Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Serius?"
"Ngapain gua bohong jekiii, gua getok pala lu ye"
"Serius Dam, Valin ke Jogja?"
"He'eh ya Allah, lu tanya Sunghoon coba—apa Jisung deh Jisung. Masa sepupunya nggak tau?" Yedam mencoba menahan diri untuk tidak memukul teman beda jurusannya.
"Udah, mereka berdua aja nggak tau." Balas Jake dengan nada risau.
Sedangkan Yedam malah santai kayak di pantai. "Lo susulin gih ke Jogja, paling lagi nyasar di UGM"
"Tai lo, gue masih ada kelas habis ini" Jake menghembuskan nafas.
"For your information, tadi doi sempet chat gue buat tipsen. Terus katanya.. Apasih tadi.." akhirnya Yedam menunjukkan roomchat Valin karena lupa pesan-pesan temannya.
Revaline'20
| Nitip absen ya brouu | Gua ke jogja lagii, pulangnya malem pake kereta. | Kalo temen/kakak gue nanyain jawab jujur aja, TAPI jangan nyusul gue okayy 06.07
"Emang siapa yang biasa nyusul?" tanya Yedam.
"Gua lah" balas Jake cepat.
"Bestie banget ya" ledek Yedam.
Jake tidak menggubris, ia sibuk menghubungi Sunghoon untuk sekedar bertanya "gas Jogja gak ntar sore?"
Seperti yang Jake duga, jawaban Sunghoon adalah tidak. Karena Sunghoon tipe orang yang males banget kalau pergi mendadak ke suatu tempat yang jaraknya jauh. Ukuran Solo-Jogja itu jauh menurut Sunghoon.
Kalau Jisung.. Tanpa Jake tanya pun pasti anak itu juga akan menolak. Alasannya "ngikut Sunghoon".
"Dam"
"Hmm?"
"Semisal dia nangis atau sedih lagi, gue mesti ngapain?"
Yedam berdecak. "Kenapa nanya gua? Lo pasti punya afeksi spontan buat Valin."
Mimpi buruk Jake kembali terwujud ketika dirinya melihat gadis mungil duduk di kursi pinggir trotoar.
"Jangan nangis dong."
Netra gadis itu beralih 45 derajat, tepatnya pada Jake yang berdiri di sampingnya.
"Jake? Lo.. Kok??"
"Masuk mobil dulu ya, gerimis"
Keduanya berlari kecil ke area parkiran mobil umum. Jake langsung menyerahkan jaket yang ia bawa di jok belakang pada Valin.
"Gue udah bilang stop nyamperin gue" kata Valin yang membuat pergerakan Jake terhenti.
Dengan perlahan Jake menjawab. "Kalo gue meluk lo.. Jay gak akan marah kan?"
Kedua binar itu bertatapan sejenak, tak lama satu bulir bening jatuh dari pelupuk mata Valin disusul bulir lainnya. Jake dengan sigap memeluknya, menyalurkan rasa hangat di cuaca hujan seperti sekarang.
"What do you feel?"
Valin menggeleng, ia hanya ingin bertanya. "Kenapa Jay pilih gue? Gue cuma pembawa sial, Jake. Lo tau itu."
Tiada isakan, hanya ada suara penuh sesak yang dipaksa keluar dari tenggorokan. Jake bisa merasakan sesaknya dada Valin.
"Mungkin aja gue udah ninggalin lo dari dulu kalau hal itu bener. Jangan ngomong sembarangan lagi ya." Jake hanya bisa menegur halus sambil menepuk punggung teman 12 tahunnya.
Mereka berpelukan cukup lama hingga Valin tertidur dalam dekapan Jake. Sadar akan itu, Jake memindahkan posisi tidur Valin dengan perlahan, memastikan temannya nyaman.
Ia menghela nafas berat setelahnya, melakukan peregangan sejenak lalu fokus untuk keluar dari daerah ini.
Namun sebelum itu, ia salah fokus dengan wallpaper ponsel Valin di dashboard.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia tersenyum tipis. "Happy birthday bro."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.