BAB 09 🐾 Need To Changes 🐾

3.5K 433 23
                                    

Part 09 | Need To Changes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 09 | Need To Changes

Ketika seseorang mulai merasakan jika ada perubahan pada sifatmu, saat itu pula kau berusaha untuk menutupinya kembali serapat mungkin hingga mereka tidak menyadarinya kembali.


🐾🐾🐾



Renjun duduk di lantai sambil bersandar pada tembok kamar mandi. Dengan kepala tertunduk lesu, dia menatap sebuah beberapa tablet dan satu botol obat. Seketika perasaan lelah hinggap di hatinya.

"Bohong kalau aku baik-baik saja karena menerima semua ini. Bohong kalau aku tidak merasa tertekan," bisiknya pilu.

Matanya yang memerah menatap botol itu dengan miris. Mengasihani dirinya sendiri yang begitu rapuh. Kemudian, Renjun menghela napas berat, lalu mendongakkan kepalanya.

Renjun memejamkan matanya dan bergumam pelan dengan kedua tangannya menepuk pipi beberapa kali "Kenapa harus seperti ini, ingin menyerah tetapi tidak bisa. Huang Renjun, kau harus seperti biasanya agar mereka tidak curiga padamu. Cukup Doyoung Hyung dan Manager Hyung yang tahu."

TOK! TOK! TOK!

"Renjun Hyung, kau masih lama?"

Suara Jisung menginterupsi kegiatannya, Renjun menyahut. "Iya."

"Ya sudah, jangan lama-lama. Kau harus tidur, Hyung. Ini sudah larut malam."

"Baik, kau lebih dulu saja."

"Oke."

Setelah itu, Renjun mendengar langkah kaki yang menjauh dari kamar mandi. Pemuda itu menghela napas pelan kemudian berdiri. Manik obsidian itu menatap pantulan di cermin, memperlihatkan sosok berwajah tanpa ekspresi. Kemudian perlahan tangannya terangkat untuk menyentuh rambut berwarna silver itu. Cukup bagus sebenarnya, hanya saja dia membayangkan kalau rambut itu hilang ketika kemoterapi nanti.

Tidak lama kemudian, kedua sudut bibirnya naik menjadi sebuah lengkungan kecil. Menatap lurus pantulan dirinya.

"Bersikaplah seperti biasanya, Huang Renjun. You can do it," bisiknya menyemangati.





🐾🐾🐾




Pagi hari menyambut kota Seoul di akhir pekan. Biasanya, orang-orang akan terbangun agak siang. Tapi, berbeda dengan Renjun. Anak itu sudah siap di dapur asrama Dream untuk memasak.

TRANG! SRENG! BUSH!

Keributan di dapur tersebut menimbulkan kerutan pada kening mulus Chenle yang kini masih terbaring di ranjang dengan mata terpejam. Perlahan, dia mendudukkan diri kemudian terdiam sejenak untuk mengumpulkan kesadaran. Hingga indra penciumannya menangkap suatu harum yang sangat enak.

"Siapa yang masak pagi buta seperti ini?" gumamnya.

Karena penasaran, Chenle beranjak keluar kamar dengan langkai agak gontai, ingin mengetahui siapa yang memasak di waktu pagi-pagi begini.

I'm (not) Fine ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang