Dipersilahkan untuk getok kepala Gevan di chapter ini 🔨
***
Seperti yang sudah-sudah, kencan buta Gevan malam ini tidak lagi berhasil. Bedanya kali ini bukan dia yang pergi, melainkan Tasya. Sepertinya Tasya adalah tipe wanita yang tidak suka diabaikan. Sengaja Gevan melakukannya dan ternyata rencananya berhasil. Seperti biasa juga, Gevan tidak akan kembali pulang malam ini. Untuk apa lagi jika bukan menghindari ibunya? Gevan bahkan sudah mematikan ponselnya sejak dua jam yang lalu.
"Kita langsung ke hotel?" tanya seorang wanita yang mulai masuk ke dalam mobil Gevan.
"Hm." Gevan hanya bergumam dan mulai melajukan mobilnya keluar dari area parkir klub malam.
Di dalam mobil, hanya ada keheningan yang terjadi. Gevan membiarkan tangan wanita itu mulai menyentuh bahu dan mulai naik hingga ke lehernya
"Aku beli sesuatu dulu."
Gevan menghentikan mobilnya di depan supermarket yang buka 24 jam. Dengan berlari kecil, dia masuk ke dalam supermarket untuk membeli barang yang sangat ia butuhkan saat ini.
"Mas, rasa stroberi satu kotak," ucap Gevan langsung saat di depan kasir.
Saat akan membayar barangnya, suara panggilan dari belakang membuat Gevan terkejut.
"Om Gevan?"
"Kamu ngapain di sini?" Gevan terlihat sedikit panik.
"Beli gula, Om. Om Gevan sendiri ngapain di sini malem-malem?" tanya Olin sambil memperlihatkan barang yang ia bawa.
"Pakai kantong plastik, Kak?" tanya penjaga kasir tiba-tiba.
Gevan mengumpat dan melempar barang yang ia beli hingga jatuh ke bawah meja kasir. Meskipun berusaha untuk menutupi, tapi Olin sudah melihatnya sekilas.
"Om Gevan beli apa itu?" tanya Olin dengan mata yang menyipit.
"Nggak beli apa-apa. Saya mau beli kinder joy kok." Gevan mengambil beberapa permen dan cokelat di depan kasir.
Olin mengangguk santai. Dia tersenyum dalam diam. Dia tahu betul apa yang Gevan lakukan. Olin tidak sepolos itu untuk mengetahui barang apa yang pria itu beli. Dengan jelas benda itu terpajang di meja kasir.
"Kamu cuma beli gula?"
"Iya, Om." Olin menggangguk mantap.
"Sekalian aja kalau gitu." Gevan mengambil gula dari tangan Olin dan meletakkannya di meja kasir.
"Dibayarin, Om?" tanya Olin dengan mata yang berbinar.
"Hm."
"Saya tambah minyak goreng boleh?" Olin terkekeh mendengar ucapannya sendiri.
"Ambil sana."
Mendengar itu dengan cepat Olin berlari ke arah di mana minyak goreng berada. Selagi Olin pergi, Gevan dengan segera meminta kasir untuk memgambil benda yang ia buang tadi. Dengan sangat cepat, Gevan memasukkannya ke dalam kantong celana. Tak lama Olin kembali dengan minyak goreng di pelukannya.
"Cuma itu? Nggak ada yang lain?"
Olin mengangguk yakin. Dia menatap belanjaannya dengan senang. Beruntung dia bertemu Gevan malam ini sehingga dia tidak perlu mengeluarkan uang untuk kebutuhan dapurnya.
"Kamu pulang naik apa?" tanya Gevan saat mereka sudah berada di luar supermarket.
"Jalan kaki, Om."
"Jalan?"
Olin mengangguk dan menunjuk ke arah seberang jalan, "Iya, kontrakan saya masuk ke gang itu."
"Biar saya anter."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Candy (SELESAI)
RomanceMenginjak 39 tahun, Gevan mulai resah saat umurnya terus bertambah. Didesak dengan pernikahan yang tak ia inginkan membuatnya gelisah. Jika bukan karena ibunya, Gevan tidak mau melakukan kencan buta dan memilih untuk berserah. Namun semuanya beruba...