jeffrey datang. Sembari membawa dokter keluarga. Dokter pribadi Louis yang Miranda panggil untuknya.
4. 20 PM
Jeffrey tampak senang sekarang. Apalagi kalau bukan karena kabar bahagia yang didapat sebelumnya. Jika istrinya sedang mengandung sekarang. Membuat Jessica nekat datang hari itu juga.
"Jemput Mama di bandara, gih! Satu jam lagi sampai!"
Seruan Joanna membuat Jeffrey kesal. Sebab dia berniat menemani istrinya di rumah. Karena dia sudah meminta orang untuk menjemput ibunya di bandara.
"Aku ingin menemanimu. Mama sudah ada yang jemput."
"Aku tiba-tiba saja ingin minum jus alpukat dekat lampu merah. Sekalian belikan."
"Ya sudah, kamu siap-siap! Kamu ikut juga!"
Joanna mendengus sebal. Sebab dia memang agak mageran. Malas gerak apalagi keluar rumah.
"Tidak jadi. Aku malas keluar!"
Jeffrey akhirnya mengalah. Lalu mengambil dompet dan kunci mobil di kamar. Kemudian mengecup pipi kanan istrinya. Sebelum akhirnya menuju ke bandara.
Ketika menunggu Jeffrey, Joanna terus saja berpikir tentang hidupnya setelah ini. Mengingat Jeffrey memang selalu datang ke rumah Louis ketika hari minggu tiba. Sejak pagi setelah sarapan hingga setelah makan malam. Hampir seharian. Membuatn Joanna agak cemburu tentu saja.
Namun tidak pernah diungkapkan. Mengingat usianya sudah tidak lagi muda. Dan hal-hal seperti ini seharusnya tidak perlu dijadikan masalah untuknya.
7. 30 PM
Joanna terbangun ketika Jeffrey menyentuh rambutnya. Sebab saat ini dia sedang tidur di atas sofa dan di depan televisi yang masih menyala. Dengan keadaan perut kosong karena belum makan malam.
"Di mana Mama?"
"Ada di depan. Dengan Jeno dan Juno. Mereka tiba-tiba saja minta bertemu. Jadi kujemput saja. Ini jusnya, aku ke depan sebentar."
