Extra 02 🐾 I am You 🐾

1.1K 93 3
                                    

Aku adalah kamu, begitupun sebaliknya meskipun itu di sisi baik atau buruknya

***

"Itu benar."

Renjun tersentak karena suara itu. Ia segera menyapu pandangan ke segala arah mencari sumber suara tersebut. Namun hasilnya nihil. Di tempatnya berdiri hanyalah lahan kosong berwarna putih.

Seketika kepalanya tertunduk dan mulai merenung. Tadi, Renjun menebak bahwa saat ini dia berada di alam bawah sadar. Dalam kata lain tubuhnya terbaring lemah sedangkan pikirannya berkelana jauh menyusuri setiap tempat tersembunyi yang dibuat olehnya tanpa disadari.

"Jadi, benar sekarang aku antara kehidupan dan kematian dengan batas setipis kertas?"

"Iya."

"Menurutmu apa aku harus diam saja di sini dan mendengarkanmu berceloteh?"

"Kenapa harus?" Nada suara itu terdengar heran. Renjun tidak bisa menebak dia laki-laki atau perempuan atau bahkan anak kecil.

"Tentu saja. Sekarang aku sedang bingung mengapa bisa berada ditempat kosong seperti ini. Aku perlu sesuatu atau seseorang sebagai teman ngobrol. Kebetulan ada suaramu terdengar, bisa saja kan kau menemaniku bertukar informasi atau ngobrol acak," jelas Renjun sambil mengangkat bahunya santai.

Sosok itu terdiam.

Mungkin dia merasa syok ketika mendengar perkataan Renjun yang sangat diluar dugaan. Baru kali ini ada orang yang berada di ambang antara hidup dan mati begitu tenang seolah semua ini bukan suatu hal yang perlu ditakuti.

Luar biasa!

"Aku bukan pengangguran sehingga harus menjadi pendengar setia celotahan anehmu itu." Sosok itu membalas dingin.

Renjun merotasikan mata dengan malas. Bukan itu maksudnya. Dia hanya minta ditemani agar sosok itu menjawab semua pertanyaan atas kebingungan dirinya karena berada di tempat ini. Meskipun dia tahu kalau sedang dalam keadaan koma, akan tetapi kondisi memasuki alam bawah sadar sedalam ini merupakan fenomena menakjubkan sekaligus aneh.

Kecualikan tentang kekagumannya dengan hamparan luas nan hijau saat pertama kali bangun. Ingatannya selalu tertuju pada dua lokasi menyeramkan. Sisi tergelap dalam dirinya.

Lupakan sejenak soal itu. Renjun harus menuntaskan urusanya dengan sosok tak berwujud itu.

"Sudah selesai?"

Renjun tersentak. "Hah? Apa?"

"Sudah selesai bicara dalam hatinya?" Nada malas itu semakin membuat Renjun terkejut hingga tak mampu menutup mulutnya.

Makhluk antah berantah itu ternyata bisa mendengar suara hatinya?!

"Tidak juga."

"Berhenti mendengar isi hatiku. Itu privasi," kesal Renjun karena ketidak sopanan sosok itu. Bibir tipisnya cemberut. "Sudahlah! Bisakah kau tunjukan wujudmu? Aku merasa aneh karena harus bicara begini."

Perlahan dari area gelap muncul satu sosok dengan perlahan. Sebagian mukanya masih terbayangkan oleh kegelapan, namun tetap dapat membuat Renjun mematung kaku. Tatapan matanya begitu kosong seolah tidak percaya dengan pengelihatannya.

Sosok itu semakin memperlihatkan wujud aslinya.

Tidak ada senyuman dan ekspresinya begitu dingin.

Renjun mengangkat tangannya, menunjuk sosok di depannya itu dengan gemetaran. "K-kau..."

Sosok itu memiringkan kepalanya. Jika orang lain melakukan itu dengan mata berbinar polos akan terlihat lucu. Namun dia tidak percaya meski rupa itu manis, ketika meneleng ke kanan tanpa ekspresi sangat menakutkan cenderung creepy.

Hingga kemudian kedua sudut bibir itu terangkat membentuk lengkukan tipis. Sangat tipis sampai Renjun ragu kalau itu sebuah senyuman.

"Ya, aku adalah kau."

"Omong kosong macam apa ini?! Jangan membual!"

Sosok itu menggeleng pelan. "Kau tadi bilang ingin melihat wujudku, jadi inilah aku."

"Bohong!"

"Terserahmu, tapi percayalah kalau aku adalah kau dan kau adalah aku."

Dengan bibir bergetar, Renjun menatap kembali sosok yang memiliki rupa sama dengannya. Mungkin perbedaan diantara keduanya adalah ekspresi wajah.

Renjun selalu menampilkan ekspresi di segala emosi. Entah itu menangis, tersenyum, sedih atau dalam gelak tawa. Semuanya terlihat dengan jelas pada raut mukanya. Namun sosok itu hanya dingin dan tidak berekspresi seolah tak punya emosi apapun.

"Bagaimana bisa aku bertemu denganmu?"

"Seharusnya tidak mengingat ini adalah wilayah yang dikuasai olehku. Kau hanya bertugas di alam sadar, sedangkan aku mengatur bagaimana alam bawah sadarmu tetap stabil," jelas sosok itu ringan. Sebelah tangannya terangkat dan dijentikkan sekali.

Sring!

Satu buah sofa hitam dan besar muncul di area hampa tersebut membuat Renjun berkedip beberapa kali, terkesan.

"Aku akan memperlihatkan padamu sesuatu hal. Mungkin dengan ini dapat membantumu kembali ke alam sadar," ucapnya.

"Benarkah? Aku bisa kembali?" Sorot mata dengan manik obsidian itu berbinar penuh harap.

"Itu bisa terjadi kalau kau punya keinginan kuat untuk kembali. Namun sedari tadi sebanyak apapun orang-orang diluar sana memberi stimulus padamu agar sadar, rasanya seperti sia-sia saja."

Renjun terperangah. "Mengapa bisa begitu?"

Sosok itu menoleh padanya setelah dia mendaratkan diri di sebelah Renjun. Tatapan mata yang dingin serta penuh intimidasi.

"Aku tanya sekali lagi. Apakah kau ingin kembali atau tidak?"

🐾🐾🐾

Pernah ngalamin lucid dream nggak? Semacam kamu ada di dalam mimpi, tapi sadar kalau ada di sana dan bisa ngerasain sakit atau semacamnya.
Omong-omong, nggak enak lucid dream tuh t___t

I'm (not) Fine ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang