02

104 16 0
                                    


Valin menatap ketiga wajah temannya secara bergantian, berharap cookies buatannya dihadiahi pujian yang layak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Valin menatap ketiga wajah temannya secara bergantian, berharap cookies buatannya dihadiahi pujian yang layak.

"Gimana woy? Lama banget ngunyah doang" Valin greget.

"Ya enak" sahut Sunghoon, si sahabat sekaligus sepupu Valin.

"Gitu doang? Reaksi lu kayak dibayar sutradara tau gak" Valin tentu saja tidak puas dengan reaksi sepupu sialannya.

"Enak ini Val, cocok di lidah gue" sahut Leo.

"Hng? Bukannya lo gak suka manis ya Leo? Ini manis banget, gigi gue ngil—"

Kedua lelaki itu tersenyum awkward ke Valin yang cemberut. Isa—teman perempuan Valin selain Ningning—ini memang memiliki sifat jujur.

Tapi kadang terlalu jujur.

"Astaga sorry Val! Ini karena gigi gue habis di tambal aja makanya sensitif.." Isa gelagapan.

"Buat gue enak juga, serius ini mah" tambah Leo jujur. Memang agak kemanisan, tapi Leo suka.

"Iya-iya, makasih ya.. Gue duluan" Valin tetap memberikan senyum manisnya sebelum beranjak pergi.

Langkahnya berhenti saat melihat toko bunga di sebrang jalan sana. Ia baru tau jika ada toko bunga di daerah sini, padahal hampir setiap hari dia nangkring di FK.

Senyumnya terangkat ketika melihat kotak bunga mawar dan krisantemum yang diangkat wanita cantik di luar.

"Kak, mawarnya setangkai berapa?" tanya Valin sempat terkejut begitu masuk toko nuansa vintage itu.

"Halo, mawar merah setangkai 5 ribu, kalau yang putih 6 ribu" balasnya ramah.  Meski tertutup masker, Valin merasa wajah wanita di depannya ini familiar.

Valin pun memesan kedua warna mawar tersebut, 3 merah dan 2 putih. Sesekali melirik wanita itu sembari mengingat masa lalu.

"Kamu anak kedoteran?" tanyanya basa-basi di sela pendekoran.

"Bukan, aku psikologi. Tadi nyamperin temen aja hehe"

Anehnya perempuan itu malah terkekeh. "Kamu nggak inget aku?" tanyanya sembari membuka masker.

"Kak Arin? Inget lah! Tadi aku ngebatin kok kayak kenal.." Valin mengembangkan senyumnya.

Mantan kakak kelasnya saat SMP ini tidak pernah berubah, selalu manis dan cerah.

"Cie beli bunga, buat siapa nih?" godanya.

"Buat pacar dong, tau gak kak pacarku siapa?"

"Siapa? Jake?"

"Hihh kok Jake," Valin mendengus. "Jay kak, yang dulu suka jailin kakak pas pramuka!"

Wajah Arin menunjukkan kejutnya, sedetik kemudian ia mengulas senyum.
































































11:11 - Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang