- Millions 03 -

406 51 15
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Orang-orang lagi pada ngomongin apaan, sih? Kok heboh banget kayaknya."

"Lo nggak tau?"

Aghnia sontak menoleh dengan ekspresi wajah kelewat jengkel. Menatap seorang gadis cantik yang duduk di depannya seraya berdecak malas. "Ce, kalo gue tau, gue nggak bakal nanya."

"Eh, iya juga." Cecilia bergumam mengiyakan. Lalu mencondongkan dirinya mendekat ke arah Aghnia. "Tapi, Ni, masa hot news udah dari dua hari yang lalu lo masih belum tau? Ngapain aja lo kemarin-kemarin?"

"'Kan gue sibuk ngerjain TA. Mana ada waktu buat ngurusin hal nggak penting kayak begitu," kesal Aghnia. Sontak saja Cecilia pun meringis tak enak hati.

"Duh, sorry. Gue lupa kalo lo tuh pejuang lulus tepat waktu."

"Udahlah. Lo belum jawab pertanyaan gue, Ce. Itu orang-orang pada ngomongin apa?"

Untuk sejenak Cecilia mengedarkan pandangan ke penjuru kantin sebelum berbisik. Agar hanya Aghnia yang mendengar suaranya. "Mereka itu lagi ngomongin si Hesa. Katanya, dia abis kalah saing buat dapetin adek tingkat," jelasnya.

Membuat Aghnia tampak mengerutkan kening bingung. "Adek tingkat yang mana? Yang anak kedokteran itu? Siapa namanya, deh?"

"Si Yolanda?" Cecilia menebak. "Bukan, bukan dia. Ini cewek baru lagi. Anak komunikasi kalo nggak salah."

"Serius lo? Bisa-bisanya dia udah ganti deketin cewek lain lagi sekarang."

"Elah, lo kayak yang nggak tau Hesa orangnya gimana aja, Ni. Dari jaman maba juga dia udah dapet predikat 'playboy kelas kakap', 'kan?"

Julukan tersebut seketika mengundang Aghnia mendengus geli. Sebenarnya, dirinya tahu betul seberapa brengseknya seorang Erlangga Cakra Mahesa. Sebab berada di kelas yang sama sejak semester pertama, tentu membuat Aghnia secara tidak langsung mengenal bagaimana perangai si pemuda. Terutama mengenai sepak terjang Hesa dalam menjalin hubungan dengan banyak gadis selama ini, entah itu mahasiswi kampus mereka ataupun gadis-gadis lain di luar sana.

Hanya saja, terkadang Aghnia masih merasa tak habis pikir. Apa menyakiti hati para perempuan memang termasuk ke dalam kamus hidup Hesa? Mengapa laki-laki itu bisa sangat mudah datang dan memberikan harapan, lalu pergi begitu saja setelahnya?

Aghnia bahkan sampai bosan menjadi saksi bisu ketika salah seorang dari 'mantan gebetan' Hesa mendatangi kelasnya hanya untuk melayangkan caci-maki pada si pemuda lantaran merasa telah dipermainkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MILLIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang