- Millions 01 -

1.1K 134 17
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Suara gemuruh yang kemudian diikuti turunnya rintik air membasahi permukaan bumi membuat hawa dingin makin terasa sore hari itu. Terlebih sejak jam satu siang tadi, langit telah lebih dulu berangsur-angsur mulai diselimuti awan stratus kelabu. Tak heran, sebab pada bulan November ini sudah seharusnya memasuki musim penghujan meski kemarau belum selesai melanda Jakarta.

Sambil menatap ke arah langit dari pintu kamar kost yang terbuka, Aghnia tampak asyik sendiri menikmati aroma petrichor. Berbanding terbalik dengan sang sahabat, Rena, yang justru tengah begitu sibuk berkutat mengemasi barang-barang sebelum pulang lantaran ia telah menghabiskan minggu terakhir masa libur semesternya dengan menginap di kost Aghnia.

"Tutup aja pintunya, Ni, takut ada petir."

"Hm? Petir dari mana? Ini gerimis doang, kok."

"Gerimis juga bisa ada petir kali. Emang nggak denger suara geledek tadi?"

"Denger, tapi 'kan belum tentu ada petir."

"Masalahnya cipratan air hujannya bikin lantai jadi basah," keluh Rena dengan tanpa menoleh tatkala merasa intensitas hujan turun kian deras, namun yang diajak bicara sengaja mengabaikan hingga memantik sisi sarkastiknya. "Semoga aja hujannya awet sampai malem ditambah banyak petir."

Brak!

Pintu kamar kost seketika ditutup dengan agak brutal selepas kalimat doa tersebut dipanjatkan. Si pelaku sudah jelas Aghnia yang lantas segera melayangkan protes. "Dih, kok lo doanya gitu, sih? Kalo gue beneran nggak bisa tidur gimana? Parah lo, Ren, nggak boleh jahat tau sama anak yatim."

Rena sontak mendelik. "Biarin aja! Lagian nih, ini jadi pada basah gara-gara lo kelamaan tutup pintu!" Kemudian menunjuk cipratan air hujan yang mengenai lantai serta beberapa barangnya.

Mendapati kekesalan dari sahabatnya membuat Aghnia justru terkekeh. Paham betul jika setiap ia membantah ketika berdebat, Rena tentu saja semakin berapi-api, contohnya seperti sekarang.

Aghnia menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Rena lalu dalam diam mengamati sang sahabat seraya mulai melamun. Setelah hampir setahun mereka berdua tak berjumpa, kini Rena harus bergegas kembali sebelum semester baru perkuliahan dilaksanakan. Yang mana itu berarti lagi-lagi Aghnia akan menjalani harinya sebagai mahasiswa tingkat akhir seorang diri. Padahal sejujurnya, ia sangat membutuhkan sosok yang dapat membantu menjaga kewarasan.

"Ren, lo serius mau pulang hari ini? Emangnya kalo besok berangkat dari sini nggak bisa, kah?" tanya Aghnia. "Biar nggak perlu bolak-balik ke Sentul gitu, jadi sekalian langsung ke bandara."

Rena menggeleng.

"Kenapa? Gara-gara sepupu lo besok nikahan? Izin ajalah, bilang nggak bisa dateng."

"Apa, sih? Tumben banget lo gini. Pasti nggak mau gue tinggal, ya?" Lantas gadis itu tergelak kala godaannya berbalas decakan jengkel.

MILLIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang